Akupun mewawancarai pak De, sementara itu Pano masih mencari jalan alternatif.. kata Pak De dengan bahasa jawa “Gunung ini sudah terkenal dari jaman penjajahan Belanda, karena dahulu dipuncak gunung ini Belanda membuat sebuah TUGU, namun tidak bertahan lama entah karena angin atau apa Tugu tersebut perlahan hancur dan jatuh ke jurang, tak lama dari itu pernah juga dibuat rumah dari seng yang digunakan untuk beristirahat para pendaki maupun para warga yang mengambil rumput atau kayu bakar, namun tak bertahan lama langsung rubuh kembali, akhirnya dibiarkan saja seperti ini. Namun ada pantangan di gunung gede ini tidak boleh menghidupkan petasan, dihimbau bagi pendaki” begitulah cerita tentang gunung gede, jadi saya menghimbau untuk mentaati peraturan yang ada di kawasan tersebut.
Akupun puas dan takjub akan kebesaran Allah SWT, karena aku bisa melihat pemandangan dari ketinggian +/- 1800 atau setengahnya gunung merapi. Setelah jam menunjukkan pukul 07.20 akupun turun dan di bantu oleh Pak De, sedangkan Pano sudah turun duluan dengan lincahnya untuk mengambil gambarku ketika turun.. lalu aku terus menuruni gunung sampai ketempat meletakkan motor, sebelum pulang aku menghabiskan air minum karena haus, tadi waktu digunung haus pun tak terasa karena ketakutan.. heee, lalu aku pulang sampai rumah pukul 07.50, sementara saudaraku Pano bergegas untuk pergi ke Semin Jogjakarta.. akupun berbenah dan bersiap untuk pulang kembali ke Lampung, tapi tidak langsung pulang melainkan ke Hotel dulu untuk menginap dan berjalan-jalan di Wonogiri Kota.