Menurut DR. Vivi Alatas, besarnya selisih pendapatan US$ 1 dengan pendapatan US$ 2 atau 41,6%, mencerminkan tingginya kerentanan kemiskinan di Indonesia. Jadi, ada sekita 41,6% rakyat Indonesia rentan jatuh miskin, karena sejumlah besar hidup diantara pendapatan US$ 1 dan US$ 2 atau setara dengan US$ 1,5 per hari.
Indeks Kemiskinan Multidimensi
Empat tahun kemudian, atau tahun 2010, Universitas Oxford, Inggris, bersama United Nation Development Programme (UNDP) mengeluarkan sebuah indeks kemiskinan baru yang disebut Indeks Kemiskinan Multidimensi atau IKM. Dengan IKM, pendapatan diatas US$ 2 bukan lagi menjadi standar pengukuran kemiskinan.
Seperti contoh, Pedagang Siomay yang pendapatan bersihnya lebih dari Rp. 50 ribu perhari, namun rumah yang ditempatinya tidak luas, sangat sederhana dan tinggal di kawasan kumuh. Apabila menggunakan pengukuran garis kemiskinan versi Bank Dunia yang berpatokan pada pendapatan sebesar US$1 - US$2Â atau sekira Rp 27.000 rupiah per hari, Pedagang Siomay tersebut masuk dalam kategori mampu. Namun berdasarkan Indeks Kemiskinan yang baru, Pedagang Siomay dikategorikan sebagai warga miskin.
IKM tidak hanya mengukur tingkat kemiskinan dari pendapatan, tapi memperhitungkan juga kondisi rumah tinggal sebagai salah satu dari 11 indikator.
Ukuran Multidimensi
Seperti dilansir BBC Indonesia, Kamis (11/02/2016), Setyo Budiantoro, selaku peneliti senior Perkumpulan Prakarsa, mengatakan IKM menghitung kemiskinan dengan memakai tiga dimensi, yakni pendidikan, kesehatan, dan kualitas kehidupan.
Dari tiga dimensi itu terdapat 11 indikator, antara lain gizi, akses pendidikan, kondisi tempat tinggal, lama sekolah, sanitasi, air bersih, dan sumber penerangan. Pada dasarnya Indeks Kemiskinan Multidimensi melihat basic needs manusia.
Setyo Budiantoro berpendapat, kemiskinan bukan sekadar uang, tapi juga soal kapabilitas manusia yang seharusnya bisa berkembang namun karena terkerangkeng oleh persoalan-persoalan mendasar, dia kemudian tidak bisa mengembangkan diri.
Menurutnya, dengan menggunakan IKM, sebanyak 30% atau sekira 75 juta penduduk Indonesia mengalami kemiskinan pada 2014. Jumlah ini hampir tiga kali lipat dari kemiskinan versi BPS.
Seperti diketahui, BPS telah melansir data kemiskinan per bulan September 2014 yakni 27,73 juta jiwa yang berarti sekitar 10,96 persen penduduk Indonesia secara keseluruhan.