Mohon tunggu...
Ridha UllJanah
Ridha UllJanah Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa, SMP.

Nama : Ridha Ull Janah Sekolah : SMPN Negeri 9 Tangsel Hobi : menggambar dan editor video.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Gak Sendiri

16 November 2022   23:00 Diperbarui: 17 November 2022   18:04 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Instragam @ridhasyalala

Nama aku Zen, aku tinggal dalam keadaan yatim piatu, umur aku 14 tahun, dan aku tinggal bersama adik perempuan kandung aku, adik perempuan aku berumur 5 tahun, orang tua aku memberi nama adik aku Lala, tapi orang tua aku memanggil adik aku yaitu adik.

Orang tua aku sudah meninggal dunia saat aku berumur 11 tahun, orang tua aku meninggal dunia disebabkan oleh kecelakaan, waktu itu orang tua aku pergi keluar kota bersama adik aku, dan ada mobil bertabrakan antara mobil orang tua aku, dan orang tua aku tewas hingga sampai meninggal dunia, saat itu adik aku selamat ada warga kebetulan yang menyelamatkan adik aku, aku di kabarkan oleh suster di rumah sakit waktu itu, dan aku menuju menemui orang tua aku dan adik aku di rumah sakit, aku terpukul hati aku saat dengar kata dokter orang tua aku meninggal dunia, aku menangis hingga emosi aku tidak kendali, tapi aku bersyukur adik aku selamat saat kejadian itu.

Gambar sumber: Instragam @ridhasyalala
Gambar sumber: Instragam @ridhasyalala

Aku dan adik aku tinggal di rumah kontrakan kecil, sebelum orang tua aku masih ada, orang tua aku masih mengontrak diperumahan kecil ini yang masih hari ini aku tinggal bersama adik aku.

Aku bekerja jualan kue keliling karena aku butuh uang untuk memenuhi kebutuhan aku dan adik aku, aku sudah putus sekolah saat kejadian orang tua aku tewas karena kecelakaan, aku sebenarnya ingin sekali bersekolah lagi dan sekolahkan adik aku juga, tetapi kondisi uang ekonomi kali ini tidak mencukupi untuk buat sekolah, kadang juga buat beli beras dan makanan pokok lainya kadang amat susah untuk memenuhinya.

Aku jualan kue karena dulu ibu aku pernah jualan kue keliling, dan aku melanjutkannya bahwa aku bisa buat kebutuhan hari ini untuk aku dan adik aku, ayah aku dulu bekerja di kantor yang tidak besar gajinya, tetapi gaji ayah aku cukup untuk membayar biaya sekolah aku.

Saat pagi hari aku bersiap siap untuk ke warung bersama adik aku, untuk mengambil kue untuk dijual keliling, aku dan adik aku bersama sama berjualan kue, kadang jualan kue aku ini banyak yang beli kadang juga tidak, tetapi aku harus semangat untuk kebutuhan aku dan adik aku, saat pagi hari hingga siang hari dagangan jualan kue aku tidak ada yang beli, aku di situ kelelahan dan adik aku kehausan.

"Kak, aku haus ingin minum" ucap Lala

“Oh iya dek, bentar ya kamu tunggu di sini  dulu ya, kakak mau beli air minum dulu ya“ ucap Zen.

“iya kak." ucap Lala.

Dan aku menuju warung untuk membeli air minum buat adik aku yang kehausan, saat tak lama aku kembali dari warung, adik aku sudah tidak ada di tempat adik aku duduk sebelumnya, aku panik dan berteriak memanggil adik aku.

Adik, kamu ada di mana?“ ucap Zen yang sangat keras.

Aku langsung mencari adik aku hingga keliling desa dekat berada di rumah kontrakan aku, siang hari hingga sore hari adik aku belum di temukan keberadaannya, aku sangat cemas, aku takut ada hal yang tidak baik kepada adik aku.

“adik kamu di mana?" ucap Zen sambil berteriak.

Setelah itu aku mendengar ada suara dari semak depan aku dan berkata meminta tolong, suara itu seperti kesakitan oleh suara yang aku dengar, dan aku menuju semak tersebut untuk mencari sumber suara tadi,  dan aku menemukan seseorang anak kecil perempuan yang berlumuran darah, dan suara kesakitan tersebut ialah anak kecil perempuan itu, aku menuju ke anak kecil perempuan itu, dan aku memegang mukanya anak kecil perempuan itu, membalikkan wajahnya untuk melihat, dan itu ialah.

Gambar sumber: Instragam @ridhasyalala
Gambar sumber: Instragam @ridhasyalala

“Adik, adik bangun, apa yang terjadi dengan dirimu?” ucap Zen dengan rasa sedih.

“adik, kakak mohon bangunlah?” ucap Zen.

”maafkan kakak adik. Kakak tidak bisa menjaga kamu dengan baik.” ucap Zen dengan rasa penuh rasa bersalah.

Dan anak kecil perempuan berlumuran darah tersebut ialah Lala adik kandungnya Zen sendiri, dan Zen mengendong adiknya menuju ke rumah sakit, dan ia meninggal kan tempat kue kelilingnya, Zen mengendong adiknya dengan sangat cepat, Zen menangis saat mengendong adiknya menuju rumah sakit, Zen berlari sekuat mungkin supaya bisa sampai ke rumah sakit.

Saat sampai di rumah sakit Zen berteriak.

“dokter, suster, siapa pun itu, tolong adik saya, aku mohon.” ucap Zen sambil mengendong Lala, dan berteriak. 

Dan di situ ada dokter langsung membawa adiknya Zen ke ruangan unit gawat darurat untuk mengecek keadaannya, Zen menunggu di pintu luar unit gawat darurat.

“Ya Tuhan selamatkan nyawa adik aku, aku mohon kepada mu Tuhan.” ucap Zen di dalam hati.

Di situ Zen hanya bisa duduk dan menunggu kabar adiknya oleh dokter, dan Zen hanya duduk, menangis dan berdoa.

Tak lama kemudian, dokter keluar dari pintu unit gawat darurat dan menuju ke Zen.

“Dokter bagaimana kondisi adik saya Dok?” tanya Zen penuh dengan kecemasan.

“Maafkan saya, adik kamu sudah meninggal dunia, karena disebabkan ada kanker otak di kepalanya kemungkinan ini disebabkan oleh pukulan yang sangat keras dan juga bisa bikin kematian.” Jawab dokter.

“Dok ini tidak mungkin kan dok.?” ucap Zen sambil menangis.

Adik Zen meninggal dunia, disebabkan ada kekerasan kanker otak di kepalanya, tetapi Zen sangat tidak yakin kenapa adiknya bisa meninggal dunia yang tidak masuk akal ini kata Zen dalam pikirannya, Zen langsung masuk ke dalam ruangan UGD itu untuk melihat adiknya yang sudah ditutupi seluruh badanya oleh kain putih, Zen menangis sangat keras dan menyesal karena Zen sudah meninggal kan dia di tempat kejadian tersebut.

Ke esok paginya, adiknya Zen menuju ke masjid dan pemakaman untuk di kubur, saat sudah di kubur hanya tersisa kenangan adiknya dan nama batu nisan yang hanya diingat dan dilihat oleh Zen.

“Adik, Maafkan kakak, kakak tidak bisa jaga in kamu dengan baik, kakak sangat bodoh, maafkan kakak, dan sekarang kakak tinggal sendiri, kakak kesepian, ibu dan ayah sudah tidak ada, dan sekarang kamu menyusulnya, kakak takut dek, cuman kakak yang bisa memenuhi kebutuhan kakak sendiri, kakak tidak punya saudara maupun teman dek, kakak benar betul sendiri dek, kakak doa kan kamu supaya kamu menuju surga bersama ayah ibu dek, kakak di sini memang sendiri dek, ini sudah takdir kakak.” ucap Zen sambil menangis di kuburan adiknya.

Setelah ke pemakaman adiknya, Zen langsung menuju ke rumah sambil menangis.

Saat setelah kepergian adiknya, Zen mangkin hari tidak mau bekerja lagi, tidak mau makan, menangis terus, dan pikiran dia stres saat setelah kejadian kepergian adiknya.

Gambar sumber: Instragam @ridhasyalala
Gambar sumber: Instragam @ridhasyalala

Saat sore hari Zen keluar rumah menuju ke tempat sesuatu yang sangat tinggi, Zen sampai menuju jembatan yang sangat tinggi, dan ada air danaunya yang sangat deras airnya, Zen berdiri berada di tempat pinggiran jembatan tersebut, dan sambil menutup matanya mengeluarkan air mata kesedihan, Zen berniat untuk bunuh diri, saat Zen mau melompat dari jembatan, ada seorang yang untuk memberhentikan kelakuan Zen, orang yang memberhentikan Zen tersebut dia seorang wanita yang menggunakan hijab dan seumuran dengan dia, wanita tersebut tidak tahu dia siapa.

“Wahai pemuda, jangan melompat, turunlah, itu sangat berbahaya.” ucap wanita tersebut sambil berteriak.

“Wahai pemuda yang di berada di sana, turunlah, saya tahu kamu banyak masalah.” ucap wanita tersebut sambil berteriak.

“Siapa kamu?, jangan ikut campur dengan urusanku.” jawab Zen dengan suara yang sangat keras. 

“Iya Saya tahu, saya ikut campur, tetapi aku mohon jangan bunuh diri untuk kepergian orang yang kamu cintai, cukup doakan mereka tanpa menyusulnya.” ucap wanita tersebut.

“Saya lelah, kenapa hidup saya tidak sempurna seperti hidup orang lain, saya tidak punya orang tua, maupun teman, dan saat ini saya kehilangan adik saya.” ucap Zen dengan penuh kesedihan dan berteriak.

“Iya saya tahu rasanya sakit sekali kehilangan orang yang kita cintai, kematian dan takdir itu kita tidak akan tahu, hanya Tuhan yang tahu, jika kita menjalankan dengan ikhlas, in syallah, ada jalan yang di tentukan tuhan dengan baik.” Jawab wanita tersebut sambil berteriak. 

Dan Zen turun dari jembatan tersebut dan menuju wanita itu, dan lalu wanita tersebut memeluk Zen hingga mengeluarkan air mata, Zen terkejut dan menyadari bahwa selama ini bahwa Zen tidak sendiri lagi, Tuhan pertemukan wanita tersebut supaya Zen tidak kesepian lagi.

“Kalo boleh tahu, siapa nama kamu?” tanya wanita tersebut.

“Namaku Zen, dan?” jawab Zen dan bertanya kepada wanita tersebut.

“Oh, namaku Rara” jawab wanita tersebut.

“Kamu, jangan berniat bunuh diri lagi Zen.” ucap Rara sambil menatap Zen.

“Oh ya di mana rumah kamu?” tanya Rara kepada Zen.

“Rumah aku agak jauh dari sini” jawab Zen.

“Oh ya kalo tidak keberatan, mau tidak kamu bisnis denganku?” ucap Rara sambil penasaran.

“Bisnis?, bisnis apa ya?" tanya Zen kepada Rara.

“Aku bisnis membuat kue, Kalo mau kamu membantu jualan kue aku bagaimana, nanti hasilnya kita bagi dua.” ucap Rara dengan penasaran.

“hem, iya aku mau.” Jawab Zen.

“Baguslah aku ada teman bisnisku, oh iya bagaimana kamu hari ini ke rumah aku, kebetulan aku barusan bikin kue, kamu bantu coba in ya.” tanya Rara dengan penuh harapan.

“Baiklah.” jawab Zen.

Dan Zen tidak mencoba bunuh diri lagi, berkat wanita tersebut yang bernama Rara membantu menenangkan kesedihannya Zen.

Saat tiba di rumah Rara, Zen melihat rumah Rara sangat kecil seperti rumah kontrakan Zen tinggali, Rara mengajak Zen ke dapur untuk mencicipi rasa kue buatan Rara.

“bagaimana kuenya, enak tidak?” tanya Rara yang penasaran.

“Ini kamu membuat sendiri?” tanya Zen dengan penasaran.

“Iya, kebetulan ini aku buat kue pertama kali.” ucap Rara.

“Dari rasanya ini enak.” ucap Zen sambil tersenyum.

“Wah benarkah, terima kasih Zen.” jawab Rara sambil tersenyum.

“Besok aku buat yang banyak dan supaya bisa dijual, oh ya besok pagi ke rumah aku ya.” ucap rara sambil tersenyum.

“Iya besok aku ke rumah kamu.” jawab Zen.

Ke esok harinya, Zen menuju ke rumah Rara untuk membantu Rara berjualan kue buatannya Rara, Zen dan Rara berjualan kue keliling bersama sama, setiap hari, Zen semangkin lama semangkin senang karena Zen bersyukur punya teman baik yang menemaninya, Rara anak pertama dari orang tuanya tetapi orang tuanya sudah tiada karena disebabkan kecelakaan saat dia masih kecil, dan saat itu Rara dirawat oleh bibinya, tetapi bibinya sudah tiada karena oleh penyakit jantung.

Setiap hari Zen dan Rara berjualan kue keliling, demi hari hasil jualan mereka laris manis, banyak yang membeli dagangan kue mereka, setelah enam tahun lamanya. Hasil kerja keras dagangan Zen dan Rara bisa mencapai membuka toko kue mereka sendiri, toko mereka kue dagangan mereka bisa membuat toko kue sendiri, tokoh kue yang sangat besar, Zen dan Rara sangat senang bisa mencapai usahanya membuat bisnis mereka berdua.

“Alhamdulillah ya Rara, akhirnya kita bisa buat tokoh kue kita sendiri” ucap Zen sambil tersenyum.

“Iya Zen, alhamdulillah, berkat kamu juga kamu sudah membantu saya.” ucap Rara dengan rasa senang.

“Iya Rara, ini juga berkat kamu bisa jago buat kue enak.” ucap Zen sambil tertawa.

“Haha, bisa aja sih kamu” ucap Rara sambil tersenyum.

“Oh ya Rara, aku mau bicara jujur sama kamu.” ucap Zen penuh serius.

“Oh iya, silakan.” ucap Rara.

“Berkat Tuhan, Tuhan mengirimkan aku pendamping yang sangat aku cintai hari ini, yaitu kamu Rara, kamu sudah mengajarkan aku tentang ikhlas dan perjuangan oleh kamu, dan izinkan aku, aku ingin memiliki kamu hingga akhir hayat, maukah kamu mau ingin menikah dengan aku Rara?” tanya Zen sambil menatap Rara.

“Zen kamu” jawab Rara dengan penuh kaget.

Lalu Zen terdiam.

“iya Zen aku mau” jawab Rara mengeluarkan air mata.

Dan saat itu Zen melamar Rara, Zen dan Rara akhirnya mereka menikah dengan bahagia, mereka menjalani kehidupan barunya.

Cerita penulis oleh Rida.

Sumber gambar: Instragam @ridhasyalala
Sumber gambar: Instragam @ridhasyalala

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun