Mohon tunggu...
Ridwan Hasyimi
Ridwan Hasyimi Mohon Tunggu... Seniman - Pekerja Seni

Berteater, nari, dan nulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melacak Ambu Wandu

24 Januari 2022   15:23 Diperbarui: 25 Januari 2022   07:41 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taiwan Transgender Triangle (https://commons.wikimedia.org/wiki/File: Taiwan_transgender_triangle.png)

Dalam Estetika Paradoks-nya Prof. Jakob Sumardjo, budaya Sunda dikategorikan sebagai kebudayaan berpola tiga. Artinya, segala wujud budaya Sunda (gagasan/nilai, tindakan/laku, dan karya) terdiri dari tiga unsur. Menurut teori ini, Sunda punya ruang antara. Atas, bawah, tengah. Depan, belakang, tengah. Profan, sakral, profan-sakral. Dan lain sebagainya. Dalam bahasa gender: maskulin, feminim, maskulin-feminim. Namun, "gender ketiga" ini sukar ditemukan perwujudan dalam bentuk yang lebih konkret dalam budaya Sunda. Maskulin-feminim nampaknya lebih merupakan nilai (value) atau kualitas alih-alih ekspresi gender. Apalagi sebagai ekspresi performatif seperti Ambu Wandu, tidak mudah menemukan akar budayanya untuk tidak menyebut tidak ada sama sekali.

Boboko. Perlengkapan rumah tangga dalam tradisi Sunda mengandung pola tiga. (dok. pribadi)
Boboko. Perlengkapan rumah tangga dalam tradisi Sunda mengandung pola tiga. (dok. pribadi)

Dengan hadirnya Ambu Wandu, musik yang sudah sedemikian kolaboratif, bentuk tarian yang sudah sepenuhnya kreasi baru, UAMP lebih pas disebut sebagai kesenian kontemporer dalam arti yang terkini ketimbang dipaksakan sebagai seni tradisi. Ia telah sangat hibrid dan absortif atas berbagai kebudayaan lain dalam ragam lapisan: gagasan, pola, bentuk, dan gaya. 

Terlebih, sejumlah kelompok seni telah mampu mengelola UAMP secara lebih profesional seperti entertainer lainnya. Lambat laun, tidak menutup kemungkinan UAMP menjadi industri showbiz  di mana Ambu Wandu menjadi bintang paling bersinar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun