Namun menjadi Giver itu sangat krusial. Dia harus berhati-hati jika bertemu dengan Taker, karena dirinya nanti bisa dimanfaatkan habis-habisan. Sebetulnya orang tipe Giver adalah orang mudah mencapai kesuksesan, tetapi dia harus sabar dan sadar bahwa kebaikannya itu tidak bisa mendapatkan hasil yang langsung bisa diterimanya seketika. Butuh proses panjang, seperti halnya menanam pohon mangga. Kita menanam, memberi pupuk, memberi air, tetapi kita tidak bisa mendapatkan buah mangga secara langsung.
Jadi, wahai diriku, kamu mau jadi kebanyakan orang (Matcher) atau orang yang disukai banyak orang (Giver)?
Tentu jawaban yang terbaik adalah menjadi Giver. Tetapi pertanyaan selanjutnya menjadi Giver di mana? Menjadi Giver di tempat yang aku suka atau di mana saja asal bisa menjadi Giver? Tentu aku lebih memilih di tempat yang aku suka. Tetapi apakah bisa? Apakah di tempat yang kusuka menyediakan lowongan untukku?
Jujur, aslinya aku melamar di situ dan hotel itu agar supaya aku tidak menganggur saja dan sambil mengumpulkan modal buat bisnis. Malah kalau bisa bisnisku masih bisa jalan walau aku juga bekerja di tempat lain. Ohya, sebelumnya aku bisnis donat dan pisang goreng. Aku memasarkannya lewat Instagram, Go Food, dan Grab Food. Tapi itu sudah berakhir---untuk sementara waktu---karena sepi. Dan aku merasa capek melakukan semuanya sendiri. Dari mempromosikan, membeli bahan, memasaknya, dan mengantarnya.
Sebetulnya sih tidak apa-apa, kalau siapa-siapa yang belinya sudah jelas, pasarnya sudah jelas. Kalau tidak begitu kan makanannya jadi sisa-sisa terus. Sedangkan aku belum jelas seperti itu. Karena aku jualannya tidak di tepi jalan besar. Kalau kalian bertanya kenapa tidak begitu saja? Akan kujawab, aku belum siap modalnya.
Dan kau tahu? Sesudah wawancara kerja di bagian Tenaga Administrasi SD Swasta itu. Aku mendapatkan informasi lowongan kerja banyak. Ada beberapa yang aku suka, yakni lowongan desain grafis. Maka dari itu aku mengirim lamaran-lamaran lagi.
Memang ini cukup dilematis buatku. Bagaimana kalau aku diterima di Tenaga Administrasi, kemudian ketika aku kerja aku dipanggil interview untuk lowongan desain grafis?
Memang sih, aku belum pasti diterima. Tetapi bagaimana kalau hal itu terjadi? Aku izin tidak masuk sehari, untuk interview kerja di tempat lain, begitu? Tentu tidak mungkin. Lebih baik menolak dari awal. Walau melamar ke tempat desain grafis juga sangatlah berisiko---tidak pasti diterima.
Kalau pingin asal kerja, ya aku mau-mau saja kerja di situ sebagai Tenaga Administrasi, atau malah sebelum itu, sebagai Steward di Hotel. Tetapi kan tidak. Aku ada pertimbangan lain juga, bagaimana caranya bekerja sambil menjalankan bisnisku.
Ohya, dan ternyata kerja sebagai Tenaga Administrasi itu kemungkinan besar banyak lemburnya. Pewawancara itu menanyakan soal ini, bagaimana kalau tugasnya banyak, terus menumpuk, mau lembur atau tidak? Bagaimana kalau diserahi tugas yang bukan job desk-nya, mau atau tidak? Sehingga aku berasumsi kalau aku kerja di sini, mungkin aku tak bisa menyelinginya dengan bisnis kulinerku.
Aku juga ada pertimbangan untuk memilih pekerjaan yang aku suka. Aku juga ada pertimbangan umur. Karena aku sudah tua, umurku 24 tahun. Aku lihat lowongan-lowongan kerja rata-rata batasan umurnya 18-24 tahun. Jadi jangan sampai aku menyia-nyiakan waktuku di usia 24 tahun menuju 25 tahun di tempat yang tidak aku sukai. Sebab sesudah ini aku sepertinya akan kesulitan mendapatkan pekerjaan.