Setiap anak manusia terlahir berbeda dan istimewa, perbedaan dan keistimewaannya terletak pada inti (dasar) dalam tiap diri manusia. Yaitu, akal (Otak). Mengetahui keistimewaan diri anda atau orang-orang yang anda cintai dengan mengetahui Kecerdasan Genetisnya. Itu bisa menjadi jalan untuk mengenali potensi bawaan dan personaliti genetiknya.Â
Sehingga dapat melahirkan manfaat dalam kehidupan, bisa fokus berkarya dan mencapai prestasi dalam kehidupan. Hindari menyia-nyiakan waktu, tenaga dan biaya untuk membangun masa depan yang cerah dengan spekulasi semu yang tidak memiliki dasar apapun.
Kira-kira demikian yang saya pahami mengenai perjalanan hidup dan menentukan arah karir dalam kehidupan. Sejenak saya meresapi berbagai hal yang pernah terjadi dalam kehidupan pribadi saya. Bagaimana saya tumbuh, berkembang dan belajar. Bagaimana saya berinteraksi dengan orang-orang, dan bagaimana saya tertatih perlahan untuk belajar mengenal diri saya sendiri. Ya, perjalanan mengenali diri merupakan perjalanan terpanjang dalam kehidupan ini.
Tidak mudah memahami siapa dan bagaimana diri kita sebenarnya, terlebih terlampau enggan untuk mengakui kelemahan-kelamahan yang ada pada diri dan seolah merasa sudah baik. Ego memaksa kita menganggap bahwa apa yang kita jalani sudah benar, sehingga enggan untuk mengevaluasi diri dan memperbaikinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.Â
Tentu banyak hal telah mempengaruhi kejiwaan kita dalam perjalanan kehidupan ini, mulai dari berbagai hal yang menyentuh emosional dan psikologis, hingga hal-hal yang sifatnya ideologis mempengaruhi daya intelektualitas dan rasionalitas yang ada pada diri kita hari ini.
Hal paling dekat dengan diri saya adalah segala sesuatu yang sifatnya berhubungan dengan sosial dan emosional. Bagaimana saya terlibat dengan berbagai kegiatan sosial beberapa dekade yang lalu, menjadi anak berusia belasan tahun di tengah pengap panasnya debu vulkanik letusan Gunung Merapi.Â
Bersentuhan dengan masyarakat dan memberikan keyakinan kepada mereka, bahwa kejadian alam ini akan segera berakhir dan semuanya akan baik-baik saja.Â
Bagaimana saya mencintai kegiatan bakti sosial di dalam organisasi, menghasilkan jutaan rupiah dengan bermodal gitar dan suara datar saya, menjajakkan suara untuk dapat menyumbangkan bantuan dana bagi korban kejadian alam. Atau bagaimana saya merasa sangat nyaman berada di tengah-tengah kegiatan bakti sosial yang diselenggarakan oleh komunitas Pecinta Alam yang dahulu pernah saya singgahi.
Mengikuti diklat Korps Sukarelawan PMI Cabang Kota Depok dan mempelajari beragam materi yang ada di dalamnya selama kira-kira 2 minggu lamanya. Lalu bersusah-susah pergi ke beberapa gunung untuk ikut membantu kegiatan SAR sekelompok pendaki gunung yang tersesat dan membutuhkan bantuan.Â
Semua itu seolah berjalan begitu saja, tanpa saya mengetahui apa yang mendasari dan mendorong saya melakukan itu semua. Padahal di balik itu semua, mungkin anak-anak sebaya saya tengah fokus mengejar ijazah di kursi-kursi sekolah untuk dapat melamar pekerjaan, menikah dan berkeluarga. Mencapai kemapanan finansial, begitu kira-kira.