Mohon tunggu...
Ridwan Hartiwan
Ridwan Hartiwan Mohon Tunggu... Administrasi - Guru ngaji anak-anak kampung

Aktif di dunia pesantren dan didunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Sosok Ki Jejen Dimata Umat

17 Januari 2015   14:55 Diperbarui: 16 Oktober 2015   20:44 2938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_391316" align="aligncenter" width="420" caption="KH Zezen menerima tamu dari berbagai organisasi Islam"][Ki Jejen Saat Menerima Tamu)

Penulis : Ridwan Hartiwan Raharusun*

Berkunjung ke Pondok Pesantren Az-Zainiyyah kampong Nagrog  Desa perbawati Jalan Pondok Halimun Selabintana Sukabumi Jawa-Barat serasa berada di negeri yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata, keindahan suasana alam yang meletakkan pesantren di kaki gunung tempat  Ki Jejen  yang lahir Pada tanggal 17 Pebruari tahun 1955 ini menghabiskan masa kecilnya. Sengaja memanggil beliau dengan sebutan Ki yang identik untuk panggilan seorang Tokoh seperti Ki Sunda walaupun Kyai Jejen memang lebih akrab dipanggil dengan nama Ajengan Jejen

Tempat Tinggal Ki Jejen yang berada di tengah tengah kompleks Pondok Pesantren yang beliau dirikan terletak di kaki gunung dengan suasana nan asri dan cocok di gunakan sebagai tempat mencari ilmu

Kampong Nagrog adalah tempat dimana Pondok Pesantren Az-Zainiyyah berada tempat Kyai jejen tinggal bersama keluarga dan para santrinya. Pesantren Salafiyah yang entah secara maknawi bertentangan atau tidak  mengingat definisi pesantren salafiyah menurut Kementrian Agama adalah pesantren yang tidak memiliki pola pendidikan formal, namun di Pesantren Az-Zainiyyah ini diselenggarakan pula selain pengajian kitab-kitab kuning pendidikan formal tingkat SD, SMP & SMA

Ajengan Zezen Abazul adalah sosok rendah hati, Penerang umat  panutan jama’ah tareqat naqsabandiyah, Ulama yang dengan ketinggian ilmunya dihormati pemerintahan dan tokoh umat Islam lainnya dan merupakan deklarator penegakan Syari’ah Islam di kabupaten Sukabumi, Beliau seorang guru yang sangat di segani oleh semua santri, seorang pemimpin dalam organisasi, tokoh yang sangat di cintai di tengah masyarakat, seorang imam yang pemikirannya di terima oleh semua kalangan,semua kelompok, dan semua tingkatan masyarakat. Dan tidak lupa beliau merupakan seorang ayah yang sangat sayang terhadap keluarganya

Sosok mulia dan terhorm at ini ternyata tetap rendah hati, berjiwa sederhana layaknya para santri pesantren dan tetap mau tinggal dan tidur di Masjid apa adanya. Suatu saat  saya yang ada disamping beliau memperhatikan kegiatan malamnya di Masjid Pesantren Pagelaran I Cimeuhmal Kecamatan Tanjungsiang. Walau terlihat lelah setelah pulang dari ke luar negeri dan langsung menuju Subang memenuhi undangan Pimpinan pesantren Pagelaran I Subang beliau. Makan bersama jama’ah lainnya mengikuti tata cara yang diajarkan nabi Muhammad SAW serta tutur kata yang selalu santun dengan panggilan khas kepada setiap anak-anak muda dengan panggilan khas ‘Ucu’  atau ‘cu’. Ajengan jejen pun memilih tidur di Masjid padahal tuan rumah yang mengundangnya meminta Ajengan Jejen untuk berkenan beristirahat di kamar yang disediakan tuan rumah dengan alas an memang sudah menjadi kebiasaannya.

Salah satu ajaran yang sering penulis dengar adalah ajaran soal keihlasan dan penghambaan yang harus semata-mata karena Alloh dengan tidak segan beliau menceritakan pengalaman beliau ketika menjadi kyai amplop, sesekali pembicaraanya di potongnya sendiri sekedar menceritakan kekurangan dirinya.

Sikap dan gaya hidupnya memberikan inspirasi kepada penulis betapa ketinggian ilmu Ajengan Jejan jauh dari kebiasaan gaya para kyai, ustadz dan ulama yang kerap tampil di media. Tutur kata yang handap asor serta alur pemikiran yang penuh ilmu dan kemampuan beliau memahami setiap permasalahan yang dihadapi umat akhir zaman ini, Ajengan Jejen pun berbicara apa adanya, kritis terhadap setiap hal yang berpotensi memecah belah umat dan merugikan umat Islam

Sunnah menurut Kyai Jejen

Kyai Jejen yang juga wakil Talqin thareqat Qadariyah Naqsabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya yang didirkan abah Anom ini juga punya pemikiran soal Sunnah, umat Islam di Indonesia sudah biasa mendengar Sunnah itu adalah apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan Tidak adapa, apa, sambil menganalogikan cerita ‘rahasia’ yang meminta jama’ah tidak menirukan cerita tersebut Ki Jejen menyimpulkan bahwa ketika seseorang mati timbangan amal akan sangat berperan dan ketika timbangan amal kebaikan kita kurang maka amal-amal sunnah kita yang akan memberatkannya sehingga kita kelak layak masuk surga

Mengapa ‘IPB’ tidak diangkat?

Dalam kaitannya dengan Ilmu Kyai yang semasa kecilnya gemar ngala suluh di leuweung ini menceritakan umat islam terlalu focus dengan negara timur tengah seperti mesir, Saudi Arabia padahal India dan Pakistan di Asia Selatan memiliki ulama-ulama handal di berbagai bidang kajian islam yang patut dijadikan rujukan.”si India dan Pakistan itu banyak teedapat maulana/ulama besar juga jadi tidak hanya di Timur Tengah tapi diAsia Selatan juga banyak, apalagi di lingkungan  jama’ah  sudah menjadi rukun untuk tidak berbicara tentang politik dan furuiyyah. Menurut Kyai yang rendah hati ini

Deklarator Undang Undang Syari’ah di kabupaten Sukabumi

Ki Zezen juga menjadi deklarator Perda Syariah di kabupaten Sukabumi, beliau dalam sebuah kesempatan mengatakan akan menghadiri Harlah deklarasi Undang-Undang Syari’ah di Kabupaten Sukabumi di sebuah Asrama Militer, dengan  jelas Ki Zezen menerangkan pelaksanaan Syari’ah Islam di Kabupaten Sukabumi. Saying penulis belum memiliki otensitas rancangan perda Syari’ah tersebut

Perlu Harokah, pemikiran Islam & pengalaman

Ki Zezen juga berharap abad ini menjadi kebangkitan kaum Muslimin yang mengedepankan ilmu, Ki Zezen dengan gaya bicara yang runtut dan retorika pidato yang baik bahkan mengkritisi Umat yang terkotak-kotak dengan banyak kelompok. Menurutnya perlu persatuan antar kelompok dan pemahaman yang jelas serta saling menghargai masing-masing kelompok tersebut. Beliau juga memuji kebranian dakwah para Karkun (jama’ah Tabligh) yang mau menumbuhkan cinta masjid dan menghidupkan sunnah rasululloh di zaman sekarang.”mau mengajak umat untuk mau ke masjid, dengan tantangan yang begitu berat mereka patut dihargai dan salut dengan keberanian mereka melakukan khuruj”, ungkapnya di sebuah kesempatan

Istilah  Khuruj, pakaian & cara hidup sunnah ala rasulullah yang diajarkan pada setiap kesempatan juga menurut pemikiran beliau karena hal itu akan sangat membantu kaum Muslimin di pelosok, mengingatkan kebersamaan dan peduli ajaran Islam. Jangan menganggap bahwa dengan pakain plus ‘udeng-udeng’ dan janggut itu adalah terorisme”, katanya menyindir fenomena yang terjadi akhir-akhir ini

Menurutnya satu-satunya bendera persatuan umat Islam sedunia ini adalah kalimat “Laa Ilaaha Illalloh”Tiada Tuhan selain Alloh. Menurutnya sebagai orang pesantren dan orang Nahdatul Ulama beliau tetap bisa memiliki sikap yang open minded  dengan banyak organisasi di Indonesia salahsatunya menjadi bagian dari Universitas Paramadina yang didirikan almarhum Caknur sebagai dosen kajian Islam dan menjadi Dewan Penasehat di Universitas Muhammaddiyah Sukabumi

Ki jejen  dimata para  kyai merupakan ulama besar masakini yang terang benderang saat ini, kefaqihan dan kesolehannya serta intelektualitasnya menjadikan beliau sebagai sosok panutan yang memang ulama ahli ilmu bukan kyai karbitan yang dipaksakan tenar. KH.Maman S Jamaludin  Pimpinan Pondok Pesantren Pagelaran I Tanjungsiang Subang mengakui hal tersebut.”Jarang ada ulama sekarang yang seperti Kyai Jejen ini, yang membuat saya kagum adalah keilmuan dan sikap handap asor dan kesederhanaannya, ketika berkunjung ke pesantren saya kami menyediakan kamar khusus untuk beliau tapi beliau menolak dan memilih tinggal di Masjid bersama para jama’ah bahkan bermalam satu hari sebelum berceramah. Menyempatkan memberi tausiyah ketika usai shalat magrib walaupun dengan jama’ah beberapa gelintir dengan pakaian shalat apa adanya jauh dari kesan  seorang ulama besar (bersambung)

@Penulis adalah pemimpin pondok pesantren darul falah subang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun