Indonesia adalah bangsa yang besar, menyimpan banyak keunikan, kekhasan, serta keberagaman dalam hal suku, agama, budaya, dan bahasa. Rasa kekeluargaan sebagai satu bangsa dan satu tanah air harus ditanamkan sejak dini. Kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis akan terwujud jika kita semua fokus pada persamaan dan tidak selalu mencari perbedaan. Jangan sampai perbedaan memecah belah persaudaraan, kekeluargaan, dan kerukunan di Indonesia. ”Bangkit Bersama Membangun Bangsa” dalam tema Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2022 mengangkat kembali semangat gotong royong. Setelah melewati hampir tiga tahun pandemi, budaya gotong royong menjadi modal sosial yang kuat guna membangun dan menyelesaikan persoalan bangsa.
Pada dasarnya bangsa Indonesia punya kekuatan kebersamaan yang tidak dimiliki bangsa lain, terwujud dalam perilaku gotong royong. Tidak hanya saling membantu dan menolong dalam meringankan pekerjaan, gotong royong dapat mempererat tali persaudaraan terutama dalam kegiatan pesta pernikahan, peristiwa duka cita, pindah rumah, sampai pada upacara adat. Bahkan, gotong royong telah menjadi ciri khas dan warisan budaya bangsa yang menjadi cerminan pengamalan sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia.
Dalam kehidupan sehari-hari sikap tolong menolong dan saling membantu dalam mengatasi kesenjangan sosial, menjaga persatuan dan toleransi, serta menjaga kesejukan hidup berbangsa dan bernegara harus terus dipelihara. Gotong royong menjadi salah satu aspek atau dimensi penting dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Saat terjadi bencana alam yang melanda beberapa daerah, jiwa gotong royong, kebersamaan, dan rasa kesetiakawanan masyarakat Indonesia seakan menghiasi berita di berbagai media. Donasi dari berbagai pihak dan elemen masyarakat dari seluruh pelosok negeri dengan cepat mengalir guna membantu saudara-saudara yang terkena musibah.
Tak dapat dimungkiri, Pandemi Covid-19 memperkuat jiwa gotong royong, kebersamaan, dan kesetiakawanan yang tampak semakin nyata ketika ada tetangga, teman, atau saudara yang terpapar Covid-19 harus menjalani isolasi mandiri (isoman). Masyarakat Indonesia tanpa pamrih membantu menyediakan makanan hingga urusan lain yang tidak bisa dilakukan karena sedang isoman.
Keberhasilan penanganan Covid-19 melalui kepedulian dan semangat gotong royong berimplikasi berangsurnya kembali aktivitas masyarakat secara normal dan secara perlahan mendorong pemulihan ekonomi Nasional. Saat ini, hampir seluruh lapangan usaha tumbuh positif sehingga harus terus kita jaga dan pertahankan.
Peran Indonesia sebagai Presidensi G20 Tahun 2022 sekaligus memperkuat momentum ini. Pertemuan G20 mengusung tiga isu prioritas yaitu Arsitektur Kesehatan Global yang Inklusif, Transformasi berbasis Digital, dan Transisi Energi Berkelanjutan. Isu prioritas G20 yang diangkat Indonesia merupakan cerminan dari semangat gotong royong untuk bangkit bersama membangun bangsa di tengah keterpurukan akibat pandemi. Sebagai tuan rumah, Indonesia terus mendorong negara-negara G20 untuk mewujudkan aksi nyata dan berkolaborasi menggalang kekuatan sehingga masyarakat dunia dapat merasakan dampak nyata pertemuan G20.
Antisipasi Resesi
Dana Moneter Internasional (IMF) dalam World Economic Outlook mencatat pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi mengalami kontraksi sebesar 2,7% pada 2023. Tak hanya itu, OECD juga memproyeksikan ekonomi dunia hanya mampu tumbuh di kisaran 2,2%. Tak heran jika isu resesi kian memuncak dan menimbulkan kekhawatiran jelang pergantian tahun. Namun, ekonomi Indonesia diproyeksikan akan tetap solid meski ekonomi global diguncang resesi. Bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand, peluang terjadinya resesi di Indonesia relatif rendah, hanya pada kisaran 3% (Bloomberg, 2022). World Bank memprediksi ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh positif, berada dalam kisaran yang cukup aman antara 4,7 - 5,1 persen pada 2023.
Saat ini, Indonesia menjadi pemain utama dalam ekonomi global. Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang melimpah sehingga mampu berkontribusi global melalui penyediaan batu bara, timah, crude palm oil (CPO), bauksit, nikel, tembaga, serta komoditas lain berbasis sumber daya alam. Selain itu, Indonesia juga unggul dalam produk manufaktur dengan ekspor sebagai katalisator perekonomian. Namun, risiko stagflasi akibat kelesuan ekspor patut dikhawatirkan dalam perekonomian Indonesia ke depan. Turunnya daya beli masyarakat akibat volatilitas nilai tukar serta tingginya harga energi dan pangan perlu menjadi catatan. Secara fundamental, Indonesia dikaruniai struktur demografi yang produktif dengan pertumbuhan dan besarnya populasi.
Ditambah lagi tren jumlah masyarakat kelas menengah tetap tumbuh setiap tahun sehingga konsumsi punya kontribusi terbesar dalam pembentukan PDB. Imbasnya, konsumsi mampu menjadi tameng ketika ekspor melambat.
Sejatinya, konsumsi harus selalu dijaga, tetapi jika tidak hati-hati, konsumsi dapat tergerus inflasi dan berakibat fatal bagi kelangsungan ekonomi Indonesia di tengah resesi. Inflasi harus terkendali melalui kebijakan yang tepat antara otoritas fiskal dan moneter dalam jangka pendek. Paling tidak pemerintah harus hadir memberikan bantuan berupa subsidi dan optimalisasi anggaran guna antisipasi lonjakan harga serta menjaga daya beli masyarakat.
Sinkronisasi kebijakan moneter dan fiskal yang akomodatif terhadap perekonomian merupakan kunci pemulihan ekonomi. Kebijakan moneter melalui instrumen suku bunga harus mampu mewujudkan efek kesejahteraan (wealth effect) dalam mengurangi ketimpangan pendapatan. Kebijakan fiskal melalui instrumen perpajakan dan transfer tunai harus mampu secara langsung mempengaruhi disposable income.
Untuk itu, seluruh komponen bangsa harus bersatu padu mengantisipasi ancaman resesi. Stabilitas makro merupakan kunci utama dalam kerja sama antara Pemerintah dengan Bank Sentral. Tidak hanya terbatas pada stabilitas makro fiskal saja seperti pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, tetapi juga stabilitas makro moneter seperti inflasi dan nilai tukar.
Sinergi dan koordinasi kebijakan pemerintah dan BI merupakan tulang punggung yang harus dibangun guna menciptakan optimisme ke depan. Dalam konteks ini, gotong royong antara kedua otoritas harus tercipta untuk terus menjaga stabilitas ekonomi sehingga kepercayaan pasar tetap terpelihara. Gotong royong sejak pandemi diharapkan akan terus berlanjut pada tahun 2023 dengan melibatkan lebih banyak pihak seperti perbankan dan pengusaha-pengusaha, sehingga cita-cita menjadi negara maju di 2045 dapat terwujud. Semangat gotong royong bangkit bersama wujudkan indonesia maju harus terus digaungkan dalam menatap ekonomi 2023 dengan optimisme di tengah tantangan resesi ekonomi global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H