Indeks Prestasi
Banyak orangtua yang fokus ingin melihat IP anaknya tinggi, cumlaude di atas angka 3.5.Sehingga orangtua jadi takut jika IP anakya rendah. Padahal saat kerja IP tidak ditanya kecuali ada persyaratan IP di atas 3 yang saat ini sangat mudah mendapatkannya di kampus swasta. Jadi pada dasarnya orangtua tidak perlu kuatir dengan IP ini.
Sudah tidak zaman lagi mahasiswa yang IP-nya tinggi dapat jaminan kerja layak dan gaji mapan. Mereka yang digaji besar umumya yang rajin dan bekerja keras, bukan yang IP-nya tinggi.Â
Dapat IP 3 saja, itu sudah cukup, tidak perlu ngotot kuliahnya. Ajarkan kuliah sambil kerja seperti di Barat. Dengan demikian saat mereka lulus, sudah punya pengalaman dan tahu etos kerja. Itu jauh lebih bagus dari pada IP tinggi tapi tida tahu/mengerti tentang pekerjaan.
Lulus Tidak Dapat Kerja
Ini adalah fobia yang keempat. Ketakutan ini terjadi karena tidak sedikit orangtua yang ingin agar anakya hanya fokus kuliah saat di kampus.Â
Putra-putrinya dimanja dengan uang cukup, semua kebutuhan dipenuhi. Jarang yang mengajarkan anak-anaknya untuk kuliah sambil kerja.Â
Bukan duitnya, tetapi pengalaman, mengasah emosi dan mental serta tahu tugas dan tanggugjawab. Ini harus dilatih saat kuliah.
Jika tidak, inilah yang menjadi penyebab mengapa banyak fresh graduate susah cari kerja. Mereka yang mudah mendapatkan pekerjaan adalah yang punya pengalaman kerja saat kuliah, tahu bagaimana bikin CV, menghadapi interview dan prinsip-prinsip kerja di lapangan.
So, parents...
Ajarkan putra-putri Anda untuk menghadapi tantangan di hari depan dengan kuliah sesuai peminatan, tidak harus di kampus negeri atau yang mahal, tidak perlu punya IP tinggi tidak masalah, dan pastikan kuliah bisa sembari kerja sedikit-sedikit guna mengasah keterampilan tangan, hati dan otak.
Jika ini dipegang, Insyaallah masa depan putra-putri Anda cerah. Saya bisa menuliskan ini semua, bukan karena teori. Tetapi pengalaman nyata saya sebelum, selama hingga sesudah wisuda di sebuah kampus swasta tidak dikenal di Aceh sana. Â
Alhamdulillah saya bisa menepis ketakutan orangtua (fobia) yang tidak beralasan pada putranya.