Hanya satu baris yang berjajar
Padahal telah dijanjikan
'Dua rakaat salat sebelum Fajar, pahalanya melebihi nilai dunia'
Demikian Muhamad Rasulullah SAW pernah bersabda
Namun kala Fajar mengapa masjid sepi?
Karena manusia doyan yang kontan
Kendati setiap pembelian lebih banyak kreditan
Padahal
Yang kontan pun sudah diberikan berlimpah
Nafas, kehidupan, kesehatan, hingga bisa tidur lelap
Jarang kita hitung sebagai imbalan
Manusia ingin lebih
Karena sifatnya yang memang serakah
Manusia ingin dalam bentuk lebih besar dan lebih nyata
Uang misalnya
Atau harta konkritnya
Andai saja
Setiap menjelang subuh tiba
Diletakkan uang kertas berwarna merah
Dengan nominal seratus ribu rupiah
Berjajar membentang di karpet tempat kita sujud bersama
Saya bayangkan
Pasti suasana masjid tidak ubahnya Lebaran
Demikian perumpamaan kita terhadap nilai imbalan
Kita manusia memang lemah
Mengaku beriman
Tetapi jarang berfikir panjang
Bahwa hasil karya tidak selalu upah dalam waktu yang sama
Petani padi di sawah harus sabar menunggu minimal 3 bulan
Agar hasilnya bisa dipetik dan dinikmatinya
Menanam durian  pun
Setidaknya tujuh tahun lamanya
Hanya agar bisa melihat bunganya
Beriman itu sangat mudah diucapkan
Bersabar itu tidak segampang membalikkan tangan
Andai saja kita bersedia merenung sejenak
Menyadari bahwa akan datang saatnya imbalan
Sebagaimana menanam jagung di sawah, durian di ladang
Akan berlimpah ruah yang kita terima
Jauh dari apa yang kita sangka
Betapa indahnya
Mari bangun subuh, salat
Bersemangat menjemput sejuta harapan
Berupa imbalan
Yang sudah pasti dicatat kedatangannya
Bisa dalam waktu dekat
Bisa pula disimpan untuk kelak
Sebagai tabungan
Atas segala kebajikan yang telah kita ukir
Dalam buku harian
Makassar, 29 November 2021
Ridha Afzal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H