Mohon tunggu...
Rido Nugroho
Rido Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Public Policy and ESG Enthusiast

Tulisan adalah awal dari perubahan, tulisan dapat memengaruhi pikiran, hati, dan tindakan orang banyak. Semua dimulai dari tulisan untuk merubah dunia yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Grit Faktor Penentu Kesuksesan, Benarkah?

27 November 2022   05:37 Diperbarui: 27 November 2022   05:48 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Angela Duckworth Dalam bukunya GRIT, mereka yang punya grit berpeluang lebih besar untuk meraih kesuksesan.

Grit adalah kegigihan untuk mencapai target jangka panjang. Duckworth bahkan menyebutkan bahwa grit bisa digunakan untuk memprediksi apakah seseorang akan sukses atau tidak.

Duckworth menjelaskan bahwa faktor talenta hanya bernilai satu, sedangkan grit bernilai dua. Atau mudahnya, grit punya peran lebih besar.

Namun Duckworth lebih jauh menyebutkan grit atau kegigihan saja tidak cukup, harus disertai dengan sebuah usaha yang disengaja.

Pernahkah kita berlatih sesuatu cukup lama, tapi tidak melihat adanya kemajuan. Hal ini terjadi karena kita hanya fokus berlatih tanpa melakukan evaluasi terukur terhadap kemajuan yang terjadi.  

Kunci dari Latihan yang disengaja adalah benar-benar fokus ke dalam latihan, mencatat kemajuan, serta mendapatkan evaluasi.

Seorang pelari misalnya harus berlatih secara sadar. Banyak orang berlatih berlari, tapi seiring mereka berlatih, mereka mendengar musik, atau memikirkan hal-hal lain.

Padahal yang seharusnya dilakukan adalah fokus kepada latihan tersebut. Pikirkan hal-hal seperti, apakah saya berlari dengan teknik yang benar? Bagaimana napas, postur tubuh, dan performa saya?

Langkah selanjutnya adalah mendapatkan masukan dari seseorang yang lebih ahli. Kita akan sangat terbantu jika ada seorang ahli yang bisa memberi tahu bahwa di tengah latihan berlari, postur tubuh mulai salah, atau tidak mengontrol pernapasan dengan benar.

Yang terakhir adalah, setelah mendapatkan feedback ini, kita membuat rencana untuk memperbaikinya dan fokus terhadap perbaikan. Misalnya di menit kesepuluh, ketika kita sudah terlalu lelah dan napas mulai berantakan, kita cenderung untuk menahannya sebisa mungkin.

Seharusnya kita menyadari di titik ini bahwa batas kemampuan kita sekarang adalah sepuluh menit. Setelah menyadarinya, kita mengambil sikap aktif untuk memperbaiki pernapasan ketimbang hanya menahannya sebisa mungkin.

Bila dirangkum, kita akan memerlukan:

1. Kesadaran untuk berlatih secara sengaja,

2. Fokus kepada latihan tersebut,

3. Mendapatkan evaluasi, dan

4. Membuat perbaikan.

Namun untuk melakukan 4 (empat) Langkah tersebut, grit memiliki peran penting. Tanpa grit kita akan menyerah dan berhenti.

Jadi bagaimana menumbuhkan grit ini?

Duckworth menyebutkan empat hal yang bisa membantu:

Kembangkan ketertarikan. Mengerjakan sesuatu yang tak menarik akan membuat kamu lebih cepat menyerah.

Lakukan peningkatan secara berkala. Jangan bertahan atau melakukan sesuatu berulang-ulang dengan cara yang sama. Cari tahu apa yang bisa ditingkatkan, sekecil apa pun, dan lakukan itu setiap hari.

Temukan target yang lebih besar. Sayangnya, tak semua orang mengetahui dampak dari apa yang mereka sedang kerjakan. Bukan saja ini akan menghambat mereka untuk jadi lebih efisien, tapi juga akan memunculkan perasaan bahwa usaha mereka sia-sia. Tebak apa yang terjadi setelahnya? Yap, menyerah.

Growth mindset. Mereka yang percaya bahwa talenta mereka bisa dikembangkan, cenderung melakukan usaha lebih dan melihat perkembangan talenta tersebut, ketimbang mereka yang merasa sebuah talenta adalah yang sudah diberikan dari sananya.

Latihan yang disengaja adalah kunci untuk meraih kesuksesan dalam berbagai hal, namun tanpa grit atau kegigihan kita akan menyerah dan berhenti sebelum mencapai kesuksesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun