Setelah kejadian tersebut, saya akhirnya dipanggil kepala sekolah, kena marah pastinya. Saya masih untung, mama nggak ditelpon pihak sekolah, kalau mama dipanggil, nyawa saya bisa terancam.
Bel pulang pun berbunyi, saya dan kawan saya yang teraniaya tadi sama-sama pulang.
Ini petakanya. Saya lagi jalan kaki menuju rumah, kira-kira 15 menit lagi sampai lorong. Tiba-tiba, ada motor yang mendekat, motor tersebut dinaiki sepasang suami istri dan anak sekolah dasar.
Sudah tertebak bukan? Anaknya ialah teman saya disekolah sebelumnya. Saya terkejut, bapaknya ternyata tentara, ibunya, ya ampun, kejamnya seperti nenek lampir. Teman saya itu rupanya ngadu ke orang tua. Hadeeh.
Disana, saya ditampol oleh bapaknya, wajah saya dipukul, kepala saya dibenturkan ke dinding rumah orang, badan saya ditendang hadirin sekalian, gigi saya patah, bibir saya berdarah dan kening saya benjol.
Waktu itu, yang saya pikirkan hanya mama, mama dan mama. Nggak ada yang lain.
Penyiksaan pun selesai, mereka pergi menggunakan motornya melewati saya, dan teman kelas saya ini, tersenyum lebar.
Saya? Tergeletak di pinggir jalan, baju sekolah saya robek, topi saya masuk selokan, ehh saya nggak kuat berdiri. Saya istirahat sebentar, nangis? Ya iyalah nangis, tapi biasa aja nangisnya, tetap cool kok.
Saya lalu berdiri dan berjalan kerumah. Kebetulan mama lagi ngobrol dengan tetangga di depan lorong, lalu lihat saya dari jauh, mama lari kencang menuju saya.
"Ya Allah naaak, kenapa begini sayang? Siapa yang ngelakuin ini ke kamu? Kok bisa begini naaak? Ya Allaaaah anakku. Ya Allah, Ya Allah,".
Ketika sampai dirumah, saya ceritakan semuanya.