Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kematian Ibu Tien Soeharto, is Not a Mistery

8 September 2020   07:34 Diperbarui: 8 September 2020   07:28 3934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  Saya termasuk salah satu orang yang 'termakan' isu tentang 'misteri' kematian Ibu Tien Soeharto. The First Lady of Indonesia, istri Presiden kita, Soeharto.

Seperti biasa di masyarakat kita, paling pinter menggoreng berita. Kalau bisa ditambah, mengapa harus dikurangi? Kematian Ibu Tien merupakan salah satu contohnya. Yang paling santer terdengar adalah, kematiannya yang diduga 'misterius'.

Anggapan ini nempel begitu saja dalam fikiran saya, hingga kemarin saya sempat membaca artikel menarik tentang Mbak Tutut puteri sulung keluarga Cendana yang membuka tabir sesudah 24 tahun tidak berbicara.

Artikel yang bertajuk "24 Tahun Berlalu, Tutut Soeharto Ceritakan Fakta di Balik Wafatnya Ibu Tien", diterbitkan oleh Harian Pikiran Rakyat, hampir lima bulan lalu, sangat membantu melurukan berita negative terkait Ibu Negara kita. Tepatnya tanggal 30 April 2020.

Hidup Ini Saling Pandang

Hidup ini di satu sisi penuh kesempurnaan. Apa yang kita inginkan, pada dasarnya semua ada dalam kahidupan. 

Tergantung kita serius ingin meraihnya atau tidak. Masalahnya, manusia memang serakah. Punya satu, ingin dua. Punya dua, ingin tiga, dan seterusnya. 

Oleh karena keserakahan ini, rumput tetangga, nampak lebih hijau dari pada rumput di rumah sendiri.

Barangkali itulah yang membuat rakyat kecil merasa bahwa jadi orang besar dan terkenal, seperti Pak Soeharto mantan Presiden kita kedua dan keluarganya, yang kaya raya, tidak kurang suatu apapun.

Sementara orang kaya dan terkenal menganggap, lebih enak jadi orang kecil. Jadi orang besar dan terkenal tidak pernah merasa bebas dan nyaman. Mungkin uang ada dalam jumlah banyak karena bisa membeli apa saja. Kenyataannya, uang tersebut tidak pernah sanggup membeli kebebasan mereka.

Ke mana-mana, mereka kalau perlu harus ditemani oleh ajudan, Bodyguard, atau pembantu pribadi lainnya. Itu belum cukup. 

Orang besar juga tidak bisa seenaknya pergi ke mana-mana sesuai kehendak hati seperti orang kecil ke pasar, jalan-jalan di trotoir, mall atau yang sederhana, sekedar ikut pengajian atau arisan.

Jadi orang besar atau terkenal, apalagi jadi keluarga presiden, rasanya selalu disoroti seluruh mata yang memandangnya jika ke luar rumah. Betapa risih rasanya manakala setiap gerakan kita dipandang. Seolah kita ini makhluk aneh. Padahal, kita sama saja seperti mereka.

Malangnya adalah, setiap gerak-gerik, aktivitas, kegiatan orang-orang besar dan keluarganya, djadikannya sebagai bahan berita. Apakah Headline, artikel bebas, hingga humor. Berita inilah yang kemudian mereka jual laris dan jadi bahan konsumsi publik.

Kalau Benar Tidak Masalah

Persoalannya, berita yang dimuat di media massa, tidak selalu benar. Tidak jarang ditambah-tambahi, subyektif, serta jauh dari fakta. Sementara mengoreksinya, tidak gampang. Sementara, beritanya sudah luas menyebar. Berita seperti ini dianggap paling laku keras di masyarakat.

Kematian Ibu Tien merupakan satu contohnya. Diisukan, Ibu Tien adalah korban dari baku tembak antara Bambang Triharmojo dan Tommy yang berdebat sengit terkait perebutan bisnis mobil Timor waktu itu. Ibu Tien yang konon berusaha melerainya, justru tertembak. 

Malangnya, dari rumor yang beredar tersebut, nyawanya tidak tertolong, hingga menghembuskan nafas yang terakhir.

Mbak Tutut mendengar berita semua itu sejak lama, setelah berpulangnya sang Bunda, yang bernama Raden Ayu Siti Hartinah, pada tanggal 28 April 1996.  Waktu itu belum ada medsos seperti sekarang. Mbak Tutut merasa tidak kuasa untuk meluruskannya. Dua puluh empat tahun berlalu sudah.  

Meeting di Luar Negeri

Lewat Instagramnya @tututsoeharto, pada tanggal 29 April 2020 lalu mbak Tutut berkisah, "Sebelum Allah memanggil saya, masyarakat harus tahu kebenarannya."  Katanya mengawali.

Waktu itu Tutut sedang mengikuti sebuah pertemuan di Perancis dan Inggris terkait kegiatan Donor darah se Dunia.  

Tutut pernah terpilih sebagai Presiden Federal Internasional Donor Darah se-Dunia pada tahun 1988-1990 (Tempo, 9/7/1988). Organisasi ini bertujuan menunjang pengadaan donor darah.

Ketika mendengar berita duka tersebut, Tutut bergegas balik ke Indonesia, dengan pesawat Singapore Airlines, menuju Singapore dulu, di mana sedang dijemput oleh suaminya, Indra Rukmana. Dari Singapore, bersama sang suami, menuju Solo-Jawa Tengah.

Pak Harto Menuturkan

Dalam perjalanan ke makam, Mbak Tutut berada satu mobil dengan ayahnya, Pak Harto. Menurut Tutut, Soeharto menuturkan, pada pukul 03.00 dini hari, Ibu Tien mengalami sesak nafas, sesudah Salat Tahajud.

Dari sini, kata-kata "Salat Tahajud" ini, saya akhirnya paham, bahwa cerita miring bahwa Ibu Tien dan Pak Harto suka hal-hal mistik Kejawen yang banyak beredar di masyarakat itu tidak benar. Ibu Tien dan Pak Harto diduga menyukai hal-hal seperti ini. Ditambah lagi kharisma Soeharto memudar kemudian lenyap sesudah 'berpulangnya' Ibu Tien untuk selamanya.

Tutut melanjutkan, Ibu Tien tidak mengalami sakit lainnya, kecuali sesak nafas ini. Dalam perjalanan ke rumah sakit, Ibu Tien sudah tidak sadar. Dia mengalami serangan jantung dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

"Demi Allah, apa yang bapak ceritakan, itu yang terjadi. Tadinya saya akan diamkan saja. Tapi rasanya berita itu semakan diulang-ulang ceritanya oleh orang yang tidak bertanggungjawab," tulis Tutut.

Lesson Learnt

Hikmah yang bisa petik dari pembelajaran kisah ini adalah, sebaiknya kita tidak cepat termakan oleh isu atau rumor yang ada di media atau masyarakat, sebelum mengetahui kebenarannya. Oleh sebab itu penting sekali yang namanya chek and recheck.

Penyebaran berita tidak benar seperti yang dialami oleh keluarga Pak Harto, merupakan contoh yang sangat merugikan mereka. 

Betapapun rumor tersebut misalnya benar, tidak elok sekiranya kita menambah beban deritanya dengan menyebarkan aib orang lain. Terlebih yang sudah meninggal dunia.

Ibu Tien Soeharto, yang bernama asli R.A. Siti Hartinah, semoga Allah SWT mengampuni segala kesalahan dan dosamu, ditempatkan di Surga terbaik sesuai amalan dan ibadahmu, serta diberikan kesabaran seluruh keluarga yang ditinggalkan.

Selamat beristirahat Ibu......

Malang,  8 September 2020
Ridha Afzal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun