Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Munas PPNI X, Siapa Kuat Dia yang Menang

6 Oktober 2021   20:03 Diperbarui: 6 Oktober 2021   20:10 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personal Collection

Kurang lebih dua pekan lagi perawat Indonesia akan menyambut perhelatan akbar profesi yang anggotanya terbesar di Indonesia. Perhelatan akbar yang bernama Musyawarah Nasional X (Munas X) ini rencananya akan diselenggarakan di Bali tanggal 23 Oktober mendatang. 

Pulau Dewata atraktif yang diharapkan bisa menjadi tempat menarik minat peserta untuk hadir. Sayangnya Covid-19 sedang berlangsung. Restriksi Pemerintah jika belum berubah, maka kerumunan apapun bentuknya akan dibatasi. 

Kita doakan semoga penyenggaraan event akbar ini akan berlangsung dengan baik. Namun, berdoa saja belum cukup. Kita harus ikhtiar demi kepentingan profesi, professional, bangsa dan negara Indonesia.

Mengangkat isyu kepentingan di antara sejuta lebih perawat kita ini tidak gampang. Pada setiap kepala seorang professional, memiliki dan berhak menyampaikan pendapat. Hak prerogratif ini dilindungi oleh undang-udang. 

Oleh sebab itu ketika tanggal 5 Oktober 2021 kemarin ada sebagian rekan-rekan perawat yang menamakan diri Forum Peduli Perawat Nasional Indonesia (FPPKNI) ya...monggo-monggo saja. The basic principle is, we have the right to opine. Kita punya hak berpendapat. Sah-sah saja.

Ada juga kelompok yang menamakan dirinya Serikat Tenaga Kesehatan Nasional Indonesia (STKNI). Juga tidak dilarang. Ada puluhan organisasi lain yang menamakan perawat atau keperawatan di negeri ini. Tidak diharamkan. Toh, bangsa besar ini lahir dari Bhinneka Tunggal Ika. 

Ada 17.000 pulau yang membentang dari Sabang hingga Merauke, beragam suku, bahasa dan budaya serta agama. Saat ini, PON XX sedang berlangsung di Papua sebagai ajang kompetisi olahraga yang menyatukan berbagai kebinekaan yang ada di negeri ini.

Di USA, negara terbesar anggota perawatnya yang lebih dari 3.000.000 anggota, memiliki lebih dari 100 organisasi atas nama perawat USA. 

Jadi, di negeri ini jika jumlahnya hanya puluhan, it is no problem at al.Hanya saja, USA itu bukan Indonesia. Mereka sudah merdeka lebih dari 300 tahun lalu. 

Usia mereka beda 230 tahu lebih tua dibanding kita. Tingkat pendidikan, fasilitas, teknolgi, system, undang-undang hingga cara pandang mereka berbeda dengan kita.

Sementara mereka sibuk dengan penelitian dan menemukan alat serta ternologi terbarunya, kita masih sibuk ngurus STR, iuran, bikin gedung, honor dan perut. Setiap hari kita disuguhi berita di medsos tentang masalah-masalah yang mestinya tidak dibicarakan oleh seorang professional.  

Di antaranya masalah pribadi seseorang, menyalahkan organisasi, menyudutkan pemerintah, system pendidikan, pangkat jabatan, dan kualitas pendidikan keperawatan. 

Kita masih sibuk menyalahkan dosen keperawatan yang perawat sastra lah, pimpinan PPNI yang otoriter lah, dan lain-lain. Kata Maslow, kita masih sibuk urusan Basic Needs.

Padahal, kita yang sering kora-koar menyebut diri sebagai professional mestinya menengok atau berkaca pada diri sendiri. Saat ini kita sudah ada pada masa di mana seharusnya lebih mengedepankan karya dari pada cerita. Kedepankan tulisan berdasarkan fakta, bukan hanya lisan yang berdasarkan omongan tidak karuan.

Oleh sebab itu, menyambut perhelatan besar ini, yang elok adalah diberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap anggota untuk jadi pimpinan. Jadi presiden di negeri ini aja tidak perlu harus punya pengalaman jadi gubernur. Kalau jadi Ketum Organisasi mestinya tidak perlu neko-neko lah. 

Apalagi tidak dibayar alias gratis. Ini yang sebetulnya saya tidak setuju. Karena kalau pengurus tidak bekerja dengan baik kita tidak bisa menggugatnya karena gratisan. 

Makanya saya lebih setuju, bila ke depan pengurus harus dibayar. Jika tidak becus kerjanya, pecat dan ganti yang baru seambrek jumlahnya, karena pewarat kita banyak yang nganggur sesudah Covid-19 normal nanti. Jikadibayar, banyak anggota yang mau jadi pengurus. 

Perawat kita sejuta lebih. Jika tidak dibayar, siapa yang mau ikutan perang visi misi dalam Munas? Lagi pula jadi pengurus sering dibully anggota. Mana tahan lah!!!

Nah, kita nanti milih sispa di momen Munas X nanti?

Sepanjang tidak jelas visi misi kandidat, saya tidak bisa menggiring opini untuk memilih secara obyektif kandidat mana yang tebaik. Ada baiknya di era Covid-19 ini calon-calon yang mau berkompetisi ini visi misnya masuk dalam rekaman video, kemudian diupload di Youtube, biar kami ini tahu mau diapakan, dikemanakan dan bagaimana kiprahnya ke depan organisasi ini. Dengan begitu jelas bagi kami yang mau pilih.

Saya tidak mau menilai calon Ketum secara subyektif hanya karena punya sederetan gelar panjang, atau punya jabatan. Karena di DPR sana banyak yang punya jabatan nyatanya yang korupsi juga banyak, kiprahnya nol besar.

Ringkasnya, kami tunggu suara kandidat dalam bentuk video visi misi agar kami perawat Indonesia tidak ramai ngomongin sana-sini gak karuan, kayak Info Sekitar Selebritis (Insert!). Sayang sekali, perawat-perawat senior kita ini nanti dijadikan bulan-bulanan oleh anggota dan dimusuhi perkumpulan guru besarnya.

Perawat Indonesia ini ada-ada saja humornya.

Aceh, 6 October 2021  

Ridha Afzal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun