Sedangkan di Bangkalan, Masyarakat Bangkalan masih menganggap  Fuad Amin sebagai tokoh yang berpengaruh. Selain berasal dari keluarga Kiai, Fuad Amin juga berpengalaman dalam hal politik dengan berkesempatan menjadi ketua DPRD Bangkalan.
Sedangkan Dinasti Hasan-Tantri, figur kuat bukan pada sosok Bupati Tantri melainkan pada suaminya, Hasan Aminudin. Tantri sebenarnya adalah sosok baru di kabupaten Probolinggo tepatnya pada kisaran 2012-2013. Sebelum akhirnya menikah dengan Hasan Aminudin dan mencalonkan diri sebagai Bupati pada tahun 2013.
Tokoh utamanya adalah Hasan Aminudin yang berkiprah secara resmi sebagai anggota DPRD sejak 1992. Artinya kiprah politik Hasan telah terbentuk sejak 29 tahun lalu. Bahkan bisa lebih lama lagi mengingat aktifitas organisasi sebelumnya lebih panjang.
29 tahun berpolitik, 10 tahun menjabat sebagai Bupati probolinggo, bahkan menjadikan istrinya sebagai Bupati bukan waktu yang singkat untuk menanamkan pengaruh dan kekuasan kepada masyarakat serta sistem birokrasi di lingkungan pemerintahannya. Bisa jadi ketika KPK menangkap pasangan suami istri, tampuk kewenangannya sebagai kepala  pemerintah daerah runtuh.Â
Menurut Soerjono Soekanto dalam Sosiologi suatu pengantar, Beda antara kekuaaan dan wewenang (authority atau legalized Power) ialah bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan. Sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat.
Pengakuan dari masyarakat ini berupa hasil proses pemilihan umum yang menjadikan Puput Tantrianasari-Timbul Prihanjoko sebagai Bupati dan Wakil Bupati. Saat ini kewenangan Tantri sebagai bupati telah dilepas dan digantikan oleh plt yaitu wakil Bupati Timbul Prihanjoko. Namun kekuasaan dalam hal ini kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain yang dimiliki oleh Hasan Aminudin belum tentu lepas.Â
Selama belum ada sosok baru di wilayah Kabupaten Probolinggo yang bisa menggantikan figur Hasan Aminudin, sulit untuk memprediksi jalannya politik dinasti Hasan-Tantri bisa runtuh atau tidak. Boleh jadi suara masyarakat Kabupaten probolinggo yang disampaikan di media sosial seperti Facebook bergembira dengan penangkapan Hasan-Tantri, namun penggunaan akses komunikasi digital seperti penggunaan media sosial di kabupaten Probolinggo belum merata.
Akses penggunaan alat komunikasi digital seperti ponsel android, media sosial, lebih terkonsentrasi di daerah pantura seperti Sumberasih-Tongas, Dringu sampai Paiton. Sedangkan daerah selatan seperti Sumber, Tiris, Kuripan  akses komunikasi media sosial terbatas. Jadi suara masyarakat di Media sosial belum bisa mewakili bagaimana sikap warga kabupaten Probolinggo secara nyata dengan penangkapan Bupati dan mantan Bupati probolinggo.
Bagi rival Hasan-Tantri yang ingin bersiap menghadapi pemilu 2024 nanti, yang diperlukan untuk menghadapi peristiwa penangkapan Hasan-Tantri bukan dengan cara melakukan syukuran yang ekstrim. Namun lebih baik untuk mempersiapkan  tokoh yang siap bersaing di pemilu 2024 untuk berkompetisi dengan siapapun calon yang diajukan oleh Keluarga Hasan-Tantri.
Mempersiapkan figure ini bukan hal yang mudah. Pendekatan melalui kampanye media seperti baliho bukan cara yang efektif untuk mencari suara ke masyarakat terutama di masa pandemi seperti saat ini. Bahkan bisa jadi kampanye media  seperti baliho akan mengundang cibiran dari masyarakat.
Bagi siapapun calon Bupati yang akan diusung dari keluarga Hasan-Tantri (Jika berencana mengusung), kasus penangkapan Hasan-Tantri bisa menjadi tantangan untuk meraih dukungan suara. Namun figur Hasan Aminudin masih tetap akan "menjual" di masyarakat terutama di kalangan yang sifatnya masih tradisional. Kalangan yang sifatnya tradisional ini seperti kalangan santri yang umumnya masih tunduk dengan "dawuh" kiai. Mau pun masyarakat yang belum terakses dengan media sosial.Â