Jen, ada siapa di toko?," tanya saya lewat WhatsApp, "Sepi kak," jawab Jeni. Tak lama, saya segera membawa motor menuju Toko ATK Kito, tempat Jeni Andika bekerja.
Di toko ini, saya sering mampir lama, bukan bantu Jeni jualan, tapi numpang berkipas angin plus wifian sampai malam.
Kader-kader organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII), kata Kak Yudi Wala (Vokalis Black Ice Coffe), boleh wifian di ATK Kito, asal jangan mengotori dan tahu diri.
Misalnya, kalau Jeni repot, anak PII yang nongkrong di toko setidaknya menolong sedikit, seperti, ngeprint, mengedit makalah, ngetik dan foto kopi.
Di toko ini, nama-nama besar pentolan PII Sumatera Selatan selalu datang, sebut saja Kohar (Mantan Ketua Umum PII Sumsel), Ismail (Mantan Ketua Umum PII Palembang). Rahmat (Ketua Umum PII Palembang), Yusuf (Mantan Ketua Umum PII Palembang).
Kemudian Jefry (Komandan Brigade PII Sumsel), Wahyu (Ketua Umum PII OKI), Adam (Ketua Umum PII OKU), Ego (Mantan Ketua Umum PII OKU), Iman (Bukan pentolan PII Sumsel) dan PB PII 1999-2000 (Darwin Yattalatov).
Dari beberapa orang yang disebutkan diatas, diantaranya cuma berteduh sebentar di ATK Kito, contohnya Kak Darwin, Adam dan Wahyu.
Sisanya, kalau saya tidak salah, mereka nebeng wifi dari pagi, siang, sore, malam lanjut besok lagi. Yang seperti ini tidak lain dan tidak bukan adalah saya, Iman, Kohar kadang-kadang. Kalau Ego, Ismail, Yusuf, Jefry dan Rahmat sesekali, tapi wifian tetap lancar.
Saya sebenarnya tidak enak sama Jeni, bantu nggak, menyusahkan iya, wifian maju terus.
Walau begitu, saya masih bersyukur, karena Jeni tak pernah mempermasalahkan kedatangan saya di toko sambil pakai wifi. Terima kasih Jeni, semoga amal ibadah dan kebaikan mu, dibalas Allah SWT dengan cepatnya gajian bulan ini, amiin.
....