Namun, Tuhan mengajak saya melihat sisi keindahan lain yang tak diduga, yaitu bentangan awan yang megah. Bentangan awan ini membuat seolah-olah melayang-terbang, atau berada di suatu negeri awan. Bahkan lekukan-lekukan awan yang rata menghampar, membuat diri ini ingin lompat dan berenang di ke dalamnya.
Kemegahan hamparan awan tadi sejatinya membuat kami puas. Namun, rasa puas kami makin berlipat, saat kami hendak turun. Saat itu, kami menemukan satu spot yang menyajikan pemandangan tak biasa. Pemadangan yang menyajikan awan pada dua sisi yang berhadapan, atas dan bawah, serta mengapit sisi puncak gunung Abang yang berhadapan langsung dengan gunung batur.Â
Saya menamakan momen itu sebagai clouds of sandwich phenomenon, karena kedua awan tadi bagai roti sandwich yang mengapit gunung Abang sebagai sosisnya. Jangan heran, pekat lelah di tubuh seolah sirna seketika saat menikmati keindahan yang tak terduga ini. Sungguh, "atraksi" awan pada gunung setinggi 1.717 meter di atas permukaan laut ini sangat kuat membekas manis di hati dan menarik diri untuk datang kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H