Di rumah, di masyarakat, atau di kantor. Kasihan sekali bagi mereka yang tidak kuat mentalnya. Bisa menderita stress. Bukan hanya omongan kanan kiri tetangga. Sorotan mata mereka saja bernada sinis.
Itulah sebabnya para single parent ini kalau di Amerika Serikat misalnya, memiliki komunitas guna mendapatkan dukungan serta solusi terhadap segala persoalan yang mereka hadapi.
Beruntung saat ini kita punya medsos, sehingga para single parent ini bisa curhat pada teman-temannya yang senasib sepenanggungan.
Yang jadi persoalan lagi adalah apabila mother single parent ini tidak tahu harus bekerja apa karena keterbatasan yang dimilikinya. Bisa karena minimnya keterampilan, pengetahuan, atau jaringan.
Itulah mengapa mayoritas mother single parent ini menimpa pada orang-orang dengan status social ekonomi rendah, baik beberapa negara di Amerika, Asia, serta Afrika. Â Â
Pemberdayaan
Pemerintah melalui Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, memperhatikan serius masalah ini dengan memberikan pembinaan melalui pelatihan serta bantuan usaha Mikro.
Melalui pembinaan, pemberian aneka pelatihan kewanitaan serta Keluarga Berencana misalnya, mother single parent yang tidak bekerja akan terhibur, memiliki kegiatan. Mereka bisa produktif. Hasilnya bisa dimafaatkan untuk membantu biaya hidup anak-anaknya.
Akan halnya image mereka di masyarakat, relatif sifatnya. Akan ada saatnya nanti di mana persepsi masyarakat bakal berangsur berubah. Sebagaimana yang pernah dikemukakan oleh Ustadz Abdul Somad, semua ada masanya.
Yang pasti, Pemerintah juga sudah mulai memberikan perhatian positif dengan memberdayakan mereka. Melibatkan mereka menjadi kader KB, organisasi-organisasi kewanitaan, pelatihan, kegiatan Posyandu dan lain-lain merupakan sejumlah aktivitas yang perlu diapresiasi.