Mohon tunggu...
Ridhwan EY Kulainiy
Ridhwan EY Kulainiy Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Hidup untuk menjadi berpengetahuan, bukan untuk berdiam diri dalam ketidak tahuan oranglain. wordpress : https://www.kulaniy.wordpress.com facebook : @ridwan.komando21 Fanspage : @kulaniy.komando twitter : @kulaniy1708 Instagram : @ridhwans_journal Whatsapp dan Gopay : 082113839443

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Koffie Drinken 11: Orang-Orang Indonesia di Belanda

23 Juli 2020   02:16 Diperbarui: 23 Juli 2020   02:18 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesische Vereenigin. By : Alchetron

Di Tehuis voor Indische Stundenten, Hatta sekamar dengan seorang mahasiswa yang akan belajar di Gabungan Fakultas Hukum dan Sastra Hindia Jurusan Indologi.

Ia sampai di Nederland kira-kira seminggu lebih dari Hatta. Awalnya Hatta mengira ia seorang peranakan Tionghoa sebab orang itu memperkenalkan naanya sebagai Djoen.

Baru tatkala tiga hari kemudian ketika Nazir Pamontjak datang menemui Hatta di situ, ia memberitahukan kepada Hatta bahwasanya Djoen bukanlah seorang peranakan Tionghoa, melainkan seorang Indonesia tulen. Ia datang dari Jawa Tengah, Djoen adalah singkatan panggilan dari Djoenaedi.

Nazir Pamutjak menunjukkan kepada Hatta "bekas Inlander" di Hindia Belanda di Nederland menyebut dirinya indoesier dan Tanah Air kita disebut dengan Indonesia saja. Bagi orang Indonesia, tidak lagi ada inlander atau inboorling, tidak ada lagi Nederlandsch-Indie, melainkan hanya Indonesia. Ia ceritakan pula kepada Hatta bahwa di nederland sudah berdiri suatu komite yang berjuang untuk Autonomie voor Nederlandsch-Indie. Penganjurannya hampir rata-rata guru besar di Leiden.

Ketuanya, Prof. Van Oppenheim, yang kesohor pada waktu itu, emeritus, pensiun setelah mencapai usia 70 tahun, dari fakultas hukum dan Sekretarisnya Oerip Kartodirdjo, mahasiswa yang baru beberapa waktu datang dari Indonesia. Sebagai tamatan Rechtschool ia langsung diterima di bagian doktoraal fakultas hukum. Seperti semua murid yang datang dari Rechtschool, ia juga dibebaskan dari menempuh ujian kandidat.

Nazir Pamontjak juga menjelaskan megenai studinya saat ditanyai oleh Hatta, ia mengatakan akan masuk fakultas hukum. Ia anjurkan kepada Hatta agar kelak menjadi anggota Indische Vereeniging.

Sebab di Belanda tidak ada jong ini dan jong itu. Waktu Boedi Oetomo didirikan tahun 1908, mahasiswa Indonesia di Nederland mendirikan Indische Vereeniging. Pada kelanjutannya Indische Vereeniging akan diganti menjadi Indonesische Vereeniging.

Sebelum pamitan, Nazir Pamontjak mengundang Hatta untuk datang ke Leiden dalam beberapa hari yang akan datang, menginap disana selam semalam dan kembali ke Den Haag sehari sesudahnya.

Hatta berkunjung ke Leiden menggunakan kereta api dari Den Haag selama kira-kira 15 menit. Dari Tehuis ke Den Haag membutuhkan waktu sekitar setengah jam lamanya dengan trem. Di Leiden, ia berkunjung ke kemar Nazir Pamontjak di Bilderdijkstraat.

Hatta menginap di kamar H. Dahlan Abdullah di Hoge Woerd. Pada wakti itu ia masih menjabat sebagai pembantu Profesor Van Ronkel dalam bahasa Melayu dengan pangkat guru bantu.

Menurut kebiasaan, makan malam diadakan di rumah seorang hospita di jalan yang sama, beberapa buah rumah terpisah dari rumah tempat Dahlan Abdullah menyewa kamar.

Dari kiri - Darmawan Mangoenkoesoemo (Adik Dr. Tjipto), Mohammad Hatta, Iwa Koesoema S, Sastromoeljono dan Sartono. By : KoranSulindo
Dari kiri - Darmawan Mangoenkoesoemo (Adik Dr. Tjipto), Mohammad Hatta, Iwa Koesoema S, Sastromoeljono dan Sartono. By : KoranSulindo

Di tempat makan itu, Hatta bertemu dengan seorang mahasiswa hukum asal Palembang bernama Zainal Abidin. Hospita itu pandai memasak nasi dan menyiapkan Indische rijstaffel.

Oleh karena itu banyak banyak juga mahasiswa yang membayar makan malam di sana dengan tidak terikat. Tidak terikat karena mereka tidak wajib dan tidak setiap malam makan di sana.

Kalau mau makan di san sejam atau dua jam sebelum makan malam haru memberikan kabar. Hatta juga berkenalan dengan beberapa orang mahasiswa, di antaranya Ahmad Soebardjo dan Darmawan Mangoenkoesoemo.

Ahmad Soebardjo mahasiswa hukum baru saja sama-sama dengan Nazir Pamontjak lulus dari staatsexamen, ujian pendahuluan untuk dapat melanjutkan ke fakultas hukum.

Darmawan Mangoenkoesoemo adalah mahasiswa teknologi di Delft. Ia adalah seorang saudara muda dokter Tjipto Mangoenkoesoemo.

Selanjutnya mereka berkumpul di kediaman Soebardjo bersama dengan Maramis, Hermen Kartawisasta, Darmawan Mangoenkoesoemo, Dahlan Abdullah, dan Mohammad Hatta.

Lalu datang juga langsung dari rumahnya Samsi Sastrawidagda. Samsi jabatannya sama dengan Dahlan Abdullah.

Ia guru bantu, membantu Profesor Hazeu dalam bahasa Jawa. Pembicaraan malam itu berkisar kepada persoalan otonomi untuk Hindia Belanda. Di antara mereka yang banyak bicara adalah Nazir Pamontjak dan Darmawan yang pendiriannya radikal. Mereka tidak percaya kerjasama dengan Benlanda akan berhasil.

Sebagai seorang yang baru datang dari Tanah Air dan belum memiliki pengalaman di Nederland, Hatta memilih untuk diam dan mendengarkan saja. Diskusi itu berakhir kira-kira pukul 24.00 lewat sedikit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun