Mohon tunggu...
Ridhony Hutasoit
Ridhony Hutasoit Mohon Tunggu... Auditor - Abdi Negara

Aku ini bukan siapa-siapa, hanya terus berjuang meninggalkan jejak-jejak mulia dalam sejarah peradaban manusia, sebelum kelak diminta pertanggungjawaban dalam kekekalan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

"Clouds of Sandwich Phenomenon", Keindahan Tak Terduga di Gunung Batur

27 Juli 2018   08:00 Diperbarui: 28 Juli 2018   03:27 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: Koleksi Pribadi
Sumber: Koleksi Pribadi
Mentari mulai terbit, gunung dan danau disebrang kami mulai tampak jelas. Keindahan Indonesia dari ketinggian makin merekah, walaupun saya sempat kecewa karena sunrise yang ditunggu tidak optimal. Awan ternyata makin menebal di arah timur sehingga menutupi cahaya fajar yang menyingsing. 

Namun, Tuhan mengajak saya melihat sisi keindahan lain yang tak diduga, yaitu bentangan awan yang megah. Bentangan awan ini membuat seolah-olah melayang-terbang, atau berada di suatu negeri awan. Bahkan lekukan-lekukan awan yang rata menghampar, membuat diri ini ingin lompat dan berenang di ke dalamnya.

Kemegahan hamparan awan tadi sejatinya membuat kami puas. Namun, rasa puas kami makin berlipat, saat kami hendak turun. Saat itu, kami menemukan satu spot yang menyajikan pemandangan tak biasa. Pemadangan yang menyajikan awan pada dua sisi yang berhadapan, atas dan bawah, serta mengapit sisi puncak gunung Abang yang berhadapan langsung dengan gunung batur. 

Saya menamakan momen itu sebagai clouds of sandwich phenomenon, karena kedua awan tadi bagai roti sandwich yang mengapit gunung Abang sebagai sosisnya. Jangan heran, pekat lelah di tubuh seolah sirna seketika saat menikmati keindahan yang tak terduga ini. Sungguh, "atraksi" awan pada gunung setinggi 1.717 meter di atas permukaan laut ini sangat kuat membekas manis di hati dan menarik diri untuk datang kembali.

Sumber: Koleksi Pribadi
Sumber: Koleksi Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun