Pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai melalui fusi partai politik. Empat partai politik Islam, yaitu : NU, Parmusi, Partai Sarikat Islam dan Perti bergabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Namun, selama 25 tahun, PPP selalu ada dibawah bayang-bayang Orde Baru. Di masa itu, Militer secara sistematis menarik suara pemilih Islam agar beralih ke Golkar. Politik Islam sangat di kebiri pada masa Orde Baru, seperti kebijakan asas tunggal bagi Ormas Islam dan penggembosan organisasi NU di era Abdurahman Wahid (Gus Dur).
Pasca Pak Harto lengser, menjelang Pemilu 1999 terbentuk puluhan Partai Islam dengan gabungan suara partai Islam masih dikisaran 39 persen. Namun, yang bertahan sampai sekarang hanya 5 partai yakni, PKS, PKB, PPP, PAN dan PBB. Tercatat dalam sejarah, 5 partai ini berkoalisi dalam "Poros Tengah" yang mampu kalahkan dominasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam pemilihan presiden (Pilpres) tahun 1999. Poros tengah berhasil menghantarkan Gus Dur sebagai Presiden ke-4.
Bisa disebut, terwujudnya "Poros Tengah" yang digagas oleh Amin Rais adalah bentuk koalisi diantara partai-partai Islam. Namun, "Poros Tengah" sifatnya hanya koalisi "cair", tidak permanen. Untuk selanjutnya, partai-partai Islam masuk dalam "Koalisi Indonesia Bersatu" yang digagas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sampai sekarang.
Akankah terwujud "Poros Tengah" jilid kedua dalam rangka menghadapi Pilpres mendatang?
Jika di kaji dari pernyataan tokoh-tokoh Islam, kemungkinan sulit terwujud "Poros Tengah" jilid 2. Seperti pernyataan Mahfud MD di Metro TV baru-baru ini yang menyatakan hingga saat ini PKB tetap menggagas bahwa presiden harus dari PKB, itulah sebabnya, PKB harus memimpin koalisi. Di lain pihak, Anis Matta sebagai Presiden PKS juga belum beranjak dari keinginannya, bahwa PKS lah yang harus jadi pemimpin koalisi.
“Andaipun harus masuk koalisi kami ingin pimpin, kalau tidak pimpin, kami akan oposisi,” kata Anis usai mencoblos di Jakarta, mengutip Republika Online, Rabu (9/4).
Sebelumnya, dalam sebuah kesempatan Anis juga pernah mengungkapkan bahwa koalisi yang tergabung dalam sekertariat gabungan (Setgab) saat ini tidak efektif. Untuk itu menurut dia, PKS harus tampil untuk memimpin agar koalisi dapat berjalan lebih baik.
Kemudian, Hatta Rajasa sebagai Capres dari PAN, pernah mengungkapkan "Poros Tengah" jilid 2 sulit terealisasi. Hatta menyatakan kondisinya berbeda dengan saat ini, sehingga koalisi dengan partai berbasis Islam untuk mengusung pasangan calon Presiden dan wakil Presiden modelnya pun akan berbeda. "Poros tengah cocok pada masanya," kata Hatta, mengutip Tempo.co, Minggu (23/03).
Bahkan H-1 menjelang Pileg, PAN bermanuver dengan mengundang Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDI-P, Puan Maharani, dan Sekjen PDIP, Cahyo Kumolo untuk bertemu Hatta Rajasa. Banyak pihak menduga PAN akan merapat ke PDI-P dengan menawarkan Hatta Rajasa sebagai Cawapres Jokowi.
Sebelumnya, Ketua Umum PPP, Suryadharma Ali terlihat di Kampanye Akbar Partai Gerindra di Stadion Gelora Bung Karno yang mengindikasikan PPP akan dukung Prabowo maju sebagai Capres.
Dengan demikian, koalisi Partai Islam sulit terwujud jika masing-masing pimpinannya tetap bersikeras ingin memimpin koalisi atau menjadi Presiden.