Negara bagian Kansas diklaim sebagai negara bagian pertama yang mempunyai sistem jalan bebas hambatan di akhir tahun 1950 an. Jalan tersebut sekarang merupakan bagian dari jalan bebas hambatan I-70Â (Interstate-70).
Setelah 35 tahun berjalan, panjang total jalan bebas hambatan di AS mencapai 77.000 km, di luar jalan biasa dan "County roads". Jalan bebas hambatan tersebut diberi nomor ganjil untuk jalur Utara -- Selatan, misalnya I-5; I-95; I-87, dll, yang sudah pernah penulis lalui. Sementara untuk jalur Timur -- Barat diberi nomor genap, misalnya I-40; I-80; I-90, dan lain-lain, yang juga sudah pernah penulis lalui.
Selanjutnya jalan-jalan bebas hambatan tersebut dikembangkan sampai ke perbatasan Kanada di utara dan Meksiko di selatan.
Ekonomi AS tumbuh dengan pesat di atas 10% sejak jalan-jalan tersebut dioperasikan. Meski pun akhirnya pertumbuhan tersebut melambat sejak AS terlibat banyak perang di luar negaranya. Hanya berkisar 3,3% per tahun sejak 1980 sampai saat ini.
2. Express Way of China (Jalan bebas hambatan di RR China)
Jalan bebas hambatan di RR China (RRC) dimulai pada awal 1980 an di masa kepemimpinan Deng Xiaoping yang menggantikan Ketua Mao Zedong.Meski pun sebagai pemimpin sebuah negara komunis, Deng Xiaoping pada saat itu mempunya motto: "Menjadi Kaya adalah Mulia"(To be Rich is Glorius).
Maka sejak RRC memulai proyek-proyek raksasanya di bidang infrastruktur, termasuk jalan raya bebas hambatan, ekonominya melejit dengan pertumbuhan rata-rata di atas 10% mengalahkan semua negara maju di dunia. Sehingga RRC layak disebut satu-satunya negara dengan sistem ekonomi Sosialistis- Kapitalis.
Sampai akhir tahun 2017, panjang total jalan bebas hambatan di RRC adalah yang terpanjang di dunia, mencapai 136.000 km, melebihi semua panjang jalan bebas hambatan di AS.
Keberhasilan RRC dalam proyek-proyek infrastrukturnya telah menggenjot juga pertumbuhan ekonominya rata-rata di atas 10% pertahun. Pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia sampai sekarang ini.
Masalah Utang Terhadap Pembangunan Infrastruktur.
Selama masa-masa pembangunan infrastruktur tersebut, kedua negara, AS dan RRC, juga mengalami rasio pertumbuhan utang yang signifikan, rata-rata di atas 30% terhadap GDP nya (Government Debt to GDP Ratio).