Mohon tunggu...
Ridho Putranto
Ridho Putranto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggagas Intelektualisme Abad ke-21

3 Agustus 2022   08:15 Diperbarui: 3 Agustus 2022   08:18 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Abad 21, abad dimana perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi semakin tak terbendung. Dan salah satu dampaknya ialah terjadinya perubahan sosial yang terjadi di  tengah-tengah masyarakat. 

Perubahan sosial yang terjadi merupakan fakta yang tak bisa kita hindari. Realita yang terjadi saat ini, kita sebagai individu yang hidup di tengah masyarakat modern merasakan kemajuan zaman karena arus globalisasi yang semakin membuat orientasi kehidupan yang lebih modern.

Perubahan sosial akibat globalisasi memberikan banyak akibat positif dan juga akibat negatif. Oleh karenanya, perubahan sosial yang terjadi dalam tubuh masyarakat dewasa ini haruslah disikapi dengan bijak. 

Karena jika tidak, dampak dari perubahan sosial tersebut akan menyebabkan berbagai macam problematika seperti contohnya ialah krisis multidimensional yang semakin hari semakin nampak. Polarisasi atau terpecahnya pemikiran sebagai reaksi atas berkembangnya budaya modern, patut menjadi perhatian kita semua.

Memang, perubahan sosial yang terjadi di negara kita saat ini memunculkan isu-isu yang terkait dengan terbelahnya pendapat di antara kelompok masyarakat. 

Hal terburuk yang terjadi ialah terciptanya konflik atau disintegrasi yang dapat menghancurkan rasa persaudaraan dan kemanusiaan di antara masyarakat yang heterogen. Pergeseran orientasi dalam bermasyarakat sudah sepatutnya di arahkan sebagai suatu ikhtiar atau proses untuk menjadikan bangsa ini lebih baik kedepannya.

Kemajuan teknologi di abad ke 21 telah melahirkan apa yang disebut sebagai era digitalisasi yang dalam dekade ini berkembang menjadi era virtualisasi. Hampir semua aktivitas yang dilakukan oleh umat manusia dalam dasawarsa ini semuanya serba menggunakan internet. 

Kecanggihan internet bukan hanya dilihat sebagai sesuatu yang mempermudah aktivitas saja, melainkan juga ada perubahan gaya hidup yang sebelumnya bersifat paguyuban (gemeinschaft) yang mengedepankan nilai-nilai gotong royong menjadi pola kehidupan sosial bersifat patembayan (gesellschaft) yang cenderung membuat manusia bersifat individualistik.

Ekses negatif lainnya akibat perubahan sosial akibat modernisasi & globalisasi ialah terciptanya distorsi kognitif akibat masuknya pengaruh-pengaruh dari ideologi transnasional di dalam kehidupan bermasyarakat. Imbasnya ialah terbentuknya sekat-sekat pemisah antara satu individu dengan individu lainnya. 

Ini diperparah lagi dengan kecenderungan kehidupan politik, sosial dan ekonomi di negara ini yang kental akan paham primordialisme atau paham yang menguatkan identitas diri yang akhirnya membentuk persepsi mengenai suatu golongan tertentu. Ini merupakan masalah yang besar, yang mampu menggangu keutuhan berbangsa & bernegara.

Maka dari itu, budaya intelektual adalah salah satu jalan untuk bagaimana membentuk suatu kultur yang mampu menyaring atau memilah akibat-akibat negatif akibat perubahan sosial yang terjadi. 

Perubahan nilai dan norma yang terjadi dalam kehidupan masyarakat disebabkan salah satunya ialah munculnya penyakit stagnansi dalam berpikir. Sehingga, stagnansi atau kejumudan dalam berpikir adalah problematika baru di tengah era modernisasi seperti saat ini. 

Orang-orang menganggap intelektualisme identik dengan kaum-kaum terdidik & terpelajar seperti mahasiswa atau akademisi. Namun sebenarnya, intelektualisme yang kata dasarnya ialah intelektual adalah bagaimana seorang manusia memberikan ruang atau porsi pada penalaran untuk bekerja. 

Konsep ini sama seperti yang pernah ditulis oleh salah seorang cendekiawan muslim asal Indonesia, Nurcholish Madjid dalam bukunya "Islam Kemodernan & Keindonesiaan" beliau menyebutkan bahwa rasionalisasi adalah memberikan tempat agar rasio bekerja tanpa bergantung sepenuhnya pada rasio atau akal atau pemikiran logis

Inilah yang menjadikan landasan pokok dalam membumikan budaya intelektualisme di abad ke 21 ini. Dimana peran dari penalaran logis menjadi salah satu alternatif untuk menghadapi masalah-masalah sosial dan budaya yang dihadapi saat ini. 

Oleh sebabnya, harapan kedepannya ialah terwujudnya komunitas berintelektual yang artinya disini ialah bentuk komunitas yang mengedepankan akal dan penalaran logis dalam menilai sesuatu. 

Individu yang diharapkan dapat melihat sesuatu secara obyektif sebagaimana adanya dan mencerna segala sesuatu dengan pendekatan-pendekatan yang lebih masuk diakal.

Dan juga diperlukan revitalisasi nilai-nilai fundamental yang dijadikan sebagai landasan etis dalam menjalankan budaya intelektual tersebut. Nilai kultural berperan sebagai asas utama yang mampu membentuk manusia yang berintelek, dan juga memiliki kesadaran moral yang baik sebagai tanggung jawab individual. 

Tanggung jawab individual sebagai seorang insan yang hidup di tengah kelompok masyarakat dijalankan dengan dasar moriil sebagai pegangan dan jiwa cendekia untuk menjalankan fungsi utama seorang manusia yaitu sebagai fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat.

Maka dari itu, budaya intelektual haruslah mampu dirasakan oleh semua orang, bukan hanya tertentu saja seperti kalangan-kalangan yang berpendidikan saja. Dan yang paling utama ialah tugas dari kaum terpelajar seperti mahasiswa ataupun akademisi yang harus bisa untuk bagaimana membumikan budaya intelektualisme tersebut. 

Karena memang sudah seharusnya, tanggung jawab dari kaum  berpendidikan salah satunya adalah menyejahterakan masyarakat dengan cara membumikan kultur intelektualisme agar tidak terjadi monopoli ilmu pengetahuan atau terjadinya kesenjangan intelektual antara kaum terpelajar dan kaum non terpelajar yang pada akhirnya, menimbulkan sesuatu yang disebut "tirani intelektual".

Intelektualisme merupakan suatu pola yang mampu dihidupkan apalagi melihat situasi & kondisi bangsa saat ini yang terkesan kering akan nilai-nilai intelektual. 

Ancaman disintegrasi atau perpecahan akibat masuknya pengaruh ideologi transnasional akibat modernisasi yang merambah dalam kehidupan sosial budaya ini adalah suatu tantangan untuk mewujudkan komunitas intelektual yang mampu menciptakan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang lebih baik kedepannya agar mampu mengaktualisasikan apa yang disebut dengan civil society atau masyarakat berperadaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun