Jika tulisan saya terbit di koran, lumayan untuk tambahan uang bensin. Terus beli paket uangnya darimana?
Jawabannya, saya banyak nempel paketnya sama teman, daripada beli paket sendiri.
Semenjak Jeni bekerja di ATK Kito, ditambah sabda Kak Yudi, "Anak PII boleh wifian disini, asal bantu berjualan di toko," hadeh rasanya anugerah sekali, masalah internetan setidaknya teratasi dengan adanya Wifi ATK Kito.
....
Wifi ATK Kito seperti nikmat, bahayanya gini, kalau seseorang tak sanggup mensyukuri nikmat wifi, teguran dari langit pasti datang. Nggak usah dari atas, dibumi pun sindiran bagi orang-orang yang nggak memaksimalkan rezeki sesekali hadir.
Contoh, teguran Kak Yudi ke saya, Iman dan Kohar, "Ayolaaah, jangan cuma duduk terus wifian, disinikan lagi banyak pelanggan, bantu keeek,".
Terus, karena wifinya tanpa keterbatasan, Iman, Kohar juga saya sering lupa waktu. Asik menatap gadget, guling lihat gadget, berdiri mata menuju gadget, ke kamar mandi pun pegang gadget.
Misalnya Iman, setelah dia ngojek atau pulang kuliah, ia segera ke ATK Kito. Ngapain? Wifian dong. Wifian Iman, kalau saya nggak salah, volumenya banyak, berjam-jam kepalanya lurus sama gadget, mukanya kadang ketawa, serius, ngomong kotor, galau atau marah.
Apalagi ketika Iman main game, waah, ATK Kito ia jadikan area berperang. Semuanya musuh.
Pertanyaannya, Iman dapat apa? Terus Iman membantah, "Ya dapat informasi terbaru lah kak, saya jadi lebih update karena Wifi ATK Kito,".
Sekarang saya balik, "Informasi itu penting tidak buat Iman? Menunjang skill Iman kah informasi tadi? Jangan-jangan, menurut Iman bermanfaat, ehh ternyata malah menghabiskan waktu Iman saja,".
"Skripsi sudah sampai mana, Har?,". Saya tahu Kohar lelah dengan dunia ini, uang nggak ada, calonnya susah diatur (misalnya), makan kadang iya banyak tidak, jadi guru gajinya kecil dan sebagainya.