Mohon tunggu...
Ridho Putranto
Ridho Putranto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gen Z, Media Sosial dan Era Disrupsi

3 Mei 2023   22:08 Diperbarui: 3 Mei 2023   22:17 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Generasi Z atau Gen Z adalah orang-orang yang lahir pada rentang tahun 1997-2012 yang rata-rata umur mereka saat ini (di tahun 2023) berkisar antara 26 sampai dengan 11 tahun. Gen Z saat ini mendominasi presentase penduduk di Indonesia. Berdasarkan hasil sensus penduduk di tahun 2020, didapati hasil bahwa penduduk yang menempati gen Z saat ini mencapai 75,49 juta jiwa atau sekitar 27,94% dari total penduduk Indonesia saat ini yaitu mencapai 270,20 juta jiwa. Presentase populasi gen Z di Indonesia bahkan melebihi generasi X dan generasi Y atau yang biasa disebut dengan generasi milenial.

Gen Z sering disebut sebagai "digital natives" karena mereka tumbuh besar di era digital. Mereka biasa menggunakan berbagai platform media sosial seperti YouTube, Facebook, Instagram, TikTok, Twitter, dan lainnya sebagai alat untuk berkomunikasi, mengakses informasi, dan berinteraksi dengan dunia luar.

Terkait dengan media sosial, Gen Z juga memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari generasi sebelumnya. Mereka lebih cenderung menggunakan media sosial untuk mengungkapkan diri mereka sendiri, membangun jaringan sosial, dan mengonsumsi konten visual seperti gambar dan video. Mereka juga lebih peka terhadap isu-isu sosial dan politik dan sering menggunakan media sosial untuk memperjuangkan isu-isu tersebut.

Sehingga gen z sangat dikaitkan dengan perkembangan media sosial dewasa ini. Perkembangan medsos yang begitu pesatnya membawa dampak perubahan yang begitu signifikan dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai macam kemudahan ditawarkan oleh media sosial mulai dari chattingan sampai dengan aktivitas jual beli, semua bisa dilakukan lewat berbagai macam platform di media sosial.

Berkembangnya inovasi media sosial di kalangan masyarakat memunculkan sebuah era baru yang disebut dengan era disrupsi. Era disrupsi ditandai dengan penggunaan teknologi yang begitu masif sehingga hampir seluruh sektor kehidupan manusia telah dibantu dengan adanya teknologi ini.

Inovasi ini menyebabkan perubahan secara besar-besaran di segala lini kehidupan umat manusia mulai dari pendidikan, kesehatan, bisnis dan lain sebagainya telah berorientasi pada sistem yang telah terdigitalisasi. Dan kemudian ini menciptakan pola baru di dalam tubuh masyarakat dimana internet telah digunakan dalam segala hal atau Internet of Things (IoT).

Maka dari itu, di era disrupsi yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi ini kita melihat banyak hal yang telah berubah. Dan salah satunya ialah masifnya penggunaan media sosial di kalangan gen Z. Data menunjukkan bahwa gen Z yang mengakses media sosial dengan durasi satu hingga dua jam per harinya ada sekitar 24 persen, serta 13 persen Gen Z hanya mengakses media sosial 30 menit hingga satu jam per harinya.

Sehingga, bisa dikatakan bahwa gen Z merupakan generasi yang saat ini sangat lekat dengan media sosial.  Dan ini merupakan hal yang tidak asing lagi jika kita melihat beberapa tahun kebelakang, apalagi setelah pandemi COVID-19 menghantam berbagai sendi kehidupan, agaknya media sosial menjadi mainstream baru dalam kehidupan.

Dan seiring dengan berjalannya waktu, medsos kini mulai menampakkan dirinya sebagai kebutuhan baru umat manusia, terlebih saat ini dimana ketergantungan dengan media sosial telah menjadi sebuah problematika baru manusia modern. Media sosial banyak memberikan manfaat, namun juga banyak memberikan dampak yang negatif bagi berbagai kalangan terkhususnya gen Z.

Cyberbullying, berita hoax, pornografi, konten SARA seakan menjadi "pisau bermata dua" yang membahayakan bagi para pengguna media sosial. Dan apalagi generasi Z sebagai digital natives atau generasi yang memang paham betul akan kemajuan teknologi, ini menjadi sebuah ironi dari pemanfaatan media sosial.

Konten-konten negatif di media sosial bukan hanya membahayakan bagi diri secara individual, namun juga dalam lingkup masyarakat, akibat negatif tersebut berdampak dalam kehidupan. Salah satu contohnya ialah berita hoax atau kabar bohong. Kebenaran dari berita hoax yang tak bisa dipertanggung jawabkan, terkadang disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu untuk menyebarkan kebencian dan menggangu keharmonisan di tengah masyarakat.

Inilah yang disebut dengan era post-truth atau era pasca kebenaran, dimana kebenaran bisa diselewengkan dengan begitu mudahnya untuk mencapai kepentingan tertentu. Berita hoax mampu dimanipulasi sedemikian rupa agar menimbulkan perpecahan sesama umat manusia yang kemudian akan mempengaruhi etika kemanusiaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Selain itu, permasalahan cyberbullying atau perundungan dunia maya juga menjadi salah satu permasalahan di media sosial. Aksi cyberbullying yang kebanyakan dilakukan oleh para remaja berdampak secara psikologis bagi korban mulai dari trauma, stres, depresi atau mengalami gangguan kejiwaan bahkan yang terburuk sampai bunuh diri merupakan akibat yang ditimbulkan dari cyberbullying ini.

Dan sebenarnya masih banyak lagi hal-hal kurang baik yang ditimbulkan dari media sosial. Oleh karena itu, dampak negatif dari media sosial ini harus bisa "difilterisasi" atau disaring mana konten di medsos yang benar-benar bermanfaat dan mana yang justru menyesatkan.

Dan ini menjadi tugas kita bersama, terkhususnya bagi para gen Z, generasi yang melek akan perkembangan teknologi untuk sama-sama mencegah dampak negatif dari media sosial. Apalagi seperti saat ini, gelombang modernisasi adalah hal yang tak bisa kita hindari sehingga menjadi suatu keharusan dimana teknologi informasi dan komunikasi akan eksis sebagai kebutuhan umat manusia dewasa ini.

Progres dari media sosial yang sangat pesat menciptakan suatu era yang disebut era disrupsi sehingga membuat diri kita beradaptasi dengan perubahan yang terjadi secara cepat dan masif. Tak pelak, beberapa tahun yang akan datang, teknologi akan semakin lebih maju lagi mengingat perkembangan sains dan ilmu pengetahuan yang berjalan begitu cepatnya.

Sehingga, generasi Z akan memainkan tugas yang cukup penting di masa yang akan datang oleh karena itu penting kiranya menyiapkan generasi-generasi unggul yang memiliki budi yang luhur sekaligus kecerdasan intelektual yang mumpuni serta memiliki kepribadian yang kuat demi memajukan masa depan bangsa di era disrupsi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun