Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Santri Aceh Lebih Keren dari Santri 5.0

27 Oktober 2021   10:31 Diperbarui: 27 Oktober 2021   10:35 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kumparan.com

Nama besar Aceh dikenal sejak zaman dulu kala. Sejak awal tahun 1500 Aceh yang semula bernama Aceh Darussalam, bukan hanya karena Serambi Makkahnya. Namun para santri, tenaga pengajar serta kualitasnya. 

Ketenaran ini membuat Aceh termashur, hingga Sultan Abdul Hamid di zaman kesultanan Turki memberikan perhatian khusus ketika rakyat Aceh dihalangi oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk pergi Haji ke Makkah.

Saya sempat menonton film Payitah Abdul Hamid, di mana di sana ditunjukkan bagaimana Sultan Abdul Hamid II memanggil Duta Besar Belanda di Turki. Dubes Belanda ini diperintah untuk menghapus larangan menunaikan Ibadah Haji bagi rakyat Aceh. 

Belanda tunduk dan patuh terhadap Turki. Hebat! Sejak saat itu, rakyat Aceh kembali bisa berhaji lagi karena jasa Sultan Abdul Hamid II. Ini membutkikan bahwa dalam sejarahnya, Aceh sudah dikenal dunia.

Sesuai namanya, Serambil Makkah, tidak berlebihan jika Aceh memiliki daya tarik tersendiri sebagai tempat menyantri. Saat ini tidak kurang dari 1.177 pondok pesantren yang ada di Aceh, tersebar di 32 kabupaten di provinsi Aceh. 

Orang Aceh menyebutnya 'Daya'. Lebih dari 127.000 santri yang ada di Aceh (RRI.go.id). Sesuai dengan predikatnya, Aceh kaya akan Daya serta kecintaan para Santri di dalamnya. Itulah yang membuat santri-santri di Aceh, keren.

Sesudah saya keluar dari Aceh, merantau di ke Jawa dan Sulawesi saya menyadari, sebagaimana kita melihat rumah sendiri dari luar. Terlepas dari kekurangan yang dimiliki oleh Aceh lantaran disebut sebagai provinsi termiskin di Sumatera, Aceh memiliki beberapa kelebihan yang membuat kami sebagai warga asli Aceh, bangga. Di antaranya karena keunikan Santri-santri Aceh.  

Saya pernah selama 7 tahun mondok di salah satu Daya di Aceh. Sebagai orang asli Sigli, Pidie, Aceh, mondok selama 7 tahun itu hal biasa. Kami sekeluarga jebolan pondokan, tetapi juga kuliah di kampus umum. Satu adik saya tidak mau pindah ke sekolah umum hingga tingkat level pasca sarjana.

Di Aceh, anak-anak yang tidak pernah mondok itu malah disebut aneh. Itulah kesan pertama yang membuat Santri Aceh itu keren. Rerata anak-anak Aceh pernah mondok. 

Karena lamanya mondok itu, membaca tulisan Arab bagi warga Aceh itu biasa saja. Selama kuliah, tidak ada teman kampus yang buta huruf Arab. Semuanya bisa meskipun kualitas kepandaian mereka berbeda. Ada yang pintar, cepat membaca, ada yang lambat. Itu hal biasa dalam pendidikan. Keren kan?

Yang kedua yang membuat santri Aceh lebih keren adalah, santri Aceh itu menjadi tuan rumah di ladang sendiri. Daya-daya di Aceh memang banyak santrinya pendatang. 

Namun mayoritas santri-santri di Daya adalah penduduk asli Aceh. Dengan kata lain, Daya di Aceh populer di antara warga Aceh. Ibaratnya kekuatan ekonomi Daya, meski tidak kaya, tetapi mampu bertahan dari warga Aceh sendiri tanpa bergantung pada santi pendatang.

Santri di Aceh, tidak miskin. Santri di ratusan Daya yang ada di Aceh disegani oleh masyarakat, karena status sosial ekonominya, Walaupun provinsi Aceh secara nasional tidak termasuk provinsi kaya, tetapi orangtua-orangtua santri di Aceh tidak sedikit dari kalangan berada dan orang kaya. 

Saya bisa melihatnya dari pakaian para santri. Orangtua mereka yang berkunjung sepekan sekali menemui putera-puterinya di Daya, tidak sedikit yang memiliki mobil baru, keren dan mahal.   

Aceh punya nama di Saudi Arabia, karena santrinya. Setidaknya ada lima wakaf pedagang asal Aceh yang berada di Arab Saudi (berkahsehatwakaf.com). Aset ini bukan milik pemerintah, namun milik pedagang asli Aceh yang bernama Habib Bugak Al Asyi pada tahun 1222 Hijriyah atau sekitar tahun 1700 Masehi.

Berikutnya, santri Aceh juga sangat dikenal di negeri Jiran, Malaysia atau Singapore. Kedekatan spiritual ini tidak lain karena santri-santrinya. Orang Aceh sangat dikenal di Malaysia. 

Setiap 10 orang Indonesia yang ada di negeri jiran ini menurut rekan saya yang ada di Kuala Lumpur, 2-4 di antaranya adalah orang Aceh. Sebanyak 100 ribu warga Aceh dari 500 ribu total orang Aceh yang ada di sana melakukan bisnis (mercinews.com). 

Ini bukti bahwa orang Aceh turut mendominasi ketenagakerjaan di negeri jiran ini. Sekaligus sebagai bukti bahwa Santri Aceh ini ini keren dalam berbisnis di luar negeri. Peniaga Aceh bolot sektor runcit.

Yang tidak kalah kerennya adalah, pahlawan-pahlawan nasional Aceh adalah para santri. Keumala Hayati, Sultan Iskandar Muda, Cut Nyak Dhien, Teuku Umar dan Teungku Chik di Tiro; Cut Nyak Meutia, Panglima Polem, Achmad Soebardjo, Teuku Muhammad Hasan dan Teuku Nyak Arif; merupakan daftar para pahlawan bangsa dari etnis Aceh yang turut memberikan sumbangan konkrit bagi pembangunan negeri ini sebelum merdeka. Mereka berjuang demi tercapainya kemerdekaan RI.

Pendeknya, santri-santri di Aceh itu diibaratkan dalam bahasa Aceh: Bak ta tunyok bek meu iseuk, bak ta peuduek beu meulabang.  Artinya: apa yang ditetapkan jangan bergeser, di mana diletakkan di situ dipaku. Semua yang santri Aceh jalani atau miliki sudah menjadi aturan, yang tidak baik jika dilanggar atau diubah.

Keren kan?

Aceh, 27 October 2021

Ridha Afzal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun