Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Alasan Sutarman Logis dan Masuk Akal

22 Januari 2015   15:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:36 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapolri Jendral Sutarman seusai bertemu Presiden Jokowi, di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (16/1) pagi. (Foto: setkab.go.id)

Di era pemerintahan Jokowi ini, orang yang pertama kali sakit oleh tindakan Jokowi yang dengan seenaknya bermain pada hak prerogratif dengan mengabaikan asas hukum dan peraturan adalah Sutarman. Sutarman diberhentikan kapolri tanpa ada alasan yang jelas. Apakah Sutarman telah berbuat makar atau merugikan kepentingan negara? Sejauh ini Sutarman tergolong kapolri yang biasa saja dan rata-rata. Bekerja atas juklak dan juknis. Kalau pun ada cacatnya, lumrah dan manusiawi karena  siapa pun pribadinya, mau polisi atau profesi lainnya pastinya  memiliki kekurangan.

Apa mungkin pemberhentian sebelum waktunya sebagai akibat dari kebijakan Jokowi yang merupakan titipan dari Mega untuk menghabisi mantan-mantan anak buahnya SBY. Sinyalemen ke arah pemikiran tersebut terbuka dan memang benar adanya walaupun sudah dibantah oleh pihak Mega.

Sumber Photo : detik.com

"‎Setahu saya selaku petugas partai, terakhir Ibu mengatakan bahwa PDIP tidak pernah dan tidak akan pernah mencampuri pemerintahan Jokowi, termasuk dalam penyusunan kabinet," ujar anggota komisi III Fraksi PDIP Junimart Girsang kepada detikcom, Rabu (21/1/2015).

Kalau memang benar, seharusnya Jokowi meyakinkan kepada publik bahwa proses dipilihnya BG dan diberhentikan Sutarman bukan atas bisikan dari Mega, tetapi inisiatifnya sendiri. Kalau berani ungkapkan sejelas-jelasnya kepada publik agar tidak timbul persepsi yang salah dari masyarakat.  Masyarakat yang melek politik terkadang memandang politik abu-abu, kadang apa yang benar diucapkan pada kenyataan adalah persepsi yang salah, begitu pun sebaliknya. Boleh jadi anggapan Junimart benar bahwa Mega tidak ikut campur. Tetapi anggapan kebenaran tersebut tetap akan menjadi persepsi. Siapa itu BG? Hubungan dengan Mega seperti apa? lalu yang paling menohok BG berdasarkan pengakuan PPATK sudah dicap merah pada saat seleksi menteri? Lalu kenapa Jokowi memaksa mencalonkan diri BG jadi kapolri? Sederet pertanyaan tersebut akan terus menjadi  abadi di kalangan publik.

Sutarman telah menjadi korban persengkongkolan politik Jokowi. Kalau saat ini Jokowi ada posisi Sutarman sebagai orang normal tentu merasakan hal yang sama bagaimana sakitnya tuh disini. Alangkah wajar, bila Sutarman menolak tawaran Presiden Joko Widodo untuk menjadikannya sebagai duta besar ataupun komisaris badan usaha milik negara. Tetapi dasar persoalannya bukan karena  menolak tawaran Jokowi. atau karena  sakit hati pada Jokowi.

Kapolri Jenderal Sutarman dan Wakapolri Komjen Badrodin Haiti dalam jumpa pers bersama di Istana Merdeka, Jumat (16/1/2015).

"Saya terima kasih sudah ditawarkan itu. Saya bekerja di pemerintahan hampir 34 tahun. Sisa hidup saya akan saya gunakan untuk membantu rakyat yang masih membutuhkan," ujar Sutarman di Kompleks Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (kompas.com, 21/1/2015) siang.

Tetapi memang Sutarman tak lagi berkeinginan  terjun lagi ke pemerintahan atau dunia politik. Ada dan tidaknya kasus pemberhentian dirinya yang sewenang-wenang, bukan merupakan sebuah alasan dia mau meninggalkan dunia pemerintahan dan politik. Ada yang jauh lebih penting dari sekedar tawaran-tawaran Jokowi, yakni keinginan untuk mewujudkan  cita-cita luhurnya yang merupakan pekerjaan ayahnya ketika masih hidup, adalah menjadi petani dan aktif bergerak di bidang sosial di  kampung halamannya di Sukoharjo, Jawa Tengah

"Dengan bertani, saya ikut membantu program pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan. Saya akan habiskan sisa hidup saya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan, butuh sentuhan lembut tangan-tangan kita. Saya akan gunakan tangan saya untuk itu," ujar dia.(kompas.com, 21/1/2015. )

Sutarman boleh saja disakiti oleh Jokowi, tetapi jangan dikalahkan oleh prinsip. Prinsip untuk hidup mandiri bebas dari tekanan rezim adalah yang utama. Banyak para mantan kapolri setelah pensiun menjabat menduduki jabatan-jabatan penting baik sebagai Dubes, Komisaris, ada juga terjun ke politik praktis. Dan ada juga yang yang tidak merapat ke dunia pemerintahan dan politik, tetapi dia terjun ke dunia bisnis. Sedangkan Sutarman membuat perbedaan dengan menjadi petani. Sebuah cita-cita yang mulia di tengah-tengah negara kita banjir barang import. Good Luck Sutarman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun