Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan
Muhammad Ridwan Mohon Tunggu... Relawan - Fungsionaris DPP Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES)

Orang biasa saja, seorang ayah, sejak tahun 2003 aktif dalam kegiatan community development. Blog : mediawarga.id e-mail : muh_ridwan78@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Indonesia Harus Gunakan Indikator Kemiskinan Multidimensi

15 Februari 2016   00:38 Diperbarui: 17 Februari 2016   08:54 6068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut DR. Vivi Alatas,  besarnya selisih pendapatan US$ 1 dengan pendapatan US$ 2 atau 41,6%, mencerminkan tingginya kerentanan kemiskinan di Indonesia. Jadi, ada sekita 41,6% rakyat Indonesia rentan jatuh miskin, karena sejumlah besar hidup diantara pendapatan US$ 1 dan US$ 2 atau setara dengan US$ 1,5 per hari.

Indeks Kemiskinan Multidimensi

Empat tahun kemudian, atau tahun 2010, Universitas Oxford, Inggris, bersama United Nation Development Programme (UNDP) mengeluarkan sebuah indeks kemiskinan baru yang disebut Indeks Kemiskinan Multidimensi atau IKM. Dengan IKM, pendapatan diatas US$ 2 bukan lagi menjadi standar pengukuran kemiskinan.

Seperti contoh, Pedagang Siomay yang pendapatan bersihnya lebih dari Rp. 50 ribu perhari, namun rumah yang ditempatinya tidak luas, sangat sederhana dan tinggal di kawasan kumuh. Apabila menggunakan pengukuran garis kemiskinan versi Bank Dunia yang berpatokan pada pendapatan sebesar US$1 - US$2  atau sekira Rp 27.000 rupiah per hari, Pedagang Siomay tersebut masuk dalam kategori mampu. Namun berdasarkan Indeks Kemiskinan yang baru, Pedagang Siomay dikategorikan sebagai warga miskin.

IKM tidak hanya mengukur tingkat kemiskinan dari pendapatan, tapi memperhitungkan juga kondisi rumah tinggal sebagai salah satu dari 11 indikator.

Ukuran Multidimensi

Seperti dilansir BBC Indonesia, Kamis (11/02/2016), Setyo Budiantoro, selaku peneliti senior Perkumpulan Prakarsa, mengatakan IKM menghitung kemiskinan dengan memakai tiga dimensi, yakni pendidikan, kesehatan, dan kualitas kehidupan.

Dari tiga dimensi itu terdapat 11 indikator, antara lain gizi, akses pendidikan, kondisi tempat tinggal, lama sekolah, sanitasi, air bersih, dan sumber penerangan. Pada dasarnya Indeks Kemiskinan Multidimensi melihat basic needs manusia.

Setyo Budiantoro berpendapat, kemiskinan bukan sekadar uang, tapi juga soal kapabilitas manusia yang seharusnya bisa berkembang namun karena terkerangkeng oleh persoalan-persoalan mendasar, dia kemudian tidak bisa mengembangkan diri.

Menurutnya, dengan menggunakan IKM, sebanyak 30% atau sekira 75 juta penduduk Indonesia mengalami kemiskinan pada 2014. Jumlah ini hampir tiga kali lipat dari kemiskinan versi BPS.

Seperti diketahui, BPS telah melansir data kemiskinan per bulan September 2014 yakni 27,73 juta jiwa yang berarti sekitar 10,96 persen penduduk Indonesia secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun