Mohon tunggu...
Muhamad Baqir Al Ridhawi
Muhamad Baqir Al Ridhawi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lagi belajar nulis setiap hari.

Blogku sepi sekali, kayaknya cuma jadi arsip untuk dibaca sendiri. Hohohoho. www.pesanglongan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Semoga Ini Dapat Membantumu Memutuskan Waktu Belanja Online

6 Juni 2021   20:53 Diperbarui: 6 Juni 2021   21:28 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Semoga ini Dapat Membantumu Berbelanja Online

Hari ini aku stalking-stalking hoodie terus. Iya, hoodie. Jaket berkupluk. Bahkan aku di-stalking-in balik. Algoritma Shopee, Tokped, Instagram, FB, membuatku merasa dimata-matai. Aku dihantui iklan hoodie terus. Pasalnya, beberapa hari lalu, aku gagal dapat hoodie yang kuinginkan: hoodie zipper sage, keluaran Hoodie Goodie. Padahal aku sudah transfer uang di Tokped, tapi ternyata barangnya habis. Aku kecele oleh stok di situ, yang menunjukkan bahwa barangnya masih tersedia. Akhirnya uangku pun kembali.

Dari peristiwa stalking dan di-stalking-in ini, aku dapat pelajar juga lho. Omong-omong, sebetulnya yang aku lihat di aplikasi jual-beli dan Instagram bukan hanya hoodie saja, tapi juga sweater, dan kaos polos, entahlah kenapa aku begitu, tetapi untungnya ada hal penting yang dapat kupetik. Yaitu:

Curigalah dengan barang yang murah banget. 

Ya dalam hal ini aku agaknya seperti menyuruh kalian su'uzon, tapi terserahlah kalau kalian menganggapku demikian. Kalau demikian ya berarti kalian juga su'uzon dong. Su'uzon padaku. Hehehe. Maksudku aku berkata begitu, adalah karena aku seringkali menemukan barang yang harganya murah, laris manis, hingga ribuan barang terjual, tapi ada ulasan jeleknya.

Memang tidak dapat dipungkiri jikalau kita memproduksi barang secara massal, banyak membludakm pasti ada errornya. Entah dari mesin atau manusianya. Itu wajar. Sangat manusiawi, dan mesin-awi. Dan juga memang iya, yang memberi ulasan jelek itu sedikit saja. Tetapi tetap saja aku tidak yakin kalau barang itu bagus. 

Atau aku tidak yakin bakalan beli barang itu. Sebab aku juga punya pengalaman menyedihkan saat membeli barang-murah-banget. Barangnya adalah Hoodie Zipper Yellow. Ternyata bahannya tipis, bahkan hampir nerawang. Juga tidak lembut. Dan akhirnya malah tidak terpakai blas. Tetapi aku beri rating bintang 5. Ya, saat itu aku belum paham cara mainnya aplikasi ini. Aku lakukan asal saja. Mungkin bintang 5 itu hanyalah wujud dari syukurku saja. "Alhamdulillah barang sudah sampai," dan aku reflek melakukan itu. Begitu saja. Sudah. Tidak lebih. Dan aku kira banyak yang sepertiku. Asal kasih rating. Atau kalau tidak, sadar diri saja mereka. Ada harga ada rupa. Ada murah ada embuh-lah.

Curigalah pada cover foto produk yang pasaran.

Kalau ini lebih baik aku ceritakan sebuah kisah nyata yang cukup mencengangkan saja. Teman ibuku ada yang seorang tukang batik. Kerjanya menyulap kain putih polos menjadi kain batik. Pada suatu ketika dia silaturrahmi ke rumah ibuku, dan bercerita bahwa di daerahnya, yang merupakan kawasan pengrajin batik, sudah menganggap menembak produk yang lagi laris sebagai hal lumrah. Iya, orang-orang di sana menyebutnya "menembak" sedangkan aku menyebutnya "njiplak".

Dan yang lebih ngawur lagi adalah yang njiplak produknya dan njiplak fotonya. Foto yang di toko resmi online-nya atau official store-nya di-copy-paste, di-upload ke toko online-nya yang njiplak. Parah banget bukan? Coba tebak, siapa saja yang dirugikan? Pemilik toko resminya, reseller toko resminya, dropshipper toko resminya, fotografernya dll. Lha nanti kan jasa jepretnya jadi gak dipakai.

Ohya, kalau menurutku pribadi jika fotonya adalah jepretan sendiri itu tidak begitu parah njiplaknya. Bahkan bisa juga tidak dianggap masalah. Pasalnya, di era jualan online begini foto itu ada harganya. Ada nilainya tersendiri. Dan itu bisa memberikan nilai tambahan pada produk, dan membikin produk lebih dapat laku. Maka foto yang berbeda dapat menciptakan diferensiasi pada produk yang sama. Membuat produk jiplakan jadi kreasi baru. Atau bisa dikatakan si penjiplak itu sudah kreatif---secara halal.

(Mungkin kalian agak bingung dengan kalimatku yang terakhir. Seandainya kalian pingin tahu lebih lanjut, soal penjiplak yang halal. Silakan kalian baca buku Steal Like an Artist, Austin Kleon.)

Menurutku, definisi kreatif itu ada dua, menurutku. (1) memindahkan apa yang sudah ada di tempat lain ke tempat kita. Hanya berpindah tempat menurutku sudah menciptakan kreasi baru. Misalnya, aku ke pasar baju grosiran. Lalu aku membelinya untuk dijual lagi di online. Hanya pindah dari offline ke online. (2) mengkombinasikan apa yang sudah ada. Misalnya, sesudah beberapa bulan aku jualan online dan laris keras, aku akhirnya memproduksi sendiri. Dan bisa memberi kesempatan orang lain untuk menjadi reseller-ku. Sehingga aku bisa menjual kodian secara offline, dan retail, atau eceran secara online.

Berarti kita tidak bisa menciptakan hal baru dong? Betul sekali. Kita hanya seolah menciptakan hal baru. Bukan menciptakan hal baru yang benar-benar baru secara hakiki.

Dan saran buat pembeli online dariku adalah jangan beli produk yang cover fotonya ngeblur. Karena kemungkinan besar dia adalah penjiplak, reseller/dropshipernya penjiplak. Kalau pihak toko resminya biasanya sih akan memberikan foto yang berkualitas kepada reseller/droshipernya. Nah, dengan demikian selain kamu mendukung pebisnis resminya, kamu juga akan mendapatkan produk yang berkualitas karena itu orisinil dari pelopornya. Bukan dari penjiplak. Dan yang namanya pelopor pasti tidak sembarangan dalam membuat produk yang hasilnya bagus---buktinya sampai ditiru orang banyak. Pasti ada riset, eksperimen, trial and error dalam proses penciptaannya yang membuatnya berkualitas.

Definisikan ulang keperluanmu belanja.

Dan juga, apakah barang itu, yang sudah kamu temukan sesuai keperluan dengan keperluanmu? Nah inilah yang aku rasakan saat berburu Hoodie. Tepatnya Hoodie Zipper Sage. Sebelumnya aku sudah timbang-timbang warna yang aku inginkan. Dan akhirnya kuputuskan warna Sage. Ini perpaduan warna antara hijau dan beige/krem tanah. Filosofinya adalah hijau berarti tumbuhan dan warna krem tanah adalah bumi. Sehingga artinya tumbuh ke atas tapi tetap membumi.

Namun sayangnya stoknya habis. Aku pun mulai mencari-carinya di toko lainnya. Dan ternyata tidak ada yang jual. Lalu tiba-tiba aku tertarik dengan sweater. Sebetulnya bukan tiba-tiba juga sih, ini lantaran sweater yang seringkali tersodor di layar HP untuk aku lihat. Biasanya toko penyedia Hoodie polos juga menyediakan Sweater polos.

Terus aku berpikir, sebenarnya apa sih yang aku butuhin. Jujur sweater aku tidak punya. Tapi niat awalku beli Hoodie Zipper Sage adalah untuk mengganti Hoodie Zipper-ku yang sudah buluk, atau buruk: warnanya kusam, di bagian ketiaknya jahitannya lepas, dan kepala resletingnya hancur dan copot. Tapi sebenarnya aku ada jaket lain sih, tapi bukan Hoodie Zipper melainkan Hoodie Jumper.

Dan sebetulnya, jika dipikir-pikir lagi, yang kuperlukan hanyalah jaket. Dan aku sudah punya meskipun tanpa zipper. Jadi kalau kriteria detailku tidak ada ya sudah, tidak usah saja. Masih ada jaket yang bisa dipakai kok, meski kurang nyaman---yang aku tidak suka dari jaket jumper adalah kesusahan waktu melepas jaket ini. Omong-omong, hoodie jumper ini saja aku tidak beli, ini pemberian kakakku.

Hari ini mungkin bukan rezekiku untuk dapat Hoodie Zipper Sage. Maka lebih baik nunggu tokonya restock lagi. Daripada aku beli warna lain, dan akhirnya besok aku tetap kemarin dan beli lagi.

Apakah kamu pernah punya pengalaman serupa? Beli barang A, tapi gara-gara tidak ada, kamu yang kena iming-iming terus barang B, jadi menginginkan barang B? Lalu bagaimana kamu mengambil keputusan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun