Mohon tunggu...
Ridho Putranto
Ridho Putranto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam dan Kemanusiaan di Era Post Truth

15 Maret 2023   14:21 Diperbarui: 15 Maret 2023   14:22 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar bohong ataupun ujaran kebencian yang dilontarkan oleh satu pihak bisa saja menjadi salah satu faktor penyebab perpecahan di tengah kehidupan sosial bermasyarakat. Di era post-truth, kecenderungan untuk mempromosikan informasi yang tidak akurat atau tidak terverifikasi dapat merusak pandangan kita tentang dunia, dan dapat memicu ketidakpercayaan, kebencian, dan diskriminasi. Dampaknya, akibat dari informasi bohong tersebut ialah terciptanya prasangka negatif kepada satu pihak yang menimbulkan perilaku kekerasan dalam masyarakat.

Di era post truth ini nilai-nilai kemanusiaan seperti persaudaraan, perdamaian, keadilan, toleransi dan kasih sayang seakan luntur oleh informasi-informasi yang sengaja dipelintirkan demi memuluskan kepentingan dan merusak harmonisasi di tengah kehidupan sosial bermasyarakat.

Islam Menjawab Problematika Kemanusiaan di Era Post-Truth

Agama islam merupakan sebuah ajaran yang dibawa oleh seorang nabi utusan Tuhan yang bernama Muhammad SAW (570-632) di Jazirah Arabia, sebuah tempat yang kering nan tandus sekitar kurang lebih 1400 tahun yang lalu yang saat itu, kondisi masyarakat mereka adalah masyarakat yang nihil akan nilai-nilai moral. Kehidupan mereka sangat kasar, primitif dan tidak beradab dan tradisi paganisme (penyembahan berhala) masih sangat kuat waktu itu.

Namun dengan datangnya sosok revolusioner, yakni Muhammad SAW yang datang membawa ajaran Tauhid untuk menyempurnakan ajaran-ajaran yang telah dibawa utusan Tuhan sebelumnya, beliau mampu untuk menata kembali kehidupan masyarakat yang disebut masyarakat Jahiliyah masa itu. Masyarakat yang dulunya tidak mengenal tata krama diubah oleh beliau menjadi sebuah peradaban yang saat ini dikenal dengan istilah "masyarakat madani" yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Oleh sebabnya, ajaran islam yang berlandaskan Tahuid atau monotheisme murni yang diajarkan Nabi Muhammad SAW sangatlah tinggi dalam mengangkat derajat nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan oleh islam dilandasi oleh rasa ketakwaan kita kepada Allah SWT. Artinya bahwa, doktrin kemanusiaan dalam islam tidaklah kontradiksi atau bertentangan dengan ajaran syariat. Justru, nilai kemanusiaan adalah hal yang sangat dijunjung dalam islam terbukti dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Hujurat: 13, QS. Al-Isra: 33, QS. An-Nisa: 36 dan masih banyak yang lainnya.

Ini menjadi satu hal relevan ketika melihat kondisi kemanusiaan di era post-truth seperti saat ini. Dimana kebenaran yang terdistorsi mampu untuk menciptakan sebuah polarisasi sehingga menggangu sebuah harmonisasi yang terjalin di antara kehidupan sosial bermasyarakat. Aspek kemanusiaan yang perlahan pudar mampu merubah nilai dan pandangan hidup dari suatu bangsa yang akan berpengaruh nanti terhadap karakteristik generasi muda kedepannya.

Oleh sebab itu, spirit ajaran islam yang berlandaskan ajaran Tauhid yang mengatur bagaimana hubungan kita dengan Tuhan (habluminallah) dan hubungan kita dengan sesama manusia (hablumminannas) mampu untuk reaktualisasi kembali di tengah kehidupan bermasyarakat. Agar bagaimana konsep ajaran islam yang sesuai dengan waktu dan tempat (islam shalihun li kulli wal zaman al makan) yang sesuai dengan aspek kemanusiaan benar-benar terintegrasi dengan nyata di kehidupan masyarakat modern yang hidup di era post-truth ini.

Selain itu, kesadaran kritis dan rasional dalam memilah berita juga sangat dibutuhkan agar bagaimana keyakinan yang kita percayai dari suatu berita maupun informasi tidak menciptakan suatu kebenaran semu yang pada akhirnya menjebak kita dalam sebuah kenyataan palsu. Sebagai agama yang menempatkan kebenaran di atas segalanya, Islam juga menekankan pentingnya berfikir kritis, mencari sumber informasi yang valid dan memastikan kebenaran sebelum menyebarkan informasi.

Dalam hal ini, para pemimpin muslim dan para ulama memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan dan memperjuangkan kebenaran, serta menghindari memperkuat pandangan dan opini yang salah. Mereka harus mendorong masyarakat untuk membaca, mencari informasi yang akurat dan mengembangkan kepekaan terhadap fakta dan data.

Ketika semua umat manusia merangkul nilai-nilai kemanusiaan dan menempatkan kebenaran di atas segalanya, kita dapat mencapai masyarakat yang lebih baik, adil dan damai di era post-truth.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun