Cerpen Edisi Natal: Tolong, Kaki Saya Sakit!
Karya: Rido Yusup Nababan
cerita horor, meskipun awalnya cukup bikin merinding. Bayangkan, lagi asyik-asyiknya rebahan sambil scroll TikTok, tepat di hari Natal pula, tiba-tiba kaki berteriak minta tolong. Bukan teriak beneran sih, tapi nyut-nyutan nggak karuan. Rasanya kayak ada yang lagi main cilukba di betis, tapi versi nyeri. Dan sialnya, ini terjadi tepat di hari yang seharusnya penuh sukacita dan kumpul-kumpul.
Ini bukanNamaku Budiono Siregar, seorang pemuda tanggung yang lebih sering berurusan dengan laptop daripada olahraga. Bukan, aku bukan Budiono Siregar yang bercita-cita jadi Kapal Lawd wkwk. Motto hidupku sederhana: "Makan enak, tidur nyenyak, urusan dunia belakangan." Tapi, motto itu mendadak goyah gara-gara kaki yang tiba-tiba ngadat ini. Apalagi, hari ini adalah Natal! Seharusnya aku lagi makan malam bersama keluarga, bertukar kado, dan menyanyikan lagu-lagu Natal dengan riang gembira. Tapi, kenyataannya? Aku meringis di sofa sambil memegangi kaki.
Kejadiannya sore itu, setelah seharian marathon nonton drama Korea edisi spesial Natal. Dari pagi sampai sore, pantatku setia menempel di sofa. Gerak paling ekstrem cuma meraih remote TV atau mengambil kue nastar di meja. Tiba-tiba, saat mau beranjak ke kamar mandi untuk bersiap-siap makan malam Natal, "DUK!" Kaki kiriku berasa ditusuk jarum raksasa.
"Aduh!" Aku meringis sambil memegangi betis. Rasanya kayak ada yang lagi narik-narik urat di dalamnya. Aku coba jalan beberapa langkah, tapi malah makin sakit. Langkahku jadi mirip robot rusak, kaku dan nggak karuan. Bayangkan pemandangan itu: robot rusak mencoba berjalan di hari Natal yang seharusnya penuh keajaiban. Ironis, kan?
"Kenapa, Bud?" Ibuku yang lagi sibuk di dapur menyiapkan hidangan Natal menghampiriku. Aroma daging panggang, kuah sop dan kue kering langsung menusuk hidungku, membuatku semakin nelangsa. Seharusnya aku sudah duduk manis di meja makan, bukan meringis kesakitan di sofa.
"Ini, Bu, kaki Budi tiba-tiba sakit," jawabku sambil menunjukkan tampang memelas.
Ibuku memeriksa kakiku dengan seksama. "Hmm, nggak kelihatan ada yang bengkak atau memar. Mungkin cuma kram biasa. Tapi, kok pas hari Natal begini ya?" Ibuku tampak khawatir.
"Tapi sakit banget, Bu. Kayak ada yang lagi nyubit-nyubit dari dalam," keluhku.
Ibuku lalu mengambil minyak gosok dan mulai memijat kakiku. "Makanya, jangan kebanyakan rebahan. Sekali-kali olahraga biar ototnya nggak kaget," omelnya sambil terus memijat. "Apalagi ini hari Natal, seharusnya kamu bantuin Ibu di dapur, bukan malah rebahan."
"Iya, Bu, iya," jawabku pasrah. Padahal dalam hati aku berpikir, olahraga terakhirku kayaknya waktu SD, itupun lari-larian ngejar layangan putus. Dan sekarang, aku harus merelakan makan malam Natal yang lezat karena kaki sialan ini.
Setelah dipijat, rasa sakitnya memang agak berkurang. Aku pun mencoba berjalan pelan-pelan. Lumayan, robot rusakku sudah sedikit diperbaiki. Tapi, tetap saja masih terasa nggak nyaman. Akhirnya, aku tetap bergabung dengan keluarga untuk makan malam Natal, meskipun dengan langkah tertatih-tatih dan duduk dengan posisi yang kurang nyaman.
Malam harinya, rasa sakitnya kembali datang. Kali ini lebih parah dari sebelumnya. Aku sampai susah tidur karena kaki terus-terusan nyut-nyutan. Bayangkan, di malam Natal yang seharusnya penuh kedamaian, aku malah bergulat dengan rasa sakit di kaki. Aku jadi ingat adegan film horor, di mana hantu biasanya muncul saat malam hari. Jangan-jangan kakiku kerasukan hantu kram edisi Natal!
Keesokan harinya, aku memutuskan untuk pergi ke dokter. Setelah menceritakan keluhanku dan diperiksa, dokter bilang kemungkinan aku mengalami muscle strain atau otot tertarik. Penyebabnya bisa karena kurang pemanasan sebelum beraktivitas, atau dalam kasusku, terlalu lama duduk dalam posisi yang sama.
"Kamu ini kebanyakan rebahan ya? Apalagi kemarin pas Natal," tebak dokter sambil tersenyum.
Aku hanya bisa cengengesan. Ketahuan deh kebiasaan burukku.
Pulang dari dokter, aku merasa sedikit lebih baik, meskipun masih menyesal karena melewatkan sebagian besar perayaan Natal dengan kaki yang sakit. Aku berjanji pada diri sendiri untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Natal tahun depan, aku harus dalam kondisi prima!
Setelah beberapa hari, rasa sakit di kakiku mulai berkurang. Aku ingat pesan dokter untuk rutin berolahraga. Awalnya ragu, tapi aku akhirnya memutuskan untuk mencoba jogging di sekitar komplek. Sendirian. Tanpa kekasih, jiahkkk. Modal nekat dan sepatu olahraga yang sudah berdebu, aku mulai berlari kecil. Awalnya terasa berat dan ngos-ngosan, tapi aku terus mencoba untuk konsisten. Setiap sore, aku menyempatkan diri untuk jogging, perlahan-lahan meningkatkan jarak dan kecepatan.
Dari pengalaman ini, aku belajar bahwa "Tolong, kaki saya sakit!" bukan sekadar keluhan biasa. Itu adalah alarm dari tubuh yang mengingatkan kita untuk lebih peduli pada kesehatan, apalagi di momen-momen penting seperti Natal. Jadi, jangan abaikan sinyal-sinyal dari tubuh kita. Lebih baik mencegah daripada mengobati, kan? Dan yang terpenting, jangan sampai kaki sakit mengganggu perayaan Natalmu!
Kini, jika ada yang bertanya, "Apa motto hidupmu, Budiono Siregar?" Aku akan menjawab dengan bangga, "Makan enak, tidur nyenyak, olahraga teratur, dan hidup sehat! Dan jangan sampai kaki sakit pas Natal! Apalagi sampai nggak bisa jogging!" sambil tertawa. Karena, pengalaman adalah guru yang terbaik, meskipun kadang caranya sedikit "nyelekit", apalagi kalau kejadiannya pas hari raya. Dan yang pasti, aku bukan Budiono Siregar yang bercita-cita menjadi Kapal Lawd wkwk.
Semoga cerita "Tolong, Kaki Saya Sakit! (Edisi Natal)" ini bisa menghibur dan memberikan manfaat bagi para pembaca. Ingat, kesehatan itu penting! Jaga diri baik-baik, ya! Dan selamat hari Natal bagi yang merayakan!
Mohon maaf ya, apabila ada kesamaan nama, tempat atau apapun. Cerita ini hanya fiktif belaka kok :)
#Cerpen #CeritaPendek #Fiksiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H