Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan
Muhammad Ridwan Mohon Tunggu... Relawan - Fungsionaris DPP Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES)

Orang biasa saja, seorang ayah, sejak tahun 2003 aktif dalam kegiatan community development. Blog : mediawarga.id e-mail : muh_ridwan78@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Money

KTT G-20 dan Bayang-bayang Tragedi Paris, Jangan Putar "Kaset Lama" Kontra-Terorisme

16 November 2015   00:47 Diperbarui: 17 November 2015   01:58 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan dalam bidang politik Presiden Jokowi akan berbicara mengenai counter terrorism untuk menyikapi Tragedi Paris 13/11.

“Tentunya dengan kejadian yang baru saja terjadi di Paris, Perancis akan dijadikan diskusi yang sangat menarik,” Ungkap Menteri luar (Menlu) Negeri, Retno Marsudi mengutip laman Okezone, Sabtu (15/11).

Maksud diskusi akan berjalan menarik, menurut Menlu, karena Presiden Jokowi akan menyampaikan yang intinya pentingnya kerja sama internasional dalam pemberantasan terorisme. (Baca: Hadiri KTT G20, Presiden Jokowi Akan Bahas Terorisme di Paris)

Isu kerjasama Internasional dalam pemberantasan terorisme seperti "kaset lama" yang terus diputar ulang sejak peristiwa 9/11 di New York. Amerika menjadikan peristiwa Black September sebagai operasi false-flag untuk mendorong dilaksanakannya perang global melawan terorisme dengan teror.

False Flag Operation adalah “serangan” operasi intelijen rahasia tingkat tinggi, untuk “mengkambing-hitamkan” terhadap suatu kasus. Tindakan ini sukses menggulingkan rezim-rezim yang dianggap melindungi kelompok Jihadis seperti di Afganistan dan musuh Amerika Seperti Saddam Husein. (Sudah saya bahas dalam tulisan :Tragedi Paris Akibat Standar Ganda dan Hipokritnya Hollande )

Konflik Suriah menjadikan dunia menjadi bipolar kembali. Rusia, Tiongkok dan negara-negara Islam lainnya  tentu tidak akan tinggal diam jika Tragedi Paris kembali menjadi dasar operasi False Flag atau justifikasi Perancis dan sekutunya “merangsek” Timur Tengah untuk memburu para Jihadis, atau menumbangkan rezim-rezim di Timur-Tengah.

Namun, serangan ke Kota Paris dan peledakan pesawat sipil Russia di atas Sinai Mesir yang diklaim juga oleh ISIS telah mengubah Peta peperangan. Baik Amerika dan Russia, mnyadari ISIS adalah "Common Enemy" yang harus sama-sama dilawan. Ini merupakan sinyal dari ISIS, berhenti menyerang mereka (Gencatan Senjata) atau akan diserang terus.

Bisa saja melalui KTT G-20 ini, Amerika Serikat dan Russia membuat ksepakatan  bersatu melawan ISIS di Suriah dan Irak atau membuat kesepakatan gencatan senjata. Tapi dalam kamus Amerika dan Russia, tidak ada istilah berunding dengan Teroris.

Kelompok ISIS sebenarnya bisa ditumpas jika negara offisialnya memiliki itikad baik menghentikan dukugan politik dan finansialnya kepada kelompok tersebut.

Akan lebih baik jika KTT-G-20 menyusun sebuah peta jalan bagi perdamaian di Suriah. Minimal tercapai kesepakatan gencatan senjata antara rezim Assad dan kelompok Oposisi.

Bagi Indonesia KTT-20 adalah kesempatan emas bagi Presiden Jokowi memberikan masukan solutif bagi perdamain Suriah. Rakyat Indonesia akan angkat topi kepada Presiden Jokowi jika mengeluarkan statement yang menyejukan terkait Tragedi Paris dan Konflik Suriah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun