Sore hari di taman. Aku melihat pria tampan.
Ia kini menjelma dalam mimpiku. Namun, tak seperti kisah dalam mimpiku.
Pria tampan dan taman, dua elemen ciptaan Tuhan.
Dari jauh wajahku memandang. Ku mencoba curi pandang. Gugup rasanya. Hah, tidak! Ia juga.
Â
Kami selalu merundung. Mencuri dari kejauhan. Mencuri waktu.
saling memunggung. Di saat itu aku bahagia.
Â
Di dalam duniaku, aku memilikinya.
Di dalam duniaNya, aku berusaha memilikinya.
Dalam gerak yang bersahaja, ia melintasi persinggahanku. Tak berani senyum
Itulah ia.  Luar biasa. Sederhana, bersahaja, dan aku…. Berdoa.
Aku yakin ia sangat mencintai ibunda. Ramah pada semua wanita.
Tak mengapa. Akuuu…. Tetap berdoa.
Â
 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Â
Sore hari di taman. Aku melihat pria tampan.
Ia kini menjelma dalam mimpiku. Semuanya menjadi nyata
Kami berdua bersama. tak hanya hidup dalam angan.
kini ku dapat menatapnya. Bukan melihat dari sisi belakang.Â
Â
oh Tuhan. Kami bisa saling bertatap. Â merangkul dan membelai.
Kita takan terpisahkan. si tampan kita telah menghabisi ruang tidurku.Â
tak lagiku tatap punggungnya. Ku dapat memeluknya. sesukaku.Â
Mimpiku menjadi nyata. Kami dapat berbagi dalam suka dan duka. Ah, tampan kau laki-lakiku.
Â
Doakan sajaa (kami bahagia)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H