Kedua, sangat mungkin memang yang terjadi di Az-Zikra adalah kebalikannya. Alasannya pun logis. Hampir semua orang paham bahwa kelompok minoritas (dalam hal ini Syiah), pada saat pemerintahan sekarang ini jelas sedang mendapatkan tempat dan peluang untuk berkembang dan mendapatkan perlindungan dari negara. Meskipun, keberadaannya mendapatkan penolakan mayoritas Islam yang menganggap Syiah sebagai aliran sesat.
Ketiga, kelompok Syiah beserta pendukungnya yang dianggap minoritas di Indonesia, kemungkinan sedang merasa kuat karena beberapa tokoh Syiah kini sedang berada di posisi strategis pejabat Negara.
"Ada yang menjadi anggota DPR, bahkan beberapa diantaranya bekerja di lingkungan orang-orang yang dekat orang nomor satu Indonesia. Beberapa tokoh Syiah yang berprofesi sebagai seniman, artis, dan tokoh publik lainnya, maupun ulama, sebagian sudah mulai berani keluar kandang untuk memperkenalkan dirinya sebagai Syiah," bebernya.
Penganut Syiah Sedang Mempersiapkan Revolusi di Indonesia?
Menyikapi hal tersebut, saya sebagai Citizen Reporter semakin tertarik dengan informasi eksistensi kelompok Syiah di Indonesia. Momentum datang ketika saya bisa bertemu dengan seorang Ulama dalam sebuah pengajian belum lama ini (tidak akan saya sebutkan namanya, demi keamanan beliau).
Menurut Ulama yang cukup punya nama dikalangan aktivis Islam ini, Indonesia mayoritas Islam Sunni, tapi posisinya di ujung tanduk.
Menurut beliau, dari data Badan Intelijen Negara (BIN) yang diterimanya, Indonesia akan menjadi Suriah kedua pada tahun 2018-2020. Kelompok Syiah di Indnesia saat ini sedang menyusun kekuatan untuk melakukan sebuah "Revolusi" di Indonesia pada 2018.
"Saat ini di Indonesia, kaum Syiah sudah memiliki 10 ribu pemuda yang terlatih secara militer. Mereka dilatih oleh para Imigran gelap dari Timur Tengah yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Jumlah Imigran gelap Syiah sejumlah 6500 orang (yang tercatat), mereka berbadan tegap dengan style militer. Ada info mereka sengaja didatangkan ke Indonesia atas bantuan Intelijen AS dan dedengkot Syiah Indonesia". Ungkap beliau.
Katanya, untuk mempersiapkan revolusi mereka, tahun ini ada ulama Syiah asal Indonesia akan pulang dari Iran (se-level Ayatullah), dibarengi 4000 pelajar Indonesia bergelar Master yang mendapat beasiswa dari Iran.
"Ini data intelijen yang valid". Tegasnya.
Beliau menambahkan, para Ulama, merasa kecewa dengan Menteri Agama Indonesia sekarang, karena tidak memberi kata sambutan dalam buku tentang kesesatan ajaran Syiah yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI), namun beliau (Menteri Agama-Red) malah memberikan kata sambutan dalam buku tandingan yang dikeluarkan oleh Kelompok penganut Syiah Indonesia.