Mohon tunggu...
Ridho Desta Alfian
Ridho Desta Alfian Mohon Tunggu... Lainnya - Marketing Communication - Universitas Mercu Buana

Ridho Desta Alfian | 44323010102 | Fakultas Ilmu Komunikasi | Universitas Mercu Buana | Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB | Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo M.Si.Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   23:54 Diperbarui: 12 November 2023   23:55 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ki Hajar Dewantara memiliki konsep pendidikan yang sangat unik dan berbeda dengan pendidikan tradisional pada saat itu. Ia memandang bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, ia mengembangkan konsep pendidikan yang mengutamakan kebebasan dan kemandirian siswa, serta menghargai keanekaragaman budaya dan bahasa.

Lewat Taman Siswa ini lah, Ki Hadjar Dewantara memperkenalkan beberapa konsep pendidikan yang inovatif. Salah satu konsep utama yang dipromosikannya adalah inklusi dalam pendidikan. Ia menekankan pentingnya memastikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi semua orang, tanpa memandang asal dan status sosial mereka. 

Taman Siswa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Lembaga ini menghargai pendidikan berdasarkan pengembangan potensi individu, menghargai keunikan setiap siswa dan keterampilan praktis yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.Menurut Ki Hadjar Dewantara hakikat pendidikan adalah menanamkan nilai-nilai budaya pada diri anak agar menjadi manusia seutuhnya baik secara mental maupun spiritual. Ki Hadjar Dewantara juga memperkenalkan metode pendidikan revolusioner, termasuk pendidikan langsung, partisipasi siswa dalam proses pengambilan keputusan, dan pembelajaran langsung tentang alam dan realitas sosial. Mempromosikan pendekatan holistik terhadap pendidikan yang mencakup perkembangan fisik, intelektual, emosional dan spiritual siswa. Melihat pendidikan sebagai sarana untuk membantu siswa mencapai potensi penuh mereka dan menjadi mandiri dalam pendidikan atau pembelajarannya. (Dewantara, K.H.1922.)

Ada beberapa contoh langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencapai kebebasan belajar:Mengembangkan bakat Pendidik, mengembangkan potensi peserta didik, peserta didik diarahkan sesuai dengan bakatnya, peserta didik perlu belajar merdeka (memilih sendiri) 

Selain sebagai seorang pendiri Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara juga terlibat dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ia menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan terlibat dalam penyusunan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Selain itu, ia juga dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia dan mendapatkan penghargaan tertinggi dari pemerintah Indonesia, yaitu Bintang Mahaputra.

Pada saat ini sistem pembelajaran di Indonesia sudah memakai kurikulum merdeka,  Implementasi Kurikulum Merdeka secara terbatas dimulai pada tahun 2021 di Sekolah Penggerak yang berada di 111 kabupaten/kota. Pada tahun 2022 dimulai implementasi Kurikulum Merdeka untuk Jalur Mandiri. Berdasarkan data Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar) Kemendikbudristek, saat ini sudah hampir 70 persen satuan pendidikan di seluruh Indonesia telah menerapkan Kurikulum Merdeka melalui Program Sekolah Penggerak, SMK Pusat Keunggulan, dan Implementasi Kurikulum Merdeka Jalur Mandiri yang artinya tersisa 30 persen sekolah lagi yang belum menggunakan kurikulum merdeka tersebut. 

Ngomong- ngomong soal kurikulum merdeka atau merdeka belajar, bapak pendidikan ini juga mempunyai gagasan untuk merumuskan tiga orientasi pendidikan yang disebutnya Tri Rahayu. Ketiga prinsip tersebut saling melengkapi dan memadukan ilmu pengetahuan untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian seimbang, bertanggung jawab secara sosial, dan peduli terhadap lingkungan. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai fokus Tri Rahayu, prinsip-prinsip tersebut dapat kita terapkan untuk mengembangkan pendidikan yang bersifat holistik dan memberikan dampak positif bagi individu, masyarakat, dan dunia secara luas. Berikut tiga pandangan tersebut:

- Memayu Hayuning Sarira, arti dari memayu Hayuning Sarira diambil dari kata ayu yang artinya cantik jadi arti dari memayu hayuning sarira adalah mempercantik diri dengan menaikan value dari dirinya dengan cara mengembangkan apa yang ada di dalam dirinya. Jadi inti dari keseluruhannya adalah memperbaiki dirinya terlebih dahulu.

- Memayu Hayuning Bangsa Setelah berbenah diri, perlu dikembangkan lebih lanjut dengan berbuat yang terbaik dan memberikan berkontribusi terhadap nusa dan bangsa. Dalam hal ini Ki Hajar menyebutkan bagaimana bahwasannya seseoranag bisa membawa perubahan positif dalam masyarakat di sekitarnya.

-Memayu Hayuning Bawana Tingkat terakhir adalah tentang orientasi pendidikan, yaitu tentang bagaimana individu yang telah melalui tahapan pengembangan pribadi dan berkontribusi pada negaranya akan mampu memberikan kontribusi positif untuk global. Tentu yang dimaksud dengan hal positif di sini adalah kemungkinan untuk memerdekakan masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya diri kita sendiri atau kelompok tertentu saja. 

tak hanya perihal memayu hayuning sarira, bangsa, dan bawana saja ki Hadjar Dewantara  mempunyai konsep lagi yaitu konsep 3N, 3N tersendiri itu adalah Niteni, Niroke, dan Nambahi. Ini menjadi landasan paling penting untuk pendidikan ganzheit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun