"Saya terima kasih sudah ditawarkan itu. Saya bekerja di pemerintahan hampir 34 tahun. Sisa hidup saya akan saya gunakan untuk membantu rakyat yang masih membutuhkan," ujar Sutarman di Kompleks Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (kompas.com, 21/1/2015) siang.
Tetapi memang Sutarman tak lagi berkeinginan  terjun lagi ke pemerintahan atau dunia politik. Ada dan tidaknya kasus pemberhentian dirinya yang sewenang-wenang, bukan merupakan sebuah alasan dia mau meninggalkan dunia pemerintahan dan politik. Ada yang jauh lebih penting dari sekedar tawaran-tawaran Jokowi, yakni keinginan untuk mewujudkan  cita-cita luhurnya yang merupakan pekerjaan ayahnya ketika masih hidup, adalah menjadi petani dan aktif bergerak di bidang sosial di  kampung halamannya di Sukoharjo, Jawa Tengah
"Dengan bertani, saya ikut membantu program pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan. Saya akan habiskan sisa hidup saya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan, butuh sentuhan lembut tangan-tangan kita. Saya akan gunakan tangan saya untuk itu," ujar dia.(kompas.com, 21/1/2015. )
Sutarman boleh saja disakiti oleh Jokowi, tetapi jangan dikalahkan oleh prinsip. Prinsip untuk hidup mandiri bebas dari tekanan rezim adalah yang utama. Banyak para mantan kapolri setelah pensiun menjabat menduduki jabatan-jabatan penting baik sebagai Dubes, Komisaris, ada juga terjun ke politik praktis. Dan ada juga yang yang tidak merapat ke dunia pemerintahan dan politik, tetapi dia terjun ke dunia bisnis. Sedangkan Sutarman membuat perbedaan dengan menjadi petani. Sebuah cita-cita yang mulia di tengah-tengah negara kita banjir barang import. Good Luck Sutarman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H