Pernyataan itu yang saya sampaikan di penghujung tahun 2015, ketika membuka rapat kerja Klinik Pendidikan MIPA (KPM) untuk kegiatan di tahun 2016 di Ruko KPM. Pernyataan ini kontan membuat teman-teman di KPM bingung bagaimana caranya Pak Jokowi bisa datang ke tempat ini, tetapi kebingungan itu tidak berlangsung lama, sebab staf dan guru di KPM masih ingat ketika di awal tahun 2015, saya mengungkapkan pernyataan yang aneh yaitu  pak Anies Baswedan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia) akan berkunjung ke tempat ini (yang dimaksud adalah Ruko KPM atau kantor KPM). Akhirnya penyataan itu pun terbukti, pada tanggal 11 April 2015, Pak Anies Baswedan berkunjung ke Ruko KPM dalam rangka meresmikan Kampung Matematika Laladon.
Timbul pertanyaan dari para staf dan guru KPM bagaimana Pak Jokowi bisa datang ke Ruko KPM atau ke Desa Laladon? Jawabannya adalah karena saya akan membuat Kampung Matematika Laladon menjadi Desa Pendidikan Seikhlasnya, Desa ini sebagai wujud Gotong Royong masyarakat yang Peduli Pendidikan dan Bela negara. Desa inilah yang akan menjadi percontohan Revolusi Mental yang selama ini di kampanyekan Pak Jokowi. Saya berdo’a dan berkeyakinan suatu saat, dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Pak Jokowi akan tertarik untuk melihat dan meresmikan Desa Laladon sebagai Desa Pendidikan Seikhlasnya dan menjadikannya sebagai percontohan Nasional. Sebenarnya tempat tersebut tidak harus Ruko KPM atau Desa Laladon, asal suatu desa mampu menerapkan konsep yang saya buat, Insha Allah akan membuat pimpinan nasional tertarik untuk berkunjung. Berikut akan saya terangkan konsep untuk membuat Desa Pendidikan Seikhlasnya.
Â
Sejarah Kampung Matematika
Kampung Matematika diawali dari les bayaran seikhlasnya yang dilaksanakan di rumah-rumah orang-orang yang menjadi guru KPM sebagai wujud pengabdian guru-guru KPM kepada masyarakat. Rumah yang digunakan sebagai tempat les itu dinamakan RPM, yang merupakan singkatan dari Rumah Pendidikan MIPA. KPM adalah singkatan dari Klinik Pendidikan MIPA yang merupakan lembaga pendidikan yang melaksanakan Sistem Metode Seikhlasnya sejak tahun 2003. Dikarenakan RPM tempatnya terlalu menyebar, kemudian timbul ide untuk menggabungkan RPM-RPM tersebut dalam satu kampung. Ternyata tidak mudah untuk mewujudkan ide ini, karena cukup sulit untuk menemukan suatu kampung yang anggota masyarakatnya ikhlas jika rumahnya digunakan untuk belajar tanpa berharap imbalan. Akhirnya berkat bantuan dari Babinsa dan Bhabinkamtibmas bisa ditemukan lokasi yang cocok untuk dijadikan Kampung Matematika. Di kampung ini bisa terjadi suatu kondisi dimana masyarakat bergotong-royong membuat tempat tinggalnya menjadi kondusif untuk dijadikan tempat belajar. Warga masyarakat di sini juga ramah dengan siswa-siswa dari luar yang mau belajar ke kampungnya, sehingga  siswa merasa nyaman belajar di Kampung Matematika. Lokasi Kampung Matematika ini di Desa Laladon Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.
Â
Apa itu Kampung Matematika ?
Kampung Matematika adalah sebuah kampung dimana rumah-rumah warganya dijadikan sebagai tempat belajar Matematika. Lingkungan di sekitar perumahan warga juga dijadikan sebagai tempat belajar Matematika, seperti di warung dan tembok-tembok di lingkungan warga. Siswa yang belajar tidak hanya warga di lingkungan kampung tersebut tetapi juga di luar lingkungan kampung. Guru yang mengajar tidak hanya dari kampung tersebut, tetapi juga dari luar Kampung. Keunikan dari Kampung Matematika ini adalah sistem pembayaran dalam proses belajar mengajar adalah seikhlasnya (sesuai kemampuan). Sehingga siapa saja dapat belajar di kampung matematika tanpa terhalang oleh masalah ekonomi. Kampung Matematika yang ada saat ini sudah diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Bapak Dr Anies Baswedan.
Â
Tujuan Kampung Matematika
Tujuan dari pembuatan kampung matematika adalah agar les dengan bayaran seikhlasnya bisa dirasakan oleh masyarakat di kampung-kampung, karena banyak masyarakat di kampung yang masuk dalam kategori ekonomi lemah. Selain itu les dengan bayaran seikhlasnya bisa menciptakan anak berakhlak baik, karena dengan les bayaran seikhlasnya bisa memaksa anak untuk memperbaiki  akhlak atau budi pekertinya. Sehingga jika les dengan bayaran seikhlasnya sudah tersebar di seluruh kampung Indonesia, bisa menahan kerusakan moral generasi muda yang sudah menyebar ke kampung-kampung.
Â