Mohon tunggu...
Ridhwan EY Kulainiy
Ridhwan EY Kulainiy Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Hidup untuk menjadi berpengetahuan, bukan untuk berdiam diri dalam ketidak tahuan oranglain. wordpress : https://www.kulaniy.wordpress.com facebook : @ridwan.komando21 Fanspage : @kulaniy.komando twitter : @kulaniy1708 Instagram : @ridhwans_journal Whatsapp dan Gopay : 082113839443

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Koffie Drinken 3: Bung Hatta yang Penurut

26 Februari 2020   06:57 Diperbarui: 26 Februari 2020   07:04 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada pertengahan tahun 1913, Hatta kembali pindah sekolah. Kali ini ke Padang. Awalnya Hatta atas arahan dan usaha Kakeknya bisa mendapat pelajaran kursus bahasa Inggris dari Tuan Chevalier. Namun baru saja berjalan beberapa bulan, guru terbaik menurut Hatta itu mengalami kenaikan pangkat dan harus pindah kerja ke Betawi. Maka sejak saat itu diputuskan agar Hatta bersekolah di sekolah yang ada di Padang.

Bung Hatta sekolah di sekolah Belanda yang didalamnya juga diajarkan bahasa Perancis. Di dalam sekolah tersebut kebanyakan anak-anak Belanda, anak-anak Indonesia terhitung barangkali hanya ada tujuh atau delapan orang satu sekolah. Perpindahan ke Padang memberikan sebuah perubahan besar bagi pendidikan Hatta. 

Kepindahan ini ia alami karena Ayah Tirinya adalah seorang pedagang yang berpindah-pindah tempat, ditambah dalam beberapa dekade tersebut perekonomian sedang mengalami krisis sehingga Ayah Tiri Hatta harus mengambil beberapa keputusan yang terkesan mendadak untuk bisa menyelematkan usaha dan mensiasati pasar perdagangan.

Dari ayah tirinya itu, sedikit banyaknya juga Hatta mempelajari mengenai sikap perekonomian. Sejak tinggal dan ikut bersama ayah tirinya pula Hatta mulai belajar untuk mandiri. 

Sedari dahulu di Bukittinggi, selalu ada Paman dan Neneknya yang mengawasi waktu bermain dan waktu belajar. Ketika di Padang, Hatta merasa lebih bebas dan belajar mengatur waktunya sendiri. Kapan ia bisa bermain dan kapan ia harus mengerjakan pekerjaan rumah dan belajar.

Saat duduk di bangku sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) atau jika disamakan dengan sekarang setingkat dengan SMP. Di tingkat itu Hatta mulai belajar bahasa Inggris, Perancis dan Belanda lebih dalam, juga mulai mempelajari bahas Jerman. Di waktu itu juga Hatta mulai bermain sepak bola di lapangan besar dengan bola yang ukurannya agak lebih kecil sedikit dari bola yang biasa digunakan. 

Hampir setiap sore Hatta pergi ke lapangan untuk bermain sepakbola bersama teman-teman sebayanya. Saat itu juga menjadi awal mulanya Hatta masuk ke dalam suatu perkumpulan dan mengenal organisasi, dimana anak-anak seusianya berkumpul bersama untuk bermain sepakbola dan membeli bola untuk kebutuhan perkumpulan dengan cara kolektif. 

Mulanya Hatta hanya menjadi anggota biasa, lambat laun ia didorong oleh kawan-kawannya untuk masuk ke dalam kepengurusan. Untuk pertama kalinya Hatta menjabat sebagai Bendahari merangkap juru tulis.

Perkumpulan olahraga itu diberi nama Swallow. Isinya kebanyakan anak-anak Indonesia kecuali seorang anak berdarah Belanda yang cakap menjadi penjaga gawang bernama George Scheemaker yang dalam pergaulannya lebih senang bergaul dengan anak-anak Indonesia. 

Meskipun Hatta begitu aktif dalam perkumpulan, ia selalu menjaga kedisiplinannya mengenai sekolah. Bagaimana ia bisa mengatur waktu bermain dan waktunya belajar, sifat itu begitu saja tumbuh dalam dirinya seiring dengan perjalanan hidupnya yang penuh dengan pembelajaran.

Menjelang pertengahan tahun 1916, Hatta lulus ujian masuk HBS yaitu sekolah menengah Belanda lima tahun. Namun sayangnya Ibu Hatta tidak mengizinkannya untuk berangkat ke Jakarta yang dahulu disebut dengan nama Betawi. Sebab diusianya yang baru berumur 14 tahun, Hatta dianggap belum siap untuk pergi ke Jakarta. 

Beberapa berita tidak baik terdengar mengenai anak-anak seusianya yang pergi ke Jakarta. Banyak anak-anak yang pendidikannya putus di tengah jalan. Ibu Hatta memutuskan untuk menyelesaikan pendidikannya di MULO terlebih dahulu, sehabis itu barulah ia melanjutkan pendidikan ke HBS di Jakarta.

Hatta yang patah hati, berkehendak untuk berhenti saja bersekolah dan mulai bekerja di Padang. Ia mengajukan surat lamaran pekerjaan ke kantor pos dan hendak mengambil jabatan seorang asisten pos. Tanpa diduga, surat lamaran itu mendapatkan jawaban. 

Hatta diterima bekerja dengan tawaran gaji sebesar f 65, padahal biasanya anak-anak lulusan MULO hanya mendapatkan gaji sebesar f 50. Hal itu dikarenakan Hatta memiliki surat kelulusan ujian HBS. Namun sebelum akhirnya Hatta bekerja, Ibu dan pamannya membujuknya untuk mengurungkan niat bekerja itu. Akhirnya Hatta tunduk pada permintaan itu dan melanjutkan pendidikannya di MULO.

Di sekolah MULO, Hatta kembali mendapatkan pendidikan agama dari Haji Abdullah Ahmad yang merupakan guru pendidikan agama di sekolah HIS partikelir. Haji Abdullah Ahmad adalah seorang ulama yang terkenal di Padang dan merupakan salah seorang dari tiga penganjur aliran modern Islam di Sumatera Barat. 

Pengajaran mereka berpokok pada pemikiran Muhammad Abduh di Mesir. Dua lainnya adalah Syekh Mohammad Djamil Djambek di Bukittinggi dan Haji Rasul Karim Amrullah yang merupakan ayahanda dari Hamka yang berada di Padang Panjang. Pandangn Islam ini lebih bergaya konservatif, beberapa pandangan yang tidak lagi dapat mengikuti perkembangan masyarakat, mereka usahakan mengubahnya. 

Menurut mereka, agama Islam harus memberi pimpinan kepada perkembangan itu. Di mata orang-orang Islam di Minangkabau ajaran tersebut merupakan ajaran masuk akal dan terbilang benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun