Mohon tunggu...
Ridho Putranto
Ridho Putranto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggagas Intelektualisme Abad ke-21

3 Agustus 2022   08:15 Diperbarui: 3 Agustus 2022   08:18 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perubahan nilai dan norma yang terjadi dalam kehidupan masyarakat disebabkan salah satunya ialah munculnya penyakit stagnansi dalam berpikir. Sehingga, stagnansi atau kejumudan dalam berpikir adalah problematika baru di tengah era modernisasi seperti saat ini. 

Orang-orang menganggap intelektualisme identik dengan kaum-kaum terdidik & terpelajar seperti mahasiswa atau akademisi. Namun sebenarnya, intelektualisme yang kata dasarnya ialah intelektual adalah bagaimana seorang manusia memberikan ruang atau porsi pada penalaran untuk bekerja. 

Konsep ini sama seperti yang pernah ditulis oleh salah seorang cendekiawan muslim asal Indonesia, Nurcholish Madjid dalam bukunya "Islam Kemodernan & Keindonesiaan" beliau menyebutkan bahwa rasionalisasi adalah memberikan tempat agar rasio bekerja tanpa bergantung sepenuhnya pada rasio atau akal atau pemikiran logis

Inilah yang menjadikan landasan pokok dalam membumikan budaya intelektualisme di abad ke 21 ini. Dimana peran dari penalaran logis menjadi salah satu alternatif untuk menghadapi masalah-masalah sosial dan budaya yang dihadapi saat ini. 

Oleh sebabnya, harapan kedepannya ialah terwujudnya komunitas berintelektual yang artinya disini ialah bentuk komunitas yang mengedepankan akal dan penalaran logis dalam menilai sesuatu. 

Individu yang diharapkan dapat melihat sesuatu secara obyektif sebagaimana adanya dan mencerna segala sesuatu dengan pendekatan-pendekatan yang lebih masuk diakal.

Dan juga diperlukan revitalisasi nilai-nilai fundamental yang dijadikan sebagai landasan etis dalam menjalankan budaya intelektual tersebut. Nilai kultural berperan sebagai asas utama yang mampu membentuk manusia yang berintelek, dan juga memiliki kesadaran moral yang baik sebagai tanggung jawab individual. 

Tanggung jawab individual sebagai seorang insan yang hidup di tengah kelompok masyarakat dijalankan dengan dasar moriil sebagai pegangan dan jiwa cendekia untuk menjalankan fungsi utama seorang manusia yaitu sebagai fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat.

Maka dari itu, budaya intelektual haruslah mampu dirasakan oleh semua orang, bukan hanya tertentu saja seperti kalangan-kalangan yang berpendidikan saja. Dan yang paling utama ialah tugas dari kaum terpelajar seperti mahasiswa ataupun akademisi yang harus bisa untuk bagaimana membumikan budaya intelektualisme tersebut. 

Karena memang sudah seharusnya, tanggung jawab dari kaum  berpendidikan salah satunya adalah menyejahterakan masyarakat dengan cara membumikan kultur intelektualisme agar tidak terjadi monopoli ilmu pengetahuan atau terjadinya kesenjangan intelektual antara kaum terpelajar dan kaum non terpelajar yang pada akhirnya, menimbulkan sesuatu yang disebut "tirani intelektual".

Intelektualisme merupakan suatu pola yang mampu dihidupkan apalagi melihat situasi & kondisi bangsa saat ini yang terkesan kering akan nilai-nilai intelektual. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun