Sebagai orang yang beragama Islam, saya percaya adanya makhluk lain ciptaan Allah SWT. Â Saya juga percaya mereka hidup di alam yang berbeda. Beberapa orang dikaruniai kelebihan sehingga bisa kontak atau berhubungan dengan mereka. Karena itu saya percaya bahwa makhluk halus itu ada, termasuk adanya makhluk halus yang mengganggu manusia. Juga adanya kisah-kisah mistis.
Beruntungnya, saya tidak pernah dan tidak juga ingin ketemu mereka secara langsung sebagaimana yang ada dalam film-film mistis. Oleh sebab itu agak kaget juga ketika Kisah Mistis ini diangkat oleh Kompasiana sebagai Topik Pilihan.
Saya diuntungkan juga lantaran pernah mengalaminya secara langsung, tanpa bertemu 'makhluk halusnya'. Hanya saja bukan seperti yang ada pada kisah seram-seram kayak Nyai Roro Kidul, Nyi Blorong dan sejenisnya. Seperti yang saya tulis dalam judul, itulah yang saya alami. Anda boleh percaya boleh tidak.
Jujur saja, saya yang asli Aceh ini tidak terlalu percaya dengan kehidupan yang aneh-aneh seperti Tuyul yang dipelihara untuk curi duit. Makanya, ketika saya tinggal di Malang dikasih tahu oleh tuan rumah tempat saya mondok, ada 'Romo' pemilik sebuah kendi kuno. Romo tersebut adalah jin Islam sebagai penghuni dalam sebuah Kendi kuno dari bahan kuningan.
Sikap saya semula biasa-biasa saja, setengah percaya, setengah tidak tentang keberadaan Romo dalam kendi. Lagi pula, kalau saya harus tanya tentang nasib dan lain-lain yang menyangkut masa depan yang hanya Allah SWT Yang Maha Tahu, bagi saya itu syirik. Saya tidak percaya.
Kendi tersebut katanya berasal dari Situbondo, di salah satu sudut rumah tempat tinggal Pak San, kakak tuan rumah di mana saya tinggal. Suatu hari Pak San mimpi ditemui oleh orang tua untuk menggali tanah sebagaimana yang dimaksud di mana di situ terdapat sebuah kendi. Sedikit ngeri juga mendengar ceritanya. Itu terjadi hampir dua puluh tahun lalu.
Pak San pun meminta salah seorang staf tempat beliau kerja untuk menggalinya. Ternyata benar, di situ terdapat sebuah kendi yang sudah tua termakan usia. Saya duga sudah ratusan tahun lamanya. Dominasi warnanya kuning, tampak bahwa terbuat dari bahan kuningan. Singkat cerita, kendi tersebut disimpan oleh beliau.
Tahun-tahun pun berlalu, entah kenapa, Pak San memberikan kendi tersebut pada salah satu keponakannya. Konon Sang Romo meminta untuk tidak diberikan kepada sembarang orang. Dari beberapa kisah yang saya dengar, Sang Romo yang ada dalam kendi tersebut mampu 'melihat'hal-hal yang orang 'biasa' tidak sanggup.
Suatu hari sesudah mengikuti test masuk CPNS di sebuah RS besar di Jawa Timur, saya ditawari untuk menanyakan hasilnya pada sang kendi. Kami berdua pesertanya dari Aceh pergi menemuinya. Saya sih, tidak sepenuhnya percaya meskipun tidak menolak tawaran tersebut. Hitung-hitung mengobati rasa ingin tahu bagaimana resanya memegang kendi kuno milik Romo. Penasaran ingin tahu bagaimana respon kendi menjawab pertanyaan kami, saya pergi melihatnya.
Kami berdua, saya dan Rizal, berangkat ke sana. Kami diberitahu untuk mengucap salam kepada Romo terlebih dahulu, yang kemudian kami lakukan. Acara 'ritual' pun berlangsung. Rizal yang melakukan, saya agak sedikit ragu. Jadi hanya melihat.
Bersama tuan rumah, Rizal memegang ujung kendi bagian atas dengan menggunakan masing-masing dengan satu ujung jari telunjuk. Pertanyaan yang disampaikan harus tertutup, dengan jawaban 'ya' atau 'tidak'. Misalnya, 'apakah Romo tahu bahwa hasil dari seleksi tertulis kami sudah ke luar?' Jika jawaban 'ya' kita minta kendi untuk berputar. Jika tidak berputar dalam hitungan beberapa menit, berarti responnya negative. Artinya kendi tidak tahu atau 'belum keluar'hasil tes nya. Kami pun paham.
Saya lihat dan ikuti dengan seksama. Tidak ada magic, tidak ada manipulasi. Beberapa pertanyaan pun disampaikan, baik tentang status test saya maupun milik Rizal. Ketika ditanya apakah kami lolos dalam seleksi awal dalam bentuk tertulis ini, sang kendi berputar pelan-pelan. Pertanda menjanjikan, "tetapi tidak terlalu meyakinkan". Kata tuan rumah. Agak deg-degan juga jantung ini saaat melihat respon benda mati yang seolah-olah 'bernyawa' ini.
Kami pun pamit pulang sesudah tahu jawabannya. Meski tidak terlalu yakin, saya berharap-harap cemas. Tanpa bermaksud mendahului takdir, saya percaya ada makhluk lain yang memiliki kemampuan yang manusia biasa tidak miliki. Saya sendiri percaya bahwa dokumen hasil seleksi sudah ada, siapa tahu Romo bisa melihatnya. Kecuali kami belum melakukan test sama sekali kemudian menanyakan nasib dalam bentuk ramalan. Untuk kepentingan yang seperti ini, saya tidak mau karena masuk dalam kategori syirik.
Waktu pengumuman hasil seleksi pun tiba. Rasa ingin tahu kebenaran yang disampaikan oleh sang Romo sedikit 'menggelitik'. Ada sekitar 1500 peserta, yang diambil 50. Nama kami berdua tidak ada dalam daftar yang diambil. Namun demikian, dari hasil test tulis yang ditunjukkan, kami sebenarnya 'lolos'.Â
Kami mengerti, pasti ada 'main' dalam pengumuman ini yang sudah menjadi rahasia umum. Jadi, kami cukup mengerti. Apa yang dijawab oleh si kendi sebenarnya benar karena nilai kami masuk dalam kategori lulus. yang membuat kami tidak lolos adalah adanya factor subyektif dalam penilaian. Bagaimanapun kami sadar, lolos tidaknya seleksi ini merupakan suratan takdir. Allah SWT pasti memberikan yang lebih baik.
Event kedua yang saya juga pernah tanyakan adalah saat mengikuti seleksi di perusahaan di mana saya sudah mengikuti prosesnya, tinggal menunggu hasil akhir. Sayapun menanyakan pada si kendi, tetapi bukan saya sendiri. Tuan rumah yang membantu saya. Berita gembiranya adalah, katanya sang kendi berputar kencang ketika ditanya apakah saya lolos dalam seleksi ini. Pertanda positif.
Ternyata benar. Boleh percaya boleh tidak, sang kendi rupanya bisa melihat dokumen hasil seleski saya di Jakarta, sementara saya saat itu berada di Malang. Saat hasil seleksi diumumkan, dan saya diterima. Alhamdulillah. Â
Pada intinya, cerita mistis di atas adalah sebuah kenyataan dalam kehidupan, yang menambah keyakinan saya, bahwa memang ada makhluk ciptaan Allah SWT selain manusia di dunia ini sebagaimana yang tercantum dalam Al Quran. Yang artinya: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." Surat A-Zariat Ayat 56.
Aceh, 29 October 2021
Ridha Afzal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H