Mohon tunggu...
Raden Ridwan Hasan Saputra
Raden Ridwan Hasan Saputra Mohon Tunggu... -

Presiden direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM). Tentang KPM, bisa kunjungi website www.kpmseikhlasnya.com. Selain itu, berbagai pemikiran saya, juga saya tuangkan dalam ridwanhs.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bentuk Program Bela Negara yang Jarang Dipikirkan Banyak Orang

24 Februari 2016   13:29 Diperbarui: 24 Februari 2016   14:11 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="MATEMATIKA BELA NEGARA | Foto By Admint YPG"][/caption]Tulisan ini adalah pembahasan saya yang terakhir tentang masalah Bela Negara karena polemik masalah Program Bela Negara masih ada, semoga tulisan ini bisa jadi salah satu solusi tentang bagaimana bentuk pelaksanaan Program Bela Negara yang cocok untuk diterapkan di Indonesia pada masa sekarang.

Program Bela Negara yang dilakukan Oleh Kementerian Pertahanan dimana warga negara yang  mengikuti Program Bela Negara akan dibina secara Khusus di Resimen Induk Kodam atau RINDAM mendapat banyak tentangan dari beberapa anggota masyarakat.  Selain dipertanyakan keefektifannya dalam membentuk kesadaran Bela Negara, program tersebut juga membutuhkan biaya yang cukup besar. Padahal saat ini negera tidak begitu leluasa dalam hal keuangan.

Menurut Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Kementerian Pertahanan, Mayor Jendral TNI Hartind Asrin (bbc.com/Indonesia 22/10/2015) akan ada lima nilai dasar yang akan diajarkan dalam program Bela Negara yang dilakukan di RINDAM yaitu Cinta Tanah Air, Rela Berkorban, Sadar Berbangsa dan Bernegara, Meyakini Pancasila Sebagai Ideologi Negara, serta memiliki kemampuan awal dalam Bela Negara baik fisik maupun Non Fisik. Berdasarkan lima nilai dasar tersebut saya mempunyai cara tambahan atau bisa jadi cara lain yang membuat Program Bela Negara  berjalan lebih efektif.  Berikut ini adalah Program Bela Negara yang saya tawarkan:

Pemimpin Yang Harus Bisa Dipercaya

Jika kita belajar dari sejarah, semangat Bela Negara Rakyat Indonesia mencapai puncaknya pada saat kepemimpinan Presiden Soekarno. Pada saat kepemimpinan beliau rakyat berani berjuang melawan Belanda. Pada saat kepemimpinan beliau banyak rakyat yang rela mengorbankan jiwa dan raga untuk melawan penjajah danturut berjuang ketika ada konflik dengan Malaysia. Banyak rakyat yang bersedia menjadi relawan untuk masuk wilayah  Malaysia dalam rangka mendukung Program Ganyang Malaysia dari Bung Karno.

Apa yang menyebabkan rakyat rela berkorban sedemikian rupa untuk negaranya? Jawabannya adalah rakyat Indonesia saat itu percaya Presiden Soekarno. Cara Presiden Soekarno bisa dipercaya pada saat itu adalah dengan cara pidato yang luar biasa dan tentunya dengan pengorbanan dan keberaniannya melawan Imperialisme asing yang sudah dibuktikan dan diketahui oleh rakyat.

Pemimpin yang dipercaya rakyat merupakan kunci utama suksesnya Program Bela Negara. Di era teknologi saat ini, cukuplah seorang pemimpin membuat rekaman video yang berisi Lima Nilai Dasar tersebut dan di upload di Youtube atau di Website khusus sehingga rakyat atau para pemangku kepentingan tinggal mendownload dan menjadikannya sebagai bahan ajar utama Program Bela Negara di berbagai bidang. Pasti Lima Nilai Dasar tersebut akan mudah dipahami dan diikuti oleh rakyat jika pemimpinnya bisa dipercaya.

Setiap masa tentu perlu cara  yang berbeda untuk membuat seorang pemimpin bisa dipercaya oleh rakyatnya. Jika pemimpin tersebut beragama islam agar bisa dipercaya cukuplah mencontohperilaku Nabi Muhammad SAW  sehingga beliau diberi gelar Al-Amin (Orang yang bisa dipercaya) oleh masyarakat Arab Jahiliah pada waktu beliau belum diangkat menjadi Nabi. Ada tiga hal yang harus dimiliki seorang pemimpin agar bisa dipercaya yaitu: (1) jika berkata tidak pernah berdusta, (2) Jika berjanji selalu ditepati (3) jika diberi amanat tidak pernah berkhianat. Semoga Indonesia di karunia pemimpin yang bisa dipercaya agar Program Bela Negara bisa mudah dan murah.

Bela Negara Sesuai Bidangnya Masing-Masing

Sosok seperti Bung Karno mungkin tidak akan lahir 100 tahun sekali di negeri ini. Sehingga sangat sulit saat ini kita bisa menemukan pemimpin yang bisa menggerakkan rakyatnya hanya cukup dengan pidato. Saya mempunyai ide tentang bentuk Program Bela Negara yang bisa jadi sudah dipikirkan atau bisa jadi bahan pemikiran baru bagi pihak yang berwenang.

Menurut saya Program Bela Negara Negara sangat efektif jika program ini merupakan sinergi beberapa kementerian diantaranya: Kementerian Pertahanan, TNI, POLRI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kementerian Pemuda dan Olah Raga, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Pariwisata, Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi dan KPK. Pelaksanaan program ini semua dibawah koordinasi Kementerian Pertahanan.

Berikut ini menurut saya tahapan-tahapan  dalam Program Bela Negara menurut pemikiran saya:

1. Mulailah di Populerkan Istilah “TNI Adalah Kita” di seluruh rakyat Indonesia. Sehingga secara psikologis akan timbul pemikiran bahwa tugas pertahanan negara  atau membela Negara bukan hanya tugas TNI tetapi tugas kita juga sebagai rakyat Indonesia. Tugas Rakyat Indonesia dalam membela Negara saat ini yang paling utama adalah tugas Bela Negara Non Militer, karena tugas Bela Negara dalam bidang Militer saat ini ada di pundak TNI. Jike istilah itu sudah tertanam di Otak dan hati orang Indonesia maka pemerintah sangat mudah  mengajak rakyat Indonesia untuk mengikuti Program Bela Negara.

2. Program Bela Negara dalam bentuk Pembinaan bagi para pesertanya yang dilaksanakan di RINDAM sebaiknya dikuti orang-orang yang punya pengaruh di masyarakat sehingga bisa menjadi Kader Bela Negara yang efektif. Misalnya Ketua RT dan RW, Ketua Karang Taruna, Tokoh Agama, Pelatih Pramuka, Para ketua ormas, Anggota Menwa,  Para Ketua Organisasi Kemahasiswaan, para ketua himpunan Profesi dll. Sehingga hasil pembinaan di RINDAM bisa ditularkan keanggotanya masing-masing. Pada saat proses pembinaannya, supaya tidak membosankan bisa diselingi dengan Permainan Matematika Bela Negara yang terbukti efektif dalam menanamkan kesadaran Bela Negara dan agar fisik lebih sehat bisa diajarkan juga keterampilan baris berbaris.

3.   Program Bela Negara harus diajarkan dimulai dari sekolah ditingkat yang paling mendasar. Mengajarkan bukti pekerti atau akhlak yang baik sejak kecil di anak PAUD itu adalah bentuk Bela Negara. Mengajarkan seni budaya tradisional Bangsa itu adalah wujud Bela Negara.  Pramuka harus dijadikan sarana untuk menyadarkan para pelajar tentang pentingnya Bela Negara Sehingga mewajibkan Para Pelajar SD, SMP dan SMA  mengikuti kegiatan Pramuka adalah wujud Program Bela Negara di Sekolah. Pramuka menurut saya adalah bentuk MATEMATIKA TANPA ANGKA yang harus pernah diikuti siswa agar mereka bisa menjadi orang sukses di Masa Depan dan mampu Membela Bangsa.

Program Bela Negara di kalangan Pelajar harus bekerjasama dengan Kementerian lain seperti Kementerian Kesehatan dengan memberikan penjelasan tentang cara-cara hidup sehat dan memberikan makanan sehat, Kepolisian bertugas memberikan penjelasan tentang tertib berlalu lintas, bahaya narkoba dan tawuran,. Mengadakan Wisata Edukasi Militer bagi para pelajar ke berbagai fasilitas yang dimiliki TNI bisa menjadi sarana efektif untuk  menumbuhkan kesadaran Bela Negara dll.

4.  Program Bela Negara di kalangan Mahasiswa bisa dalam bentuk mengembangkan kembali peran Resimen Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Kalau perlu Menwa di Indonesia harus seperti Reserve Officer Training Corps (ROTC) di Amerika. Dimana para mahasiswa yang mengikuti program ini di Amerika akan mendapatkan berbagai fasilitas khusus. Saat ini Organisasi Resimen Mahasiswa di Indonesia seperti ayam kehilangan induk dan banyak Organisasi Resimen Mahasiswa di berbagai Perguruan Tinggi kondisinya seperti hidup segan mati tak mau karena kekurangan anggota.

Padahal Menwa jika dimanfaatkan bisa menjadi kader Bela Negara yang efektif dalam menyadarkan mahasiswa tentang Bela Negara. Selain itu setelah selesai kuliah dan kembali ke masyarakat para alumni Menwa bisa menjadi kader Bela Negara yang efektif dalam menyadarkan masyarakat tentang Bela Negara. Oleh karena itu Pemerintah harus memberikan berbagai fasilitas kepada Resimen Mahasiswa sehingga akan banyak mahasiswa yang berminat menjadi anggota Resimen Mahasiswa dan menjadi Kader Bela Negara. Anggota Menwa ini setelah mendapatkan fasilitas khusus bisa ditugaskan untuk mengabdi selama 1 tahun dalam mengembangkan daerah tertinggal sesuai dengan bidang keahliannya.

5. Program Bela Negara di Masyarakat bisa dalam bentuk memanfaatkan Kader-kader Bela Negara di masyarakat dalam hal ini RT/RW, Ketua karang Taruna dan tokoh agama untuk mengadakan kegiatan yang bisa membuat taraf kehidupan masyarakat jauh lebih baik. Tidak hanya dibidang ekonomi juga dalam bidang mental.

Di bidang ekonomi Kader-kader Bela Negara ini bisa bekerjasama dengan kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Pariwisata dan kementerian terkait lainnya untuk membuat pelatihan-pelatihan bagi anggota masyarakat agar kehidupan ekonomi masyarakat menjadi lebih baik  dan pengangguran semakin berkurang (Bentuk Bela Negara di Bidang Ekonomi). Peran para pemuka agama yang menjadi kader Bela Negara harus rajin memberi siraman rohani kepada masyarakat dan pentingnya kesadaran akan Bela Negara dan membudayakan kembali toleransi dalam beragama dan  Gotong Royong.

6. Program Bela Negara harus di Mulai dari Pinggir atau dari Desa. Program Bela Negara sebaiknya dimulai dari Desa atau dari Kampung. Sebab Jika di Desa kuat maka Indonesia akan kuat. Agar Masyarakat di desa sadar akan Bela Negara maka harus ada sosialisasi dan penerapan konsep Bela Negara di berbagai bidang yang berjalan terus menerus di kalangan warga Desa. Bentuk pelatihan yang dilakukan oleh berbagai Kementerian biasanya dilaksanakan hanya dalam waktu tertentu saja. Sehingga setelah kegiatan-kegiatan bisa jadi masyarakat kembali lupa.

Program Kampung Matematika yang bermetamorfose menjadi Desa Pendidikan Seikhlasnya, adalah programbelajar mengajar berbagai ilmu dengan biaya seikhlasnya.  Dari ilmu yang diajarkan tersebut bisa menghasilkan produk yang berdampak bagi kehidupan ekonomi. Program ini adalah Dari Warga, Oleh Warga dan Untuk Warga.

Program ini menurut saya sangat efektif dalam mewujudkan kesadaran Bela Negara.  Kampung Matematika saat iniada di desa Laladon, Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor dan sudah diresmikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr Anies Baswedan.  Kampung ini,  perlahan tapi pasti telah menembuhkan kembali budaya Gotong Royong, Budaya Toleransi, Budaya rajin belajar dan lain-lain. Berdasarkan pengalaman saya program ini tidak memerlukan biaya yang besar karena tinggal memanfaatkan Babinsa dan Babhinkamtibmas di tiap desa, Pengurus RT dan RW beserta kepala Desa dan jajarannya, guru-guru yang ada di wilayah tersebut serta para relawan yang sadar akan  Bela Negara (bisa jadi yang sudah di latih di RINDAM bisa juga belum).

Untuk program ini bisa dibaca pada tulisan KAMPUNG MATEMATIKA MENUJU DESA PENDIDIKAN SEIKHLASNYA SEBAGAI WUJUD GOTONG ROYONG MASYARAKAT YANG PEDULI PENDIDIKAN DAN BELA NEGARA.

Penutup

Bela Negara itu adalah hak dan kewajiban warga Negara. Bela Negara tidak harus dalam tanda bentuk mengangkat senjata. Di situasi saat ini harus ada cara yang kreatif, murah  dan efektif  yang bisa membuat Program Bela Negara tetap berjalan. Semoga ide yang saya tuliskan, ada yang bisa diterapkan pada Program Bela Negara terutama terwujudanya Desa Pendidikan Seikhlasnya di berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Menurut saya Desa Pendidikan Seikhlasnyamerupakan bentuk Program Bela Negara yang jarang orang pikirkan. Program ini akan berjalan cepat jika didukung oleh pemerintah.

Manila, 24 Oktober 2015

Oleh: Raden Ridwan Hasan Saputra

Penulis adalah Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM) dan pelatih Olimpiade Matematika Internasional.

http://www.kpmseikhlasnya.com/home

http://www.ridwanhs.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun