Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Terima Kasih Anas

25 September 2014   23:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:31 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paradoks itulah yang dipakai oleh Anas untuk mengungkapkan apa yang menjadi uneg-unegnya. Dengan demikian, orang akan terkecoh seolah-olah dia dijadikan tumbal balas budi  dimasukkan dalam tahanan KPK. Dalam sejarah, hanya Anas yang bernai mengucapkan terima kasih dimasukkan dalam tahanan. kalimat Anas pada dasarnya   menyatakan hal yang berbeda dari apa yang diucapkannya. Hebatnya ucapan terima kasih tidak diimbangi dengan wajah segar, senyum lebar nan menawan, dan gerakan tangan yang terbuka. Gesture tubuh Anas menerangkan apa yang sebenarnya terjadi. Ini menandakan bahwa dia tidak sedang berterima kasih. Melainkan, dia sedang melakukan sebuah aksi stand up komedi politik. satire dan penuh sindiran.

Sebagai orang Jawa, tentu dia mengenal prilaku bahasa high contact culture, di mana dalam kerangka budaya Jawa yang kental dikenal tinggi kedudukan seseorang maka ia akan bersikap manis di tengah kemarahannya. Dia sangat berharap orang lain menangkap makna di balik kata-katanya, atau paham dengan arah yang dibicarakannya. Seorang pemimpin Jawa yang cerdas tidak pernah menyuruh stafnya untuk menghabisi lawannya, melainkan ia cukup menggunakan kalimat: tolong diselesaikan. Kata-kata terima kasihnya dijadikan peluru ancaman kepada siapa pun, bukan hanya SBY atau Abraham Samad saja. Pilihan kata ini adalah puncak kekecewaan yang melanda dirinya (ditahan). Ketidakrelaannya diungkapkan dengan kata yang sangat manis meski artinya sangat pahit.

Anas sangat cerdas dan piawai memainkan manuver politik lewat diksi dan kata-kata bersayapnya. Inilah cara Anas menyiapkan strategi politik untuk sebuah "pertempuran" akhir yang dalam konsep Jawa disebut "tiji tibeh", mati satu mati semua. Vonis terakhir yang menjebloskan dia ke penjara selama 8 tahun, boleh jadi tidak membuat dia berhenti bermanuver. Ini merupakan perjalanan panjang yang akan Anas tempuh dalam membuka lembaran-lembaran selanjutnya. Terima kasih Anas atas upayamu berjuang meraih keadilan. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun