[caption id="attachment_355933" align="aligncenter" width="640" caption="Foto Demo Hizbut Tahrir Provinsi Lampung terkait kenaikan BBM di Jalan Raden Intan Bandar Lampung. Saya bidik pada Minggu sore (23/11) dengan kamera Ponsel. Foto Demo Hizbut Tahrir Provinsi Lampung terkait kenaikan BBM di Jalan Raden Intan Bandar Lampung. Saya bidik pada Minggu sore (23/11) dengan kamera Ponsel."][/caption]
Kemarin pagi, Senin (24/11), saya naik bis ke Kotabumi dari Terminal Rajabasa, Bandar Lampung. Tapi, hari ini bukan perjalanan yang menyenangkan. Selain bis yang penuh sesak, saya dalam kondisi tidak enak badan, diperparah dengar sumpah serapah penumpang yang kecewa dengan naiknya ongkos perjalanan. Iya, di kaca depan bis ditempel pengumuman, ongkos Rajabasa-Kotabumi naik Rp. 5000 menjadi 23.000, dari semula Rp. 18.000.
Pertengkaran antara salah satu penumpang dan awak bis ini bermula ketika memasuki Lampung Tengah (Setelah Tegineneng) naiklah pasutri paruh baya. Karena kursi sudah tidak ada yang kosong termasuk kursi cadangan, terpaksa pasutri bertujuan Kotabumi itu berdiri bersama dengan penumpang lainnya di belakang.
Ketika memasuki Bandar Jaya, Pasutri ini ditagih ongkosnya dan memberikan selembar uang Rp 50.000,-. Lalu, sang kernet memberikan "susuk" (Kembalian, istilah orang Lampung) hanya Rp. 4000,-.
"Hei, Bang apa-apaan ini, kok susuknya hanya Rp. 4000,- "ujar istri dari pasutri itu dengan suara tinggi dalam dialek Lampung.
"Ongkos sudah naik Bu, tuh baca keputusan dari Organda dan Pemerintah" Jawab kernet bis itu santai.
"Kami kan tidak naik dari Rajabasa" Timpal Ibu Itu.
"Sama saja bu, Ibu naik dari mana saja, jurusan ke Kotabumi ya segitu", Ujar kernet itu dengan suara tinggi.
Si Ibu lalu naik pitam, mendengar Jawaban kernet bis itu.
"Saya tidak ikhlas, saya tidak ikhlas diperlakukan seperti ini, karena saya naik dari Tegineneng dan berdiri pula", bentak Ibu tersebut.
Lalu dengan enteng, Kernet itu menjawab, "Kalau Ibu tidak Ikhlas, tanyakan saja permasalahan itu sama Presiden kita, Organda dan Pemerintah Provinsi, mereka kan yang membuat keputusan!.
Dalam hati, saya menggereget, rasanya ingin sekali tampar muka kernet itu, selain arogan, sejak awal banyak menaikan penumpang, padahal bis sudah penuh sesak. ‪
Kekesalan cerita di atas lalu saya posting di Facebook dan mendapat tanggapan beragam. Seperti tanggapan dari Nu'man Abu Raffa, dia menyebut yang mengambil kebijakan tidak mau tahu nasib rakyat sebenarnya. Lalu, Dhenok Rahmani juga menanggapi, Dimanapun masyarakat yang terkena dampaknya. Lain lagi dengan tanggapan teman saya Hudiyono Ramlas, dia menyarankan rakyat minta "Kartu Diskon" kepada Jokowi dan menyatakan "Barangkali disini ada relawan jokowi.. Tolong saya dikasih tahu satu saja... program Jokowi yang sesuai dengan janjinya waktu kampanye PILPRES", tulisnya di dinding Facebook saya.
Kontroversi kenaikan BBM memang tidak akan pernah ada akhirnya. Pro dan Kontra akan selalu mengiringi setiap kebijakan yang tidak populer seperti kenaikan harga BBM. Pemerintah harus sadari, setiap kenaikan BBM Rp. 1000,-, berarti akan ada kenaikan angka kemiskinan sebesar satu persen.
Jika persentasenya bertambah dua persen, akan ada penambahan penduduk miskin sekitar lima juta jiwa dan angka kemiskinan kembali bertengger di atas 30 juta orang.
Kenyataan di atas memang tidak bisa dihindari. Kenaikan BBM mengakibatkan laju inflasi meningkat. Bank Indonesia memperkirakan, bila pemerintah menaikkan harga BBM Rp 1.000, maka akan ada dampak langsung inflasi sebesar 0,62 persen.
Jika tarif angkutan juga naik, maka secara proporsional akan ada tambahan tekanan inflasi lagi sebesar 0,78 persen. Naiknya tarif angkutan pasti berdampak tidak langsung terhadap komoditas lainnya, maka ada tambahan inflasi 0,23 persen. Sehingga total inflasi akibat kenaikan BBM adalah 1,63 persen.
Bagi masyarakat berpenghasilan tinggi, inflasi sekitar 1,63 persen mungkin tidak terasa pengaruhnya. Namun bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, inflasi tersebut akan menggerus daya beli. Sekarang kita akan melihat sama-sama, apakah kartu-kartu "Sakti" yang akan dibagikan kepada rakyat miskin mampu mengatasi dampak dari kenaikan BBM.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H