Mohon tunggu...
Ridhwan EY Kulainiy
Ridhwan EY Kulainiy Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Hidup untuk menjadi berpengetahuan, bukan untuk berdiam diri dalam ketidak tahuan oranglain. wordpress : https://www.kulaniy.wordpress.com facebook : @ridwan.komando21 Fanspage : @kulaniy.komando twitter : @kulaniy1708 Instagram : @ridhwans_journal Whatsapp dan Gopay : 082113839443

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Koffie Drinken: Awal Perjalanan Hidup Mohammad Hatta

25 Februari 2020   06:20 Diperbarui: 25 Februari 2020   06:52 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lanjutan.....

Awalnya keluarga sudah bersepakat bahwa Bung Hatta akan disekolahkan di sekolah rakyat selama lima tahun dan malam harinya belajar mengaji di surau Inyik Djambek. Tamat atau tidak sekolah rakyat, apabila ayah Gaek Bung Hatta pergi ke Mekkah untuk naik haji, ia akan ikut. 

Rencananya di Mekkah Bung Hatta akan dimasukkan ke sekolah agama dan apabila sudah selesai di situ, pendidikannya akan diteruskan ke Kairo. Meski rencana bersekolah ke Mekkah tidak berjalan sebagaimana direncanakan.

Saat sekolah di sekolah rakyat dan malam harinya mengaji di Inyik Djambek, Bung Hatta dapat dengan mudah menghapal huruf Arab dan cepat pandai membaca Juz'Amma, namun kelemahan Bung Hatta adalah ketika membacanya dengan cara dilagukan atau dialunkan sebagaimana biasa orang-orang membaca al-Quran dengan alunan yang merdu. 

Kebanyakan kawan-kawan kecil Hatta hanya mengaji di malam hari, dan siang harinya mereka hanya menghabiskan waktu dengan bermain-main saja, atau menolong orangtua mereka bekerja di sawah, menggembala kerbau, atau berdagang.

Saat duduk di kelas 1 sekolah rakyat, Bung Hatta termasuk anak yang sudah pandai membaca. Ia dapat naik ke kelas 2 dalam waktu empat bulan saja. Sistem pendidikan saat itu masih sedemikian ringkasnya, sehingga seseorang untuk dapat naik kelas hanya harus memenuhi beberapa hal dalam tes. Bung Hatta duduk di kelas dua bersama Rafi'ah kakak kandungnya. 

Di sekolah itu juga Bung Hatta untuk pertama kalinya mulai belajar Bahasa Belanda dengan seorang guru sekolah Belanda milik Tuan Jansen. Saat duduk di bangku kelas dua, kebanyakan siswanya merupakan anak-anak yang sudah lanjut usia. Bahkan ada yang sudah berusia 16 tahun dan tergabung ke dalam tim sepakbola orang dewasa. Hanya Bung Hatta dan kakaknya saja yang usianya kira-kira masih di bawah 10 tahun.

Karena di beberapa kota hanya terdapat satu atau dua sekolah rakyat, sehingga murid di sekolah tempat bung Hatta belajar muridnya terdiri dari berbagai daerah bahkan ada yang dari kota-kota sebelah. Anak-anak dari Kota Gedang yang merupakan tanah kelahiran H. Agus Salim. 

Anak-anak yang datang dari sana harus menempuh jarak yang lumayan jauh, menaiki gunung dan menyeberangi sungai serta lembah-lembah. Barulah mereka bisa sampai di pasar Bukittinggi dan selanjutnya bisa melanjutkan berjalan menuju ke sekolah. Itu dilakukan anak-anak dari Kota Gedang dua kali dalam sehari sebagai rutinitas selama beberapa tahun untuk mengenyam pendidikan.

Bung Hatta mengalami beberapakali pindah sekolah, saat duduk di pertengahan kelas III beliau terpksa pindah ke sekolah Belanda dan duduk di kelas II sekolah Belanda. Setahun setelahnya Kakek Hatta pergi ke Mekkah dan menurut rencana awal Hatta akan ikut bersamanya. 

Tetapi, beberapa minggu sebelum berangkat ada desakkan dari Ibu Hatta dan pamannya, supaya jangan Hatta ikut serta, melainkan pamannya yang bungsu saja yang ikut ke Mekkah, Idris. Karena Hatta dianggap terlalu muda untuk pergi ke Mekkah, sedangkan pengajian al-Quran pun belum tamat. Menurut pamannya lebih baik Hatta tamat sekolah dulu. Sesudah khatam Quran dan mulai mengaji Nahu dengan mengerti sedikit-sedikit bahasa Arab barulah nanti pergi ke Mekkah dan ke Kairo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun