Ya... Abi anter umi dulu sebentar ya, Yaya disini dulu sama nenek kata Pak Fauzi.
Ndak mau, Yaya itut abi, jawab yaya.
Yuk, sama nenek aja kita lihat soang di empang, potong Bu Sulis yang sekaligus mengambil anak usia kurang lebih 1,8 tahun itu dari pelukan ayahnya.
Pak Fauzi pun pergi mengantar Bu Amel berangkat kerja, mereka adalah tak lain orang tua dari Yaya. Yang kebetulan pada hari ini Pak Fauzi libur tapi tidak dengan Bu Amel, makanya dia bisa mengantar istrinya itu berangkat kerja.
Disisi lain Yaya sudah berhenti menangis dan sedang bermain bersama neneknya didekat empang komplek dan melihat soang disana, Yaya merupakan anak pertama dari Pak Fauzi dan Bu Amel, sebenarnya nama aslinya adalah Shaera tapi dia lebih suka dipangil Yaya, dia juga memiliki mata yang bulat, hidung yang tidak terlalu mancung persis sekali dengan Bu Amel, berambut tipis serta kulitnya yang putih. Dia juga sudah cukup pandai berbicara untuk anak seusianya, dan sudah nyambung jika diajak mengobrol.
Yaya... Panggil Pak Fauzi dari kejauhan.
Eh abi udah pulang tuh, kata Bu Sulis sembari menunjuk ke arah Pak Fauzi.
Yaya berlari sekuat tenaga menuju ayahnya dan memeluknya dengan penuh kehangatan, seakan sudah lama tak berjumpa. Sungguh anak seusianya memang penuh dengan drama.
Abi abis antel umi enja ya? Tanya Yaya dengan bahasanya.
Iya tadi abi abis anter umi kerja, Yaya udah mandi ya sama nenek? Kata Pak Fauzi.
Udah abi kata Yaya.
Hari ini akan menjadi hari yang luar biasa untuk Pak Fauzi dan Yaya, karena jarang-jarang mereka bisa memiliki waktu bersama dan hanya berdua antara ayah dan anak perempuannya yang menggemaskan. Namun, hal itu akan menjadi tantangan tersendiri untuk Pak Fauzi, Â karena Dia merupakan orang yang tidak terlalu kreatif untuk membuat suatu permainan agar anaknya tidak merasa bosan saat bersamanya.
Pokonya ini adalah waktu yang harus aku gunakan dengan baik dan harus bikin Yaya seneng, kata Pak Fauzi dalam hati.
Dia mulai memikirkan berbagai macam cara serta kegiatan untuk bermain bersama anak pertamanya itu, mulai dari membaca buku, bermain petak umpet, berenang, makan, hingga tidur siang. Sebuah usaha yang besar dari seorang ayah yang tidak kreatif untuk menjalani hari dengan anaknya.
Kamu makan udah, mandi juga udah, enaknya ngapain lagi nih kita ya? Tanya Pak Fauzi.
Yaya mau toton, jawab yaya polos.
Tidak ya, kita tidak nonton dulu. Jawab Pak Fauzi.
Pak Fauzi ini memang memiliki prinsip untuk tidak memberikan waktu menonton baik di tv atau di handphone kepada anak usia 1,8 tahun itu, karena menurutnya, perilaku anak yang sering menonton atau memainkan gadget itu dapat mempengaruhi emosinya menjadi tidak stabil, dan Pak Fauzi berusaha untuk menjaga itu agar tidak terjadi pada anaknya.
Pak Fauzi memutuskan untuk mengambil beberapa buku di rak, dia berniat untuk mengajak yaya membaca buku terlebih dahulu. Mulai dari buku mengenal hewan, buku mengenal huruf hijaiyah dan buku dongeng. Yaya ini suka sekali membaca buku, mungkin lebih tepatnya melihat gambar-gambar yang ada dibuku tersebut, hal itu sudah sangat bagus untuk anak seusianya jika dibandingkan harus bermain gadget.
Bi.. yaya mau aji kata yaya.
Oh yaya mau ngaji? Boleh, kita ngaji surat al-fatihah ya. Jawab Pak Fauzi.
Bismillaaaa hirahmaaaann nirrahiiiimm.... Pak Fauzi memulai dan yaya mengikuti.
Mereka pun mengaji bersama, namun kegiatan itu tak berlangsung lama, ditengah-tengah mereka berhenti karena yaya sudah terpengaruh dengan hal lain. Maklum, namanya juga anak-anak kalau ada hal lain yang menarik perhatiaannya dia akan langsung berpaling.
Tak hanya membaca buku dan mengaji, Pak Fauzi terus mencari cara supaya anaknya bisa terus beraktivitas lain tanpa harus menonton, dia mencoba melihat sekitar dan mencari hal apa yang bisa dia gunakan untuk bermain, dan tatapannya terhenti pada gumpalan karet biru dikolong meja, ternyata itu adalah kolam renang portable yang kemudian dia baru ingat bahwa berenang menjadi salah satu list bermain pada hari ini.
Yayaaa... abi tau kita harus ngapain lagi, kata Pak Fauzi
Hah? Kata Yaya
Kita berenang yuk, Pak Fauzi melanjutkan
Hah? Jawab Yaya lagi
Anak perempuan itu hanya menjawab "hah", memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, perilaku ini persis sekali seperti Pak Fauzi yang selalu menjawab "hah" ketika ditanya, yang sebenarnya dia tau dan mengerti apa yang ditanyakan namun kata "hah" itu selalu keluar dari alam bawah sadarnya. Memang Yaya ini benar anak kandung dari Pak Fauzi.
Pak Fauzi langsung mengambil kolam portable itu dikolong meja dan memompanya di balkon rumah. Saat sedang memompa Yaya dari belakang Pak Fauzi pun mulai mendekat.
Abi yaya mau ennang kata Yaya.
Iya tunggu ya abi pompa dulu kolamnya, jawab Pak Fauzi.
Sambil menunggu ayahnya memompa kolam, Yaya terlihat sedang asik menggambar, membuat ukiran-ukiran tak beraturan di tembok rumah yang dia anggap lebih menarik ketimbang harus menggambar di kertas.
Nih udah selesai ya. Kata Pak Fauzi.
MaasyaAllah yayaaaa ko gambar ditembok? Kata Pak Fauzi setelah melihat apa yang dilakukan anaknya itu.
Sini kita berenang aja ya, tapi buka dulu popoknya. Lanjut Pak Fauzi.
Layaknya seorang anak dan ayah, mereka sangat menikmati waktunya untuk bermain bersama, Pak Fauzi tidak mau melewatkan kesempatan ini begitu saja. Melihat anak perempuannya senang adalah salah satu kewajiban yang harus dipenuhi olehnya. Karena dia berprinsip memberikan kebahagian untuk istri dan anaknya adalah sebuah kewajiban baginya. Meski harus menunda atau bahkan mengorbankan impiannya akan dia lakukan.
Sejam sudah mereka bermain air bersama, meski udara dingin karena cuaca mendung namun hal ini terasa hangat bagi mereka terlihat dari canda dan tawa yang menyelimutinya. Tatapan mata Pak Fauzi kepada anaknya pun sangat terihat tulus, seolah mengatakan "Nak Ayah sayang sekali sama kamu". Pemandangan yang sungguh menyejukkan hati dari sepasang ayah dan anak ini.
Udahan yuk berenangnya, kata Pak Fauzi.
Dia pergi meninggalkan anaknya sebentar untuk mengambil handuk, Yaya masih terlihat sangat menikmati kegiatan berenenangnya sembari memainkan beberapa bola yang dibawanya. Tak lama kemudian Pak Fauzi memeluk Yaya dari belakang dan mengangkatnya dari kolam renang.
Ndak mau abi, ndak mau udahan, teriak Yaya.
Udahan dulu ya, tuh lihat jarinya udah pada keriput, jawab Pak Fauzi menjelaskan.
Yaya berhenti berteriak dan sejenak melihat jari-jari kecilnya yang sudah mulai keriput tanda dia mulai kedinginan, tapi dia tak menyadari hal itu karena terlalu asyik bermain. Lalu, Pak Fauzi membawa anaknya itu ke kamar mandi untuk membilasnya dengan air bersih dan sabun.
Nah, kalo udah mandi, udah rapih kan enak, ucap Pak Fauzi.
Dia pergi ke dapur untuk mengambil buah melon potong untuk cemilan anak perempuannya itu, tapi pada saat dia Kembali ke kamar, dia mendapati anaknya sudah tertidur, ternyata aktivitas berenang tadi menguras banyak energi anaknya Sehingga dia kelelahan hingga tertidur. Pak Fauzi pun menyelimuti anaknya dengan penuh kasih dan ikut tidur disamping Yaya sambli memeluknya dengan hangat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI