Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ngeri-ngeri Sedap Jero Wacik

5 September 2014   18:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:32 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

www.antaranews.com

Perilaku koruptor di Indonesia sangat berbeda dengan yang ada di luar sana. Lihat saja Jero Wacik, meski sudah ditetapkan jadi tersangka masih bisa tersenyum maut sebagai simbol melakukan pembelaan. Hal yang sama terjadi pada Anas Urbaningrum yang selalu mengumbar senyum setiap menjalani persidangan. Dan paling geli sekaligus paling menyebalkan tingkah pola Sutan Batugana yang masih berceloteh dengan kasus korupsinya, sesekali tertawa lepas  seolah-olah korupsinya yang menimpanya bukan beban tetapi dianggap sebagai resiko jabatan. Para koruptor lainnya yang sudah divonis, seperti Miranda Gultom, Angelina Sondakh, Hartati Murdaya, Nazarudin dan yang banyak yang lainnya, nampaknya tidak menunjukan penyesalan. Kalaupun menyesal mereka hanya berkata : Kok bisa ketahuan KPK, bukan menyesal karena mereka telah berbuat curang terhadap uang negara. Memang tidak semuanya koruptor bersikap seperti Jero Wacik dan gerombolan maling uang negara lain. Masih ada Andi Malaranggeng yang dengan ksatria mengakui kesalahannya, begitupun dengan Rudi Rubiandini yang menyesal terhadap perbutaannya dengan berurai air mata, sebagai tanda penyesalan yang sangat dalam.

Mantan Menteri Perkeretaapian China, Liu Zhijun, dijatuhi hukuman mati dengan penangguhan dua tahun setelah terbukti menerima suap dan menyalahgunakan wewenang. (kompas.com)

Reaksi penyesalan seorang koruptor seperti yang diperlihatkan oleh Rudi Rubiandini sangat jarang terjadi diIndonesia. Di China, Vietnam, dan juga Amerika, seperti yang baru-baru ini terjadi di salah satu negara bagian di Amerika. Seorang koruptor berdiri dihadapan publik dengan memperlihatkan wajah yang sangat sedih dan ada juga yang menangis. Tentu mereka malu terhadap perbuatannya yang merugikan negara yang berdampak rasa tidak nyaman untuk teman, sahabat dan sanak-saudaranya. Di Indonesia, seorang keluarga koruptor layaknya bintang film yang mengadakan konferensi pers dengan mengatakan bahwa dia dan seluruh keluarganya tidak percaya jika saudara yang telah divonis KPK terlibat korupsi. Kalaupun sudah terbukti korupsi, mereka berharap jika saudaranya yang terlibat koruptor tidak menjalani hukuman yang berat, apalagi di Indonesia ini masih ada grasi. Kemungkinan bebas akan lebih cepat lagi.

Para koruptor di Indonesia tak akan  berpikir untuk bunuh diri seperti yang dilakukan rekannya di Jepang. Rasa malu terhadap keluarga yang menyebabkan para koruptor di Jepang, lebih memilih jalan pintas bunuh diri daripada harus menjalani hukuman. Di Indonesia tak akan melakukan hal yang senista itu sekalipun keluarganya telah dipermalukan dirinya. Mereka masih berpikir waras bahwa bunuh diri bukan salah satu penyelesaian yang terbaik. Dan menurut pandangan umum masyarakat Indonesia, pola pikir seperti itu sangat wajar di negara yang masih memegang tradisi agama dan budaya yang sangat kuat. Tapi kita semua sepakat bahwa tindakan para koruptor masih tersenyum dan tertawa seolah-olah mau menyatakan The Show Must Go On adalah tindakan kurang dapat diterima oleh akal sehat, terutama oleh setiap elemen masyarakat yang masih berada pada garis kemiskinan.

Anggota Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat, Sutan Bhatoegana, dengan pongahnya meminta masyarakat dan media massa tak menghakimi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik. Menurut dia bahwa yang tersangka di KPK belum tentu salah. Pernyataan tersebut sekaligus pembelaan untuk dirinya yang sudah dinyatakan tersangka oleh KPK.

"Tersangka di KPK belum tentu salah. Contohnya saya," kata Sutan ketika ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Kamis, 4 September 2014. (Tempo, 04-09-2014).

Pernyataan Sutan adalah tipikal dari pernyataan para koruptor lainnya yang semau gue membela omongan kosong sekedar menghibur dirinya, padahal bukti sudah memperkuat keterlibatannya untuk kasus korupsinya. Dan apakah KPK salah atau tidaknya, pengadilanlah yang bertugas memvalidasi penetapannya sebagai tersangka. Secara kebetulan kasus yang menimpa Jero Wacik dan Sutan Batugana bermuara pada persoalan yang sama. Tentu saja pernyataan Sutan terhadap Jero Wacik hanya sekedar bombastis, karena tidak akan mampu menyelamatkan dirinya dan juga Jero Wacik.

www.age.jp

Dalam setiap pernyataanya,Sutan selalu tersenyum dan sekali-kali tertawa terbahak-bahak seolah-olah dia mau menyatakan bahwa koruptor di Indonesia boleh tersenyum, tertawa, dan jadi bahan celotehan seperti apa yang dilakukan dirinya. Pernyataan Sutan yang paling sering diucapkannya yakni ngeri-ngeri sedap.

"Ini sudah ngeri-ngeri, tinggal menunggu sedapnya," kata Sutan tanpa menjelaskan maksudnya. Ketika ditanya apakah maksud "sedap" adalah tertangkapnya para anggota Komisi Energi, Sutan hanya tersenyum. (Tempo, 04-09-2014).

Jargon Sutan tentang ngeri-ngeri sedap adalah sinyal buruk untuk para penegak dan penggiat korupsi pada pemerintahan Indonesia yang akan datang. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa para prilaku para koruptor di Indonesia yang akan datang tidak akan berubah tersenyum manis untuk empedu rakyat, dan tertawa terbahak-bahak yang membuat rakyat mual dan sedih melihatnya. Cageur euy!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun