Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jakob Oetama: Menulis Itu Tidak Hanya Mikir

9 September 2020   17:30 Diperbarui: 9 September 2020   17:29 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku-buku yang Pak Jakob tulis terkait dengan Pers Indonesia, Demokrasi, Bisnis, Etika dan Reformasi di Indonesia, juga mengajarkan pada kita, bahwa menulis itu tidak hanya butuh berfikir. Lebih dari sekedar mikir. Berfikir di sini sangat luas maknanya.

Mikir tentang diri sendiri saat nulis, mikir tujuan menulis, mikir dampak dari tulisan. Bahkan mikir apakah tulisan ini akan menyinggung perasaan orang lain atau tidak. Hingga yang lebih luas lagi mikir tentang manfaat bagi negara dan bangsa.  Semuanya perlu dipikir hanya hanya dalam satu tulisan.

Aplikasi

Saya bukan penulis professional. Tetapi saya mencoba mengaplikasikan apa yang diajarkan oleh Pak Jakob dalam bentuk nyata ke dalam tulisan. Setidaknya di Kompasiana ini. Saya ingin tahu apakah memang benar bahwa menulis itu tidak hanya mikir.

Sejak akhir bulan Maret 2020 lalu, saya mulai aktif menulis di Kompasiana. Mulanya, saya mencoba mempraktikkan apa yang disarankan oleh para penulis buku bahwa menulis itu mudah. Tulis apa yang ada dalam pikiraanmu, jangan memikirkan apa yang ingin kamu tulis.

Saya coba melakukannya. Setiap hari saya menulis dengan semangat. Namun jujur saja, tanpa 'mikir'. Karena sebagaimana yang disarankan para penulis tentang kiat menulis tadi, bahwa nulis tidak perlu mikir.

Akan tetapi yang saya rasakan kemudian adalah 'ketidak-puasan'. Nulis tanpa mikir itu nanggung.

Ukuran ketidak-puasan saya ini, karena Kompasiana punya standard, maka harus saya sesuaikan dengan standard Kompasiana. Dari sini awalnya saya berprinsip kalau nulis jangan nanggung. Capek. Bahwa ternyata, saya harus "mikir" sebelum, selama dan sesudah menulis.

Saya coba mengaplikasikan menulis hanya menulis di Kompasiana ini selama kurang lebih 3 bulan, tidak lebih dari itu. Dari bulan April, Mei dan Juni 2020 saya menulis apa saja yang ada dalam pikiran.

Namun sejak bulan Juli lalu, saya menulis dengan mikir. Mikir untuk apa, tujuan nulis, pencapain target, mendapat Headlines, memperoleh prestasi Biru, mendapatkan K-Reward dan berprestasi, setidaknya masuk perhitungan. Jangan asal dapat K-Reward.

Beda Jauh, Sekedar Nulis dan Nulis Sambil Mikir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun