Para ahli itu sepakat bahwa otak manusia terdiri dari beberapa bagian yang posisinya berlapis-lapis dan saling terhubung satu sama lain. Semua bagian otak itu memiliki kendali atau kegunaannya masing-masing dalam menggerakkan dan mengaktifasi tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari, termasuk menyimpan memori, pengetahuan dan kenangan tentang mantan. Ehh...
Itu semua berhubungan dan dipengaruhi oleh jenis otak manusia yang juga beragam. Titik fokus artikel ini adalah memberikan pemahaman bahwa setiap manusia memiliki karakter yang beda dikarenakan sifat otak yang berbeda dalam merespon stimulan yang berasal dari luar.Â
Menjadi sesuatu hal yang menarik ketika kita menemukan hal-hal seperti perbedaan dari dua atau lebih anak dalam suatu keluarga yang memiliki karakter berbeda bahkan kadang cenderung saling bertentangan satu sama lain. Padahal semuanya berasal dari ayah dan ibu yang sama.
Mungkin akan ada yang menjawab, bahwa hal itu adalah rahasia Tuhan. Tapi di sini, kita tidak akan berhenti sampai di situ. Sebab bagaimanapun sudah menjadi jalan kehidupan seorang manusia untuk mengenali dirinya, dengan mengenali dirinya manusia akan mampu mengendalikan dirinya.Â
Contoh paling simpel seperti kecenderungan manusia terhadap hal-hal yang materi, kecenderungan itu lahir dari tubuh manusia yang memang terdiri dari materi yang ada di alam semesta. Sehingga bagaimanapun manusia menjauh dari hal-hal yang materi, ia tidak akan pernah terlepas dari padanya. Bahkan ia sendiripun hidup di atas tanah dan di kolong langit yang merupakan bagian dari materi itu sendiri.
Psikologi atau kejiwaan merupakan mentalitas yang berubah berdasarkan lingkungan, kesehatan dan juga kondisi hati. Sifatnya berubah-ubah dan tidak tetap (Fenotip). Dan membutuhkan ilmu khusus untuk memahaminya, biar itu menjadi bagian para Psikolog untuk bidangnya.
Sementara otak adalah satu-satunya bagian yang tetap dan tidak berubah sejak seseorang lahir ke dunia hingga ia mati. Meskipun pada perjalanannya seseorang dapat memperoleh pengetahuan, hal itu tidak akan merubah otaknya, justru mengembangkan sisi intelektualitas dan pengetahuannya berdasar pada karakter khas bawaan yang sifatnya genetik.Â
Pengetahuan tentu akan mempengaruhi cara berpikir seseorang. Tidak bisa kita pungkiri bahwa ada orang yang secara kapasitas pengetahuannya merupakan orang yang patut diakui keilmuan dan prestasi akademisnya, namun secara pelaksanaan atau pengaplikasian ilmunya hanya berupa hal-hal kecil bahkan adapula yang gagal dalam menjalankan sebuah tugas yang diembannya. Itu dikarenakan adanya ketidak-sesuaian antara lingkungan dan dirinya. Diri inilah yang dimaksud dengan karakter otak genetis (genotip).
Tidak dipaksa untuk mempercayai atau meyakini ini. Karena hal ini merupakan satu langkah ikhtiar dari manusia yang berusaha mengungkapkan karakter diri manusia, dengan tujuan untuk dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di dunia terutama terkait dalam pengenalan dan pengembangan diri.