Malam ini aku lihat beberapa pose
Teman-teman yang tinggal dan bekerja di Belanda
Negeri Kincir Angin
Iri rasanya
Di Kompasiana, beberapa senior juga pamer pemandangan
Di Jerman
Betapa rendah diri ini sepertinya
Tidak lama kemudian aku lihat ada senior yang mengahadiri wisuda anaknya
Di California, USA
Serta segudang kisah sukses dan aneka keberhasilan lainnya
Bikin angan-anganku terbang tinggi
Melayang
Kapan awak ini sampai ke sana?
Di sisi lain
Tidak jauh dari rumah, tempat aku kos
Berjajar pedagang makanan siang malam berjuang
Belum tentu mendapatkan keuntungan
Jangankan membeli perhiasan
Untuk bayar kontrakannya saja
Belum tentu ada
Ada lagi yang lain
Pedagang nasi pecel yang setiap pagi
Sebelum pukul enam
Sudah rajin menunggu pelanggan setianya
Membeli sarapan yang harganya lima ribuan
Dalam hatiku berkata
Berapa sih jumlah keuntungan mereka?
Terlebih bila membandingkan dengan korban
Letusan Gunung Semeru yang terus bertambah
Betapa aku serakah
Selalu melihat ke atas
Menegadahkan wajah
Meraih ini dan itu
Atas nama kesuksesan
Namun lupa
Bahwa yang di bawah sana
Tidak terhitung jumlahnya
Sangat menderita
Aku mencoba melihat realita
Bahwa kemegahan dunia ini tidak ada habisnya
Di atas awan, masih ada awan
Aku coba berhenti menghitung cita-cita
Agar tidak sengsara melihat keberhasilan orang
Dan merasa diri bukan apa-apa
Sebagai gantinya
Aku menyukuri nikmat
Yang membuat hati ini lega
Karena aku tidak tahu
Derita orang-orang yang aku sangka
Makassar, 7 December 2021
Ridha Afzal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H