Mohon tunggu...
Riduan Situmorang
Riduan Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Riduan Situmorang seorang alumni dari SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos P. Siantar dan sedang kuliah di FBS Unimed. Lahir di Simandampin, 31 Desember 1987

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bagaimana Meregenerasi Petani?

20 Mei 2019   10:05 Diperbarui: 20 Mei 2019   10:12 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ogah Menjawab

Inilah yang sudah dilakukan Israel. Petani dan pekebun mereka tak lagi kotor-kotor. Warga kita ogah kotor, tentu saja. Selain itu, pemerintah juga mendukung pemasaran hasil pertanian sehingga warganya ramai-ramai menjadi petani. 

Beda dengan kita, jangankan pemuda secara umum, pemuda sarjana dari Ilmu Pertanian pun jatuh-jatuhnya belajar tinggi-tinggi hanya agar bisa bekerja di kantor pertanian, sykur-syukur menjadi PNS di kementerian terakit, bukan agar bisa memodifikasi pertanian dengan bekal ilmu yang sudah ditempuh.

Intinya, karena takdir dan halaman depan bangsa ini ada pada pertanian, pemerintah harus hadir untuk mendukung pemuda sebagai petani. Mendukung bukan soal memberikan lahan, tetapi juga bagaimana membantu agar hasil panen menjadi komoditas berharga.

Ada pertanyaan dari Bung Karno ketika mendirikan IPB yang ogah kita jawab hingga hari ini: kenapa dari kalangan-kalanganmu begitu kecil minat untuk studi ilmu pertanian? Pertanyaan ini bisa diturunkan lagi: kenapa generasi muda semakin menghindari profesi pertanian.

Saya sebut ogah karena kita sebenarnya tahu jawabannya sangat sederhana: karena pemerintah tak pernah benar-benar mendukung profesi petani dari dulu hingga saat ini! Jadi, bagaimana membuat agar orang muda kembali bertani? 

Sedikit mungkin, berkacalah pada negara-negara maju yang tak hanya mengintegrasikan sains dengan pertanian, tetapi juga membantu agar hasil pertanian itu mewah secara ekonomi sehingga warganya pun tak merasa terkutuk dan terkucil ketika memilih profesi sebagai petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun