Mohon tunggu...
Ridwan Arifin
Ridwan Arifin Mohon Tunggu... Dosen - Munsyi dan Narablog

Bahasa, Penerjemahan, Linguistik, Keimigrasian, Blog di https://ridwanbahasa.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Rekonsiliasi atau Rujuk?

1 Agustus 2019   07:02 Diperbarui: 1 Agustus 2019   07:19 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arti kedua, rekonsiliasi merupakan the process of making it possible for two different ideas, facts, etc. to exist together without being opposed to each other atau proses menyatukan dua ide, gagasan, fakta yang berbeda tanpa saling mempertetangkannya.


Rekonsiliasi atau Rujuk?

Jika demikian, apakah proses rekonsiliasi sama dengan arti kata "rujuk"? Timbul pertanyaan, apakah sebelumnya Presiden Joko Widodo dan Pak Prabowo Subianto berselisih, bertentangan, tidak memiliki hubungan baik? Bukankah "cebong" dan "kampret" juga kerap bersitegang dan saling caci?

Sebaiknya, kata "politik" ditulis setelah kata "rekonsiliasi" menjadi "rekonsiliasi politik". Dalam jurnal ilmiahnya, Collen Murphy tahun 2007 menjelaskan bahwa rekonsiliasi politik yakni perbaikan hubungan yang rusak di antara kelompok masyarakat atau political reconciliation involves the repairing of damaged relationships among members of a society. 

Jadi, rekonsiliasi tidak hanya pada tingkat atas tapi juga pada level masyarakat sangat penting dan bukan "re-kursi-asi". Dalam bukunya Polisi Bahasa, Eko Endarmoko menulis bahwa "Bahasamu Kastamu" dan dalam ragam lisan, penutur cenderung berbahasa dulu, beraturan kemudian.

Sungguh, sebuah kata memiliki kekuatan dinamis sebab bahasa adalah "mantra" yang mengalir ide, nilai dan kepribadian di dalamnya. Tidak percaya? Mari bertanya pada Vikcy Prasetyo dalam "vikinisasi" dan Cak Lontong! Salam lemper! Mikir!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun